Gue dan Gia sudah memutuskan untuk tinggal bareng di Jakarta. Ya, setelah di kasih wejangan oleh para orang tua kami, Gia setuju untuk tinggal di Jakarta tapi dia mau untuk setiap 1 bulan sekali bisa pulang ke Bandung untuk cek toko bunga nya. Gia juga udah kasih tau Fani -- partner kerjanya di toko bunga.
Sekarang gue dan Gia bakalan tinggal di rumah gue, kita bakalan tinggal berdua aja. Paling nanti Bi Mirna dateng buat bantu beres-beres di rumah habis itu balik lagi ke rumah mama.
"Gue berangkat kerja dulu. Kalau ada apa-apa kabarin gue."
"Hmm."
Tiba di kantor, ada 2 anak baru. Setelah di kenalkan salah satunya Nadine anak dari Pak Bima -- rekan kerja papa.
"Pak Andre, kenalkan ini Nadine. Nadine ini Pak Andre. Nantinya Nadine yang akan membantu Bapak untuk handle masalah kerjaan." Ujar Bowo selaku HRD di kantor gue. Ya, bisa di bilang Nadine ini sebagai AsPri gue lah. Soalnya asisten pribadi gue yang lama resign karena suaminya dipindah tugaskan ke luar kota."Nadine ikut saya ke ruangan." Kata gue ke arah Nadine.
"Saya mau tiap pagi kamu langsung kasih tau saya tentang kegiatan saya sampe pulang. Selain di jam kerja saya gamau di ganggu kecuali untuk urusan yang bener-bener urgent kamu boleh langsung telepon saya. Ada yang mau ditanyain?"
"Oke jelas Pak."
"Kamu boleh keluar sekarang."
"Baik Pak, saya permisi."
Gue liat Nadine ini kerjanya cukup bagus, dan seperti udah paham ga banyak tanya lagi. Gue liat profil dia seumuran dengan Gia, tapi yang gue heran kenapa dia ga kerja sama bokapnya aja. Malah kerja disini jadi aspri gue lagi.
Ting!
Ting!
Gia
Pulangnya masih lama ga Dre?
Tolong beliin martabak telur dong deket rumah mama Metta. Bisa ga?Gue buka chat dari Gia, yang isinya minta dibelikan Martabak. Setau gue, tukang martabak ini tuh emang langganan Nata juga.
Andreas
Bentar lagi pulang. Ok.
Gue sampe rumah jam 7 malam, gue liat Gia lagi nonton TV.
"Nih pesenan lo.""Lo uda makan?"
"Belumlah."
"Yaudah ayok makan bareng-bareng."
Selama kami makan tidak ada yang bersuara. Kami makan dengan tenang. Selesai makan gue langsung masuk ke kamar buat mandi, karena tadi udah keburu laper. Kelar mandi gue denger suara orang lagi muntah-muntah pikiran gue langsung ke Gia. Kan bener aja tebakan gue, si Gia lagi muntah-muntah lagi.
"Kok muntah lagi si lo, kemarin udah ga muntah."
"Gatau, pedahal tadi gue pengen banget martabak udah gue makan malah ke buang enek banget gue." Kata Gia dengan nada suara yang lemas.
"Yaudah nih minum dulu."
Setelah drama muntah-muntah itu, Gia bilang mau langsung tidur aja karena kepala dia yang tiba-tiba sakit. Gue juga iya in, dan gue masuk ke ruang kerja gue.
Sekitar jam 11 gue masuk kamar buat tidur, gue liat Gia udah tidur dengan pulas.
"Kasihan banget si lo Gi, harus mual-mual terus." Kata ku dengan suara yang sangat pelan. Lalu ku usap perut Gia yang sudah lebih menonjol, sambil berkata "Kamu jangan bikin mama kesusahan gitu, kasihan mama kamu."Pagi-pagi aku kebangun karena gejolak yang ada di perut. Sepertinya morning sickness ini akan terus mengganggu ku di pagi hari. Aku sampai bener-bener lelah karena mual ini. Gaada yang biasa aku makan, pedahal aku lapar. Andre yang melihatku bingung harus berbuat apa.
"Ke dokter aja deh Gi. Hampir tiap pagi lo begini, malem juga gabisa kemakan banyak. Nanti anaknya dapet nutrisi dari mana kalau lo kayak gini. Gue juga jadi ga tega ninggalin lo kerja.""Kata dokter Anita juga kan emang pasti kayak gini Dre."
"Ya tapi ini lo sampe lemes gitu, udah kita ke dokter sekarang nanti gue telepon asisten gue buat handle kerjaan di kantor dulu sampe gue dateng."
"Sorry jadi repotin lo"
"Ini juga anak gue, jadi gue harus tanggung jawab juga."
Gue langsung telepon Nadine kabarin kalau hari ini gue masuk siang, dan untungnya hari ini di kantor gaada yang urgent. Kita langsung ke rumah sakit sesampainya di sana harus nunggu sekitar 5 orang lagi. Gue denger ibu-ibu di sebelah Gia ajak Gia berbicara.
"Lagi hamil berapa bulan Mba?" Kata si ibu yang perutnya jauh lebih besar dari Gia."18 minggu Bu. Ibu uda waktunya lahiran ya?"
"Iya ini udah check up terakhir Mba."
"Sehat-sehat terus ya Bu."
"Amin, makasih Mba. Mba juga sama sehat-sehat terus ya."
"Atas nama Ibu Gianna Putri Wibowo"
Saya duluan masuk ya Bu"Silahkan duduk Ibu Bapak. Ada keluhan ga sejauh ini?"
"Istri saya masih sering morning sickness, malam juga kadang suka muntah-muntah dia."
"Itu wajar Bapak, tapi kalau ibu Gia mual-mual yang sampe pingsan harus buru-buru dibawa ke rumah sakit takutnya ada masalah di janinnya. Coba kita liat dulu ya hari ini dedeknya lagi apa."
Gue bantu Gia untuk naik ke atas brangkar
"Nih Pak bu, bisa di liat wajah dedeknya wah ini sepertinya mirip papanya ya." Ucap dokter Anita sambil tertawa"Mau lihat jenis kelaminnya ga Pak Bu?"
"Udah bisa di cek ya dok?" Tanya Gia memastikan
"Bisa Bu, coba ya kita liat sama-sama. Wah ini sepertinya perempuan, coba kita dengerkan detak jantungnya ya."
Gue bener-bener merasa takjub tiap kali denger suara detak jatung anak gue dan bunyinya kenceng banget.
"Ini sehat dan aktif ya Pak Bu bayinya, cuma agak kurang saja berat badan bayinya. Ibu nya bisa konsumsi ice cream supaya berat badan bayinya nambah ya.""Baik dok" ucap Gia
"Ini saya resepkan lagi vitaminnya ya. Ini untuk print out bayinya Bapak Ibu."
"Baik, terima kasih dok." Ucap gue dan Gia ke dokter Anita.
Xosoxohe
KAMU SEDANG MEMBACA
Gianna
ChickLitKami menikah bukan karena cinta, tapi karena kejadian satu malam yang membuat kami harus menikah. Bisakah kami menjadi orang tua yang baik untuk dia? Sedangkan kami saja tidak saling mencintai.