Rencana Dari Vanka

2 0 0
                                    

Bagian 16
Rencana Dari Vanka

Rasa curiga Sintya semakin menggebu-gebu karena melihat mereka bertiga tengah masuk ke dalam laboratorium kimia dan keluar dengan membawa kunci. Padahal ibu guru selalu mengawasi laboratorium kimia. Namun kali ini sedikit berbeda.

Lalu keesokan harinya. Alena menemui Sintya.

"Sin, Kok kamu kemarin engga nyapa Merlin?" Ucap Alena.

"Engga, Emangnya kenapa?" Ucap Sintya.

"Aku liat liat kan, Kalian kan akrab. Bisa di bilang temen deket juga." Ucap Alena.

"Engga Len, Aku tuh curiga sama dia." Ucap Sintya.

"Curiga? Masalah kematian Ive?" Ucap Alena.

"Iya, Kok tau Len?" Ucap Sintya.

"Tau, Dulu pernah muncul gosip kalo kematian Ive tuh banyak kejadian aneh dan janggal juga Sin." Ucap Alena.

"Iya, Makanya aku tuh lagi nyari tau." Ucap Sintya.

"Hadeh, Kalo aku si males. Mending liat kegantengan Alamsyah aja." Ucap Alena.

Sintya hanya melirik Alena dengan sedikit sinis. Lalu tertawa kecil. Pada saat jam istirahat Sintya berjalan sendirian di kantin untuk membeli bakso Bu Sarti. Di tengah perjalanannya menuju kantin. Sintya berpapasan dengan Merlin. Sontak Merlin langsung menyapa.

"Hai Sintya." Ucap Merlin sambil menutup jalan Sintya.

Sintya hanya menatapnya dan ingin melanjutkan langkahnya. Namun Merlin menutupinya. 

"Sin, Sintya. Kalo ada orang manggil tuh di jawab Sin." Ucap Merlin tengil.

"Iya? Kenapa? Ada urusan?" Ucap Sintya menatap mata Merlin.

"Yah Sin, Kamu mah sensian." Ucap Merlin.

Kemudian Sintya menerobos Merlin dan melewatinya begitu saja. Merlin hanya melihatnya dan tidak mengejarnya.

"Dia bener bener berubah, Makin kesini makin ngeselin aja." Ucap Merlin sambil melihat Sintya berjalan.

Setelah Sintya berjalan terlihat dari kejauhan, Vanka sedang duduk juga di kantin di tempat Bu Sarti. Sintya datang menyapa.

"Hai Vanka?"  Ucap Sintya menyapa.

"Halo Sin, Tumben kesini?" Ucap Vanka.

"Iya nih lagi pengin makan bakso Van." Ucap Sintya.

"Ohh, Kenapa kok mukamu keliatan kesel?" Ucap Vanka yang berpura pura tidak tau, Padahal matanya tertuju pada saat melihat Merlin dan Sintya yang hampir bertengkar.

"Gatau deh, Perusak suasana banget hari ini. Kenapa dah Tuhan nyiptain manusia kaya dia." Ucap Sintya.

"Udah Sin, Jangan marah marah. Mending kita pesen Bakso Bu Sarti aja." Ucap Vanka.

"Iya ntar sekalian sampe penjual penjualnya aku beli deh." Ucap Sintya.

Sintya benar benar sangat kesal. Terlebih lagi dengan perlakuan Merlin yang benar benar membuatnya risih dan merasa terganggu. Setelah selesai memakan semangkuk bakso. Perasaan Sintya kembali membaik dan spontan bertanya.

"Van? Kamu kok ga suka pedes?" Ucap Sintya.

"Suka, Cuma lagi pengin ga pake sambel aja tadi Sin. Gimana? Udah sampai mana? Apa ada hal lain selain pisau di laboratorium kimia?" Ucap Vanka.

"Gimana ya? Tau Merlin kan? Kemarin dia bertiga masuk laboratorium sambil bawa kuncinya." Ucap Sintya.

"Bertiga siapa aja? Merlin, Alamsyah, Melvin?" Ucap Vanka.

Sintya menganggukkan kepalanya.

"Bukannya Ibu guru selalu ga ngebolehin siswanya masuk ya? Ibu guru kan sayang banget sama barang barang di dalem laboratorium." Ucap Vanka.

"Mereka punya nama, Mereka punya nama buat masuk. Jadi ya siapa yang ga kenal Alamsyah? Kemungkinan besar juga pisaunya udah di ambil bahkan udah di bersihin sampai ga ada sisa darah sedikitpun." Ucap Sintya.

"Takutnya mereka ngeganti pisau yang berlumur darah pake pisau yang baru." Ucap Vanka.

"Iya juga ya." Ucap Sintya kaget dan menepuk jidatnya.

"Mau gamau kita harus pake rencana lainnya Sin. Biarin aku nyoba sesuatu Sin." Ucap Vanka.

"Mau nekat?" Ucap Sintya.

"Engga, Aku ada rencana. Kita bisa mulai besok." Ucap Vanka.

"Okeh Van." Ucap Sintya.

Terdengar suara bel berbunyi kemudian Vanka dan Sintya pun kembali ke kelas.

Kamu Pergi Setelah Semuanya Baik Baik SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang