9. Siapa Devan?

745 32 0
                                    

Tak terasa kini matahari sudah terbenam. Sehari ini Victor mengikuti dan memata-matai targetnya. Dan saat ini targetnya sedang berada di dalam sebuah bar. Ini adalah saat yang paling di tunggu Victor. Victor bergegas mengenakan jaket dan topinya lalu langsung masuk kedalam bar tersebut.

"Bersiaplah, sebentar lagi ajalmu akan datang," ucap Victor dengan senyum evil nya.

Setelah itu Victor langsung masuk ke dalam bar tersebut. Alunan musik terdengar dengan sangat kencang. Tampak ada banyak orang yang sedang bergoyang mengikuti alunan lagu. Selain itu banyak juga orang sudah mabuk dan sedang bercumbu. Bau alkohol sangat menyengat di dalam bangunan tersebut.

Mata Victor menelusuri ke setiap sudut ruangan. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya ia sudah menemukan targetnya.

"Bersiaplah menemui ajalmu Jeff Gevindra."

Victor masih memantau Jeff dari jarak yang cukup jauh. Beberapa menit kemudian Jeff tampak meninggalkan tempatnya, entah kemana ia ingin pergi. Victor mengikuti langkah Jeff. Dan kemudian Jeff masuk ke dalam sebuah ruangan yang bertuliskan namanya. Ya, bar ini adalah milik Jeff. Dan Jeff kini sedang menunggu kekasihnya tiba. Victor harus bergegas menyelesaikan misi ini sebelum kekasih Jeff tiba.

Di depan pintu, Victor sedang mengenakan sarung tangannya. Ia juga menyiapkan persenjataannya untuk menghabisi Jeff.
Setelah merasa siap, Victor pun langsung memulai misinya.

Ceklek

Pintu dibuka secara tiba-tiba dan itu membuat Jeff terkejut.

"Siapa kamu?" Tanya Jeff yang langsung berdiri dari kursinya.

"Hahaha," tawa Victor terdengar nyaring sambil menutup pintu dan menguncinya.

"Apa mau mu?" Tanya Jeff yang sudah siap dengan pistol yang ia simpan di pahanya.

"Aku mau nyawamu," ucap Victor menyeringai dan langsung berjalan mendekati Jeff.

"Apakah kita akan bermain-main dulu Jeff sebelum kau menghembuskan nafas terakhir?" sambung Victor.

"Menjauh lah! Atau aku akan menembak mu!" Ucap Jeff sambil mengacungkan pistolnya ke arah kepala Victor.

"Cih, rupanya kau ingin bermain dulu," decak Victor yang masih menatap Jeff.

Ancaman itu tentu saja tak membuat Jeff takut. Kini ia sedang memakai jubah anti peluru dan juga topeng anti peluru. Jadi tembakan itu tak akan melukainya sama sekali.

Jarak Victor sudah semakin dekat dengan Jeff. Jeff yang semakin panik pun langsung ingin menarik pelatuknya, namun sayang hal itu terhentikan karena Victor terlebih dahulu menepis tangan Jeff dan membuat pistol itu terlempar ke lantai.

Hal itu membuat Jeff semakin panik, keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Victor kini tengah mengambil pistol Jeff yang tadi terlempar.

"Pistol yang cukup bagus," ucap Victor ketika memunguti pistol tersebut dan ia mengusap ujung pistol yang terdapat ukiran bertuliskan 'JG' yang bermaterial emas.

Sedangkan Jeff kini tengah memikirkan bagaimana caranya bisa kabur dari pembunuh satu ini. Ia yakin yang di hadapannya satu ini adalah pembunuh bayaran yang tak biasa. Ia sangat frustasi, apalagi di ruangannya tak terdapat jendela satu pun. Hal itu membuatnya semakin sulit untuk kabur.

"Apakah kau sudah siap Jeff?"

"Apa yang kau mau, siapa yang menyuruhmu? Aku bisa membayar mu lebih darinya!" Ucap Jeff.

"Sayangnya aku tak tergiur dengan uang, sampah seperti mu memang harus disingkirkan bukan?" Victor meremehkan.

Victor mengambil belati yang ia simpan di saku jubahnya, tanpa menunggu lama lagi Victor langsung mengeksekusi Jeff.

Srett

Satu sayatan dibuat Victor pada bagian perut Jeff. Belati itu merobek baju Jeff dan juga menembus kulitnya yang membuat luka menganga yang cukup besar.

Jeff kini hendak lari ke kamar mandi, darah segar mengalir dari bagian perutnya. Namun sayang Gerakan Jeff masih kalah cepat dengan Victor. Ketika hendak berlari, Victor sudah terlebih dahulu menancapkan belatinya pada bagian dada Jeff. Hal itu membuat Jeff ambruk. Darah segar mengalir dari dada dan juga keluar dari mulutnya.

Kini Jeff terkulai lemas di atas lantai. Sedangkan Victor kini tengah menyeringai melihat karya nya.

"Oh iya aku hampir lupa, aku akan menghabisi mu dengan senjata mu sendiri bukan?" Tanya Victor sambil meraih pistol milik Jeff.

"S-suatu saat na-nanti, a-akan a-ada yang mem-balaskan semua i-ini," ucap Jeff terbata.

"Katakan selamat tinggal pada dunia Jeff," Ucap Victor yang kemudian menembakkan pistol tersebut tepat di depan kepala Jeff.

Peluru itu kini telah bersarang di kepala Jeff. Dan Jeff sudah tak sadarkan diri. Setelah selesai, Victor langsung keluar dari ruangan Jeff dan menutup pintunya. Victor kini pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya agar terlihat seperti pengunjung biasa. Setelah selesai, Victor langsung meninggalkan bar tersebut dan mengendarai mobilnya ke suatu tempat.

Disisi lain, Dean sedang berada di ruang kerjanya. Ia masih memikirkan ucapan mommy nya tadi.

"Apakah benar Gerry itu adalah Devan?" Lirih Dean.

Flashback...

Sepuluh tahun yang lalu, Dean memiliki seorang adik yang bernama Devan. Usianya baru menginjak lima tahun. Semenjak kehadiran Devan, Dean merasa bahwa ia diabaikan oleh kedua orang tuanya. Selain itu ia juga sering dimarahi oleh orang tuanya. Dean berpikir bahwa itu semua adalah karna Devan.

Walaupun pada saat itu usianya sudah tujuh belas tahun, namun Dean tetap saja merasa iri pada adiknya. Ia merasa bahwa kedua orang tuanya lebih sayang kepda adiknya dari pada kepada dirinya. Entah apa yang merasuki Dean, Dean nekat menculik adiknya dan memberikannya kepada sepasang suami istri.

Ayah Dean dan Devan adalah seorang pengusaha. Bristian Derandrio adalah seorang pengusaha properti terbesar yang ada di negaranya. Berita anak bungsunya yang hilang tersebar dengan cepat ke manca negara. pada saat itu Tian sudah mengerahkan banyak orang dan juga mengeluarkan banyak uang untuk mencari putra bungsunya. Tapi tetap saja hasilnya nihil.

Pada saat itu Dean hanya bersikap biasa saja seolah tak ada masalah. Ia bersandiwara di depan kedua orang tuanya. Sedangkan Vanny saat itu sangat terpukul. Bahkan hampir sebulan Vanny tak pernah mau keluar dari kamarnya. Tapi perlahan keadaan keluarga mereka membaik, walaupun belum bisa menerima semuanya, namun Vanny dan Tian berusaha untuk berdamai dengan keadaan.

Dean memanglah sangat licik. Ketika ia menitipkan Devan pada pasangan suami istri tersebut, Dean juga menyuruh pasangan suami istri tersebut untuk pindah tempat tinggal ke daerah yang sedikit terpencil.

Pada saat itu Dean berjanji akan terus membiayai hidup adiknya. Dean juga meminta pasangan suami istri tersebut untuk membuatkan nama baru untuk Devan. Hingga dua tahun kemudian, Dean berhenti mengirimkan uang untuk biaya Devan kepada pasangan suami istri itu. Namun semuanya masih baik-baik saja. Pada saat itu Devan masih di urusi oleh pasangan suami istri tersebut.

Saat itu Dean benar-benar tidak tahu menahu lagi tentang adiknya. Bahkan Dean tak tahu siapa nama baru adiknya yang di berikan oleh pasangan suami istri tersebut.

Flashback end...

"Aku harus mencari pasangan suami istri itu, Alvi dan Intan, ya, aku harus mencari mereka," ucap Dean yang langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Bersambung...

Author note : Hello guys! Maaf ya buat kalian yang udah setia nungguin novel ini up. Aku baru sempet up sekarang karena aku bener-bener sibuk (sok sibuk banget yah) tapi aku beneran sibuk lagi banyak kegiatan dan kerjaan juga jadi ga sempet untuk up. Maaf aku baru bisa up sekarang. Dan yang pasti cerita ini bakalan tetap lanjut kok! Makasih ya buat kalian semua yang udah support terus cerita ini, dan makasih banyak juga buat kalian yang udah vote cerita ini. Kita akan mulai memasuki konflik ya, dan tenang aja konfliknya ga akan berat-berat. Enjoy guys, happy reading!!!

STUCK WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang