BAB 27 : Pasung

47.5K 4.2K 1.8K
                                    

Update lagiii hehehe 😍💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Update lagiii hehehe 😍💙

****

Dipasung? Xabiru tertegun lama. Itu memang bukan hukuman yang akan membuat fisiknya cedera. Lelaki itu hanya akan dipaksa duduk berselonjor dalam satu ruangan, dengan kedua kaki ditindih kayu dan tangan yang diikat oleh rantai. Memang tidak menyakiti, tapi semakin lama akan menyiksa. Pasung jenis hukuman yang sangat melukai mental, sebab biasanya hal itu digunakan kepada orang-orang sakit jiwa yang membahayakan orang lain. Xabiru memang sakit, tapi dia bukan orang gila.

"Enggak, Biru nggak mau," tolak lelaki itu. Dia bangkit secara tertarih, berusaha mundur.

"Jangan bantah, Biru. Buat keselamatan kamu dan kita—orang-orang yang ada di rumah ini juga," balas Jendra berusaha memberi pengertian.

"Keselamatan ... keselamatan apa?!"

Dikta menahan ringisan ketika darah semakin merembes banyak dari kulit bahu, pakaian lelaki itu banjir total membuat perhatian Mahesa menyorot penuh. "Ini kurang jelas? Jangan sok belagak buta, Ru. Dikta yang nggak salah apa-apa aja kamu hajar sebegininya!"

"Ini nggak sengaja, Kakek!" Dikta masih sempat-sempatnya membela meski posisi berdiri lelaki itu agak limbung.

"Tetep hasil tangan Biru, kan?"

"Iya emang! Tapi ini nggak sengaja!" bentak balik Dikta, napasnya terengah. Dia menunjuk saudaranya yang lain. "Habisan kakek aneh, A Farrel aja dikurung di kamar! Kenapa cuman A Biru doang yang dipasung?! Sinting kalian!"

"Ngebela kakak cacat kamu ini, jadi bikin kamu berani maki orang yang lebih tua, Ta?" Mahesa menatap cucunya seperkian detik. "Lanjutin aja, sejam dari sekarang poin kamu dipotong."

"Kakek—" Dikta menahan diri, pikirannya langsung semrawut jika sudah membahas poin. Lelaki itu tidak bisa diam saja, tetapi kehilangan poin yang telah susah payah ia cari juga adalah sebuah risiko besar.

Tekad Dikta untuk menggantikan Jendra di kursi kepemimpinan sudah mutlak, tidak bisa digoyahkan, Dikta harus berhasil agar bisa membebaskan Xabiru di masa depan. Jika poinnya hilang setengah, Dikta takut Farrel akan gesit menyusul dari belakang. Sialan. Sialan! Dikta ada di posisi yang serba sulit.

Mahesa kembali melemparkan pandangannya pada Xabiru. "Seret dia ke gudang, Jendra."

Xabiru menoleh pada Amara—terkesan hampa. Wanita itu ikut memandang putranya, tidak ada senyuman jahat khas ibu tiri atau seringaian licik. Tidak ada. Hanya terlihat tatapan nanar. Amara terdiam, ditelan oleh keheningan.

""Aa ... Aa!" Suara Aziel memanggil dari bawah. "Aa lagi di atas nggak?!"

Xabiru menahan nyeri hebat di dada ketika mendengar suara Aziel. Dia berani bertaruh jika waktu hukuman ini tidak akan sebentar. Jika Xabiru dipasung, siapa yang akan memantau adik kecilnya? Siapa yang menemaninya mengisi waktu luang? Satu jam tanpa melihat Aziel saja, Xabiru tidak mampu. Apalagi sampai berhari-hari.

ENIGMA : Last FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang