Weekend ini rencananya aku dan Andre mau ke supermarket untuk belanja bahan makanan yang sudah habis dan sekalian beli cemilan.
Ku dengar suara handphoneku berbunyi, dan melihat nama siapa yang meneleponMama calling
Langsung saja buru-buru ku angkat.
"Halo ma?""Halo Gi. Kamu di rumah?"
"Iya ma, Gia di rumah. Tapi bentar lagi mau pergi ke supermarket sih. Kenapa ma?"
"Kamu bisa pulang kesini sayang? Nata ada di rumah."
"Mama serius? Nata udah balik ke Indonesia lagi ma?"
"Iya sayang, kamu sama Andreas cepet kesini ya nak, Nata katanya mau ketemu kalian juga."
"Oke ma, aku sama Mas Andre sekarang ke sana."
Aku langsung menghampiri Andre yang masih di kamar, ku lihat ia sedang melihat ke arah tabletnya mungkin sedang melihat kerjaan.
"Dre, kayaknya kita tunda dulu belanja bulanannya. Mama tadi telepon, katanya Nata udah pulang Dre. Nata bilang sama mama, dia mau ketemu kita."
Ku lihat Andre bengong, gaada ekspresi apa-apa di wajahnya. Mungkin dia kaget mendengar Nata udah balik ke Indonesia."Lo serius Gi? Ga bohong kan lo?"
"Gue serius, sekarang langsung aja kita ke rumah mama."
Untung saja perjalanan ke rumah mama tidak terlalu macet. Jadi, kami bisa sampai sekitar 30 menit kemudian.
Aku dan Andre langsung masuk ke dalam rumah, ku lihat mama, papa dan Nata sedang duduk di ruang tamu.
Aku langsung menghampiri ia, dan memeluknya."Nata, lo udah balik? Gue minta maaf udah bikin lo kecewa."
Nata melepaskan pelukanku dan bilang
"Mba, gue udah maafin lo. Gue juga minta maaf terakhir kali kita ketemu gue ngomong kasar sama lo. Gue bener-bener mau ikhlasin lo sama Andre Mba."Ku denger Andre langsung memanggil nama Nata dengan nyaris berbisik
"Nata...""Gue juga gamungkin tega harus ngambil Andre dari lo, gue gamau anak kalian kehilangan sosok ayahnya."
"Gue minta maaf sama lo Nat, gue bener-bener minta maaf."
"Udah Mba, kita ikhlasin semuanya. Soal omongan gue yang dulu. Gue juga minta maaf, kita mulai semuanya dari awal lagi Mba. Dan Mas Andre, aku udah bilang kan dari terakhir kita telepon untuk lupain aku dan hidup bahagia sama Mba Gia. Karena aku bentar lagi juga akan memulai hidup yang baru."
"Maksud kamu apa Gi?" Tanya Andre.
"Aku udah bilang sama papa dan mama tentang ini. Mungkin kalian juga akan syok sama seperti mereka. Aku mau menikah Mas Mba..."
"Menikah sama siapa? Kamu jangan ngaco ya Nat." Tanya ku dengan penasaran.
"Mba mungkin akan lebih kaget lagi kalau tau aku akan menikah dengan siapa. Tapi please, dia benar-benar orang yang selalu ada untuk aku selama kurang lebih 4 bulanan ini aku di Paris dan aku bener-bener merasa nyaman dengan dia. Aku akan menikah dengan Mas Bima."
Aku kaget mendengar ucapan Nata yang akan menikah dengan Bima. Bima ini mantan aku sewaktu kuliah di Bandung dulu, Bima memang udah kenal dengan Nata. Karena sewaktu aku pacaran dengan Bima, Nata sering ikut dengan kami.
"Bima mantan pacarku? Kamu serius Nat?"
"Aku serius Mba, dia juga udah melamar aku. Minggu depan orangtuanya akan datang kesini Mba."
Aku bener-benar kehabisan kata-kata. Dari sekian banyakannya laki-laki kenapa harus sama Bima. Dulu aku dan Bima memang putus secara baik-baik tapi akan gaakan menyangka kalau dia yang akan menjadi calon adik iparku.
"Kamu yakin Nat?" Tanya Andre ke Nata.
"Yakin Mas."
Aku lihat muka Andre yang benar-benar marah. Mungkin dia marah ke Nata karena Nata akan menikah dengan pria lain. Tapi gimana toh, dia juga kan posisinya sudah menikah dengan ku bahkan sudah mau punya anak.
"Yasudah kalian istirahat saja dulu. Kamu pasti capek kan Nat perjalanan dari Paris. Gia Andre kalian menginap saja disini." Ucap papa ku
"Iya pa." Itu aku yang menjawab
Lalu kami semua langsung beristirahat di kamar masing-masing.
"Dre, lo gapapa?"
"Gue harus jawab apa Gi? Gue gamungkin bilang baik-baik aja kan disaat gue masih mengharapkan Nata?" Aku terdiam mendengar ucapan Andre. Andre memang belum sepenuhnya melupakan Nata, aku memang gabisa menyalahkan Andre, karena kami pun terpaksa harus terikat pernikahan karena accident yang menimpa kami dan sekarang bahkan aku hamil anaknya.
"Dre, gue tau lo berat melepaskan Nata. Tapi lo harus bisa Dre. Gue ga minta lo untuk cinta sama gue, tapi setidaknya lo harus cinta sama anak lo Dre. Gue tau lo belum sepenuhnya nerima gue dan anak ini, bahkan lo kadang bersikap acuh sama gue. Tapi gue tetep bertahan sama lo, karena dia. Please, kalau emang tetep gabisa dan berat gue yang akan lepasin lo setelah anak ini lahir dan gue akan balik ke Bandung tanpa ganggu lo lagi."
Setelah aku berkata seperti itu, Andre keluar dari kamar dan aku hanya bisa menangis.
Gue bener-bener ga ikhlas dan rela kalau harus melihat Nata menikah dengan orang lain. Jujur sampai detik ini gue masih mengharapkan dia. Gue gabisa bales ucapan Gia, karena memang gue juga gatau apa yang gue pingin nantinya. Yang jelas sekarang ini gue masih mau Nata. Gue lihat di dapur ada Nata yang sedang ambil minum, langsung aja gue langsung samperin dia.
"Nat, aku mau bicara.""Bicara apalagi Mas?"
"Kamu bohongin aku kan yang bilang kamu mau nikah? Kamu bercanda kan? Aku tau kamu masih marah sama aku, tapi ga gini caranya." Ucap gue dengan nada frustasi.
"Aku serius Mas, aku akan menikah dan minggu depan keluarga dari calon suamiku akan datang kesini."
"Secepat itu kamu melupakan tentang kita? 2 tahun lebih hubungan kita ga berarti apa-apa buat kamu Nat?"
"Kamu ngaca ga si Mas? Kamu yang buat aku kayak gini, kamu yang lupain duluan semua tentang kita. Kalau kamu dan Mas Gia ga melakukan itu mungkin kita masih bahagia Mas sampai detik ini, kita gamungkin terluka satu sama lain. Tapi sekarang kamu liat, aku, kamu, Mba Gi bahkan kita semua terluka. Anak kalian mungkin juga bisa terluka karena hadir ditengah-tengah kalian yang tidak saling mengharapkan satu sama lain. Aku harap kamu selalu bahagia Mas, tolong jangan kecewain Mba Gi, dia udah cukup menderita selama ini karena aku Mas, kamu harus bahagia sama Mba Gi dan anak kalian. Aku udah ikhlas dan rela untuk lepasin kamu Mas."
"Ngga Nat, kamu gabisa giniin aku Nat." Ucap gue dan tiba-tiba langsung gue peluk Nata.
"Aku akan jadikan ini pelukan terakhir kita Mas, dan tolong untuk jangan sakiti keponakanku." Nata langsung mencoba melepaskan pelukan gue. Dan dengan sangat terpaksa gue lepas pelukan itu.
Xosoxohe
KAMU SEDANG MEMBACA
Gianna
ChickLitKami menikah bukan karena cinta, tapi karena kejadian satu malam yang membuat kami harus menikah. Bisakah kami menjadi orang tua yang baik untuk dia? Sedangkan kami saja tidak saling mencintai.