feelings

2.1K 120 12
                                    

Dalam persaudaraan antara dua pemuda dengan marga Min ini, ada banyak yang bisa diceritakan tapi ada banyak hal juga yang tidak bisa dimengerti. Keduanya, Yoongi dan Jungkook sama-sama keras dan memiliki jalan yang ingin mereka tempuh. Mereka jalan beriringan namun tidak pernah searah. Selalu ada perdebatan namun tetap saja rasa persaudaraan antara Min Yoongi dan Min Jungkook masih ada.

Kesuksesan pada keluarga mereka datang dari Min Yoongi dan Min Jungkook. Yoongi yang dimasa remajanya rela bersekolah dengan melakukan beberapa pekerjaan paruh waktu untuk mendapatkan uang akhirnya berhasil menjadi seorang pemusik dan produser yang sangat handal. Sedangkan Min Jungkook yang rela mengorbankan masa remajanya untuk memulai bisnis dengan mengumpulkan uang saku yang diberikan kepadanya. Meskipun jarak mereka 5 tahun namun dari sisi kemandirian mereka berdua sangat bisa diapresiasi.

Pengorbanan mereka berdua membuahkan hasil yang memuaskan untuk mengangkat derajat keluarga. Namun memang ada yang harus dikorbankan untuk mencapai kesuksesan itu. Yoongi harus menghadapi depresi sejak ia masih remaja dan Jungkook harus mengorbankan waktu emasnya untuk belajar yang malah ia gunakan untuk membanting tulang.

Karena depresi itu, Yoongi memilih untuk rutin konsultasi dengan sahabat sekaligus dokternya yaitu Kim Seokjin yang sudah bersahabat dengan Yoongi selama 10 tahun. Seokjin sudah seperti kakak baginya. Terkadang Yoongi juga meminta pendapat pada Seokjin jika ia merasa buntu.

Seperti sekarang ini....

Yoongi tengah berkonsultasi dengan Seokjin. Ia menceritakan tentang kehidupannya sekarang sekaligus juga hubungannya dengan Jungkook yang kini mulai renggang. Yoongi tau ini hanya perasaannya saja. Tapi perasaan itu terlalu nyata untuk Yoongi hiraukan. Ia masih percaya bahwa persaudaraannya dan Jungkook masih sangat kuat seperti saat mereka belia. Yoongi juga menyampaikan pada Seokjin ketakutannya. Bagaimana jika Jungkook takut pada depresinya? Apakah ia masih pantas untuk jadi kakaknya Jungkook? Apakah ia tidak akan menyulitkan Jungkook dengan depresinya sekarang?

"Tidak ada yang salah, Yoon. Jungkook juga tau tentang ini. Kau juga bisa melihat sendiri reaksinya dulu saat aku menjelaskan bagaimana kondisimu. Yang paling penting kau sudah bisa mengendalikannya dan itu sebuah pencapaian yang baik, Yoon"

Yoongi menghela nafas sejenak. "Yaaahh, memang anak itu. Adikku selalu bisa diandalkan" senyuman Yoongi melengkung saat membayangkan wajah Jungkook. "Kau tau, Hyung? Setiap aku merasa ada yang salah atau aku merasa depresiku kambuh. Aku ingat bahwa aku memiliki adik seperti Jungkook. Ingatan itu langsung membuatku nyaman dan merasa lebih baik" Ucap Yoongi.

"Aku juga berterimakasih padanya karena meringankan tugasku dan mengurangi dosis obat yang harus aku resepkan padamu, Yoon" canda Seokjin yang menciptakan tawa antara mereka untuk sesaat. "Jadi, apa rencanamu selanjutnya, Yoon?" pertanyaan ini langsung dijawab oleh Yoongi.

"Hanya menjalani kehidupanku saja, Hyung" dengan pasti Yoongi memberikan rencana kehidupannya kedepan.

"Aku melihat jadwal kegiatanmu dalam satu minggu dan itu terlalu banyak, Yoon. Kau tidak mau menguranginya? Setidaknya menyempatkan waktu untuk pergi bersama Jungkook"

"Dia sibuk dengan jadwal kuliahnya, Hyung. Setelah ia memutuskan untuk kejar paket, Jungkook langsung fokus pada studinya. Mungkin nanti saat weekend, Hyung"

Perhatian Seokjin teralihkan ke ponselnya yang menandakan ada pesan masuk. Pesan itu dari Jungkook yang sedikit bisa ia baca. "Yoongi Hyung masih disana, Hyung?" tapi pesan itu masih berlanjut. Seokjin belum bisa membukanya sekarang karena masih ada Yoongi dihadapannya.

"Baiklah, Yoon. Aku rasa cukup untuk hari ini. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Mungkin aku perlu meresepkan obat tidur tapi kau hanya boleh meminumnya saat insomnia"

"Iya, Hyung"

Yoongi menyetir dengan hati-hati setelah berpamitan dengan Seokjin. Hari ini ia hanya akan beristirahat. Setiap kali ia selesai bertemu Seokjin dan berkonsultasi rasanya sangat lelah. Pekerjaannya b isa ia tunda untuk satu hari. Namun fikirannya mulai teralihkan, Yoongi tiba-tiba ingin menyetir kearah kampus Jungkook untuk melihat sejenak apa yang adiknya lakukan.

Yoongi mengelilingi taman kampus itu sejenak untuk menemukan suasana yang baru namun sudah satu jam Yoongi tidak bisa menemui Jungkook. Mungkin adiknya sedang ada kuliah atau sedang didalam gedung perpustakaan yang letaknya agak jauh. Yoongi tersenyum sejenak dan akhirnya memilih untuk melanjutkan perjalanan.

Tanpa Yoongi tau, Jungkook sedang memperhatikannya dari kejauhan dengan tatapan kebencian...

Jungkook beberapa kali menarik nafasnya sedikit lebih dalam. Melihat Yoongi sama saja memancing kekesalan dalam hatinya. Jungkook membenci semua hal tentang kakaknya karena itu semua membuatnya terlihat sangat rendah dimata ayah.

Kaki panjangnya ia bawa berjalan cepat menelusuri koridor untuk memulai kelas sorenya....

"Itu tadi mobil Min Yoongi, kan?"

Seketika kaki Jungkook terhenti ketika mendengar kakaknya disebut oleh mahasiswa yang entah, Jungkook tidak mengenalinya.

"Yah, ada yang bilang ia adalah musisi yang gila. Dia masih menjalani pengobatan kejiwaan. Fansnya yang terlalu memujanya"

Kalimat dari pemuda yang kedua sudah cukup memancing amarah Jungkook. Ia melempar tas dan buku paket ke arah pemuda yang pertama kali menyebut kakaknya. Lalu dengan cepat berjalan dan menyerang pemuda kedua yang sudah menjelekan kakaknya. Pukulan berhasil meninggalkan luka lebam dan membuat pemuda itu mimisan.

Jungkook mengambil tas dan buku paketnya lalu memukul pemuda pertama dengan buku paket tebal untuk kedua kalinya. Rasa pusing langsung terasa bahkan Jungkook membuat hidung kedua pemuda itu mengeluarkan darah.

"Ini adalah peringatan!" Singkat Jungkook. Dengan tatapan mengerikan dan wajah datarnya, Jungkook meninggalkan kerumunan dan pemuda yang sudah berhasil ia buat babak belur itu.

-the greatest-

The Greatest [yoonkook brothership] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang