gak jadi double up kemarin guys..
absen dulu gih, dari mana aja
enjoy to reading...° ° ° °
HAGA melirik arloji di tangannya, menunggu waktu yang tepat untuk mengetuk pintu rumah mewah di depannya itu.
"Lima.. empat.. tiga.. dua.. satu.. YES!"
TING TONG TING TONG TING TONG TING TONG TING TONG TING TONG TING TONG
Haga memencet tombol rumah Arga dengan brutal, setelah jam menunjukkan pukul 03.30 WIB.
Pintu rumah terbuka, menampilkan Mba Manda yang tengah memakai panci di kepala dan sapu yang dipegang di tangan kanannya. Tanpa melihat siapa yang datang, Mba Manda langsung menyergap Haga. "HIYAK, RASAIN. PAGI-PAGI UDAH MAU MALING AJA! RASAIN NIH!"
BUGH BUGH BUGH BUGH
Suara itu keluar dari pukulan bertubi-tubi yang Mba Manda hempaskan kepada Haga.
"ADUH MBA SAKIT, SAKIT MBA! SAKIT!" rintih Haga. Mba Manda tak mendengar, masih tetap memukuli Haga.
Airin datang ke depan rumah. Saat sampai, betapa terkejutnya ia dibuat menyaksikan adegan penyerangan Mba Manda.
"Ya ampun. Berhenti Mba Man, berhenti!" seru Airin, kemudian langsung menarik Mba Manda agar menjauh dari Haga.
"Jangan cegah-cegah saya, Bu. Ini maling harus saya kepret!" tutur Mba Manda.
"Itu Haga, Mba. Itu Haga," ujar Airin.
"Saya gak peduli, Bu. Mau dia Mas Haga kek, mau dia-. Eh, Ibu bilang siapa tadi, Bu? Mas Haga?"
Airin hanya mengangguk cepat sebagai jawaban. Mba Manda pun buru-buru menengok wajah sang maling. Dan ternyata benar, itu adalah Haga.
Saat ini Haga masih jongkok dengan tangan yang menutupi kepalanya. Perlindungan dan pertahanan diri untuk serangan susulan.
"Ya ampun, Ibu. Kenapa gak bilang dari tadi?"
"Kan saya udah bilang tadi, Mba."
"Ya ampun, Mas Haga. Bangun Mas bangun, maafin saya ya, Mas. Saya ndak tahu kalo ini Mas Haga," tutur Mba Manda sembari membantu Haga untuk berdiri.
"Ini buat pelajaran Mba Man. Jadi lain kali kalo ada tamu jangan langsung disergap begitu. Minimal periksa KK KTP nya dulu, oke," tutur Airin.
"Gak bakalan sempet, Bu. Ini juga karena Mas Haga sih, bunyiin bel nya banyak bener. Jadi saya ngiranya ada orang yang mau maling bel rumah."
"Haga, Kamu langsung ke kamar Arga saja. Sepertinya dia masih tidur," tutur Airin.
"Maafin saya ya, Mas," tutur Mba Manda.
"I-iya, Bunda. Gak papa kok, Mba."
Haga kemudian memasuki rumah. Dirinya masih shock atas kejadian yang baru saja menimpa dirinya.
"Saya jadi ndak enak sama Mas Haga, Bu."
"Udah gak papa. Kita masuk ke rumah yuk, Mba. Takut ada maling beneran nanti."
"Tenang aja, Ibu Airin gak perlu takut. Saya udah ada senjata, si sapu dan panci ini akan menjadi senjata andalan saya." tutur Mba Manda bangga dibarengi dengan ketawa membahana.
° °
Haga memasuki kamar Arga yang berada di lantai dua dengan hati-hati. Takut kepleset pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAVANOLIO : The Leader of Royals
Teen Fiction❝Menjadi sebuah keharusan bagi setiap manusia untuk bisa menerima semua yang telah menjadi bagian dari kehidupannya. It's not just about the happiness, but also the sadness.❞ - Argalian, 𝓵𝓲𝓸𝓹𝓾𝓽𝓽𝓱_ ••• Masa lalu dari sang ayah, Matheogana Gib...