kindness

459 52 2
                                    

"Kau menemui Eomma?" Tanya Yoongi saat adiknya itu sedang berjalan kearah tangga rumah menuju kamar mereka. Jungkook yang mendengar pertanyaan Yoongi merasa tidak perlu menjawabnya. Dia yakin ibunya pasti sudah mengadu pada kakaknya itu.

"Bagaimana pertemuan kalian?" Tanya Yoongi lagi yang Jungkook rasa tidak perlu untuk mendapatkan penjelasan.

"Eomma yang menyebabkan Appa kecelakaan, kan?" Barulah Jungkook menoleh cepat pada kakaknya yang sedang duduk tenang disofa ruang tamu yang terletak pada sisi kirinya. Tapi Jungkook masih memilih untuk diam.

"Eomma melakukan sabotase pada mobil yang dikendarai Appa. Remnya mengalami kerusakan dan akhirnya jatuh ke tebing. Appa berhasil keluar dari mobil sebelum jatuh tapi ada benda tajam yang menancap diperut Appa menyebabkan pendarahan hebat lalu meninggal dunia. Asuransi kemudian turun dan Eomma mengelolanya. Hyung juga mendapatkan sedikit dari asuransi itu. Kemudian Kook-ah, kau bisa melanjutkan kehidupanmu"

"Apa arti dari semua itu?" Tanya Jungkook yang mencoba menampik semua kemungkinan dari kepalanya. Beberapa diantaranya tidak sesuai dengan harapannya. Tidak mungkin, kan? Apakah Yoongi masih menyayangi ibu mereka setelah pembunuhan itu?

"Kematian Appa dan semua yang terjadi pada keluarga kita, sudah berlalu. Jungkook-ah, kau juga harus bisa menerima-"

"Tidak! Aku berbeda denganmu, Hyung!"

Jungkook menarik nafas sebentar untuk mengisi sesak pada dadanya lalu melanjutkan kalimatnya, "Hyung bisa marah dan membiarkan semuanya lalu membalas satu kali orang yang sudah merebut hal berharga dari hidup Hyung. Hanya satu kali. Tapi aku tidak akan membiarkan orang seperti itu. Setiap menit dalam hidupnya, dia harus mengingat perbuatannya dan aku akan membalasnya dengan penderitaan juga"

Yoongi tau tabiat Jungkook yang pendendam seperti ini. Jika dibiarkan, Jungkook akan membahayakan hidupnya dan Yoongi tidak mau itu terjadi.

"Kau tau Hyung-ie sudah mengurus Eomma. Dia tidak akan berbuat macam-macam pada kita karena rahasia Eomma hanya kita yang tau. Hyung-ie hanya mengkhawatirkan keseamatanmu"

Jungkook tersenyum sedikit dengan mengerutkan alisnya, "Hyung-ie urus saja yang lain!"

Lengan Jungkook dicengkram oleh Yoongi saat kaki itu berusaha kabur dari pertengkaran kecil yang terjadi. Kakak adik itu kembali saling bertatapan dengan perasaan yang campur aduk dalam hati mereka.

"Kau fikir emosi bisa menyelesaikan semuanya?"

"Lalu apa yang akan Hyung-ie lakukan?"

"Mulai sekarang biar Hyung yang melangkah. Kau hanya perlu fokus pada pengobatanmu"

"Hehe. Dokter Seokjin menjelaskan sesuatu yang aneh lagi padamu?"

Yoongi menggeleng samar, "Dokter Hoseok yang menjelaskan kondisimu"

Sekarang adalah waktunya Jungkook diam dan mendengarkan kakaknya. Rahasia yang ia tutupi berhasil Yoongi ketahui hanya dalam waktu satu hari setelah kondisinya menurun kemarin.

"Kau bisa memperparahnya karena terlalu banyak fikiran. Mulai sekarang hanya fokuslah pada studi dan juga kesenanganmu, itu akan membantu"

Jungkook hanya melirik Yoongi. Ia tidak berani lagi menatap kakaknya karena rasa bersalah dan malu yang terus berperang dibenaknya.

"Kita keluarga, Jungkook-ah. Begitu juga Eomma. Dia tidak akan bisa menyembunyikan apapun dari kita, anaknya. Kita akan tau sebelum Eomma akan melakukannya. Dengan kau menemuinya hari ini artinya kau menyulut kemarahannya, dia bisa membahayakanmu. Untuk itu, jangan pergi kemana pun selain kampus dan rumah. Kau juga sudah punya studio melukis sendiri, kau tidak akan bosan"

Benaknya mulai tenang dan Jungkook kembali mampu menoleh pada kakaknya, "Hyung-ie" hanya ini saja yang bisa terucap olehnya.

"Jungkook, kau boleh marah. Tapi kau harus punya rencana. Terkadang kekerasan tidak bisa langsung menyelesaikan semuanya. Hyung tau kau hanya ingin melindungi apa yang kau sayang tapi untuk kali ini kau harus fokus pada kesehatanmu dulu"

"Kenapa Hyung tidak pernah benci padaku?" Setelah semua yang sudah aku lakukan pada Hyung. Ucap batin Jungkook yang ikut melanjutkan.

"Benci padamu itu sesuatu yang tidak akan terjadi, Jungkook. Hyung tidak akan melakukannya"

"Eomma?"

Yoongi terdiam sejenak dan menarik nafas beberapa saat, "Benci pada Eomma beda soal, Jungkook. Sejak kecil Hyung berjuang sendiri begitu juga untuk merawatmu"

"Aku tau kelahiranku tidak pernah diharapkan"

"Tapi kamu adalah satu-satunya yang berharga yang Hyung miliki. Terima kasih sudah lahir, Kook-ah"

Jungkook berkedip pelan dan menarik nafas dalam. Untuk sesaat paru-parunya terasa sesak karena terharu dan tidak menyangka Yoongi akan sesayang itu padanya.

"Aku tidak akan membiarkan apapun melukai Yoongi Hyung" ucap Jungkook dalam hatinya.

Percakapan mereka berakhir malam itu dengan suasana yang menenangkan. Yoongi dan Jungkook mampu beristirahat dengan tenang setelah bicara berdua dan saling mengungkapkan apa yang merek rasakan.

***

Paginya, Jungkook berangkat kuliah seperti biasa. Dengan motor dan juga jaket serta perlengkapannya. Namanya makin dibicarakan oleh orang-orang setelah semua tau ia adalah adik seorang Min Yoongi.

"Orang-orang bilang kau adiknya Min Yoongi?"

Mata Jungkook yang menajam langsung menoleh pada pemuda yang berani menyebut nama kakaknya.

"Siapa kau?"

"Aku juga penasaran. Siapa diriku yang sebenarnya"

Jungkook yang tidak ingin menghabiskan waktu langsung memutar bola mata dan meninggalkan pemuda dengan mata yang tidak asing itu.

"Aku menantangmu, Jungkook" ucapnya keras sehingga langkah Jungkook terhenti sejenak. "Malam ini, balapan denganku" lanjutnya.

Jungkook membalikkan badan dengan keberaniannya yang tidak pernah padam pada apapun. "Apa taruhannya?" Tanya Jungkook dengan wajahnya yang datar dan matanya yang menajam.

"Kakakmu"

Langkah lebar Jungkook dengan cepat mendekat pada pemuda yang tingginya lebih rendah darinya tapi tatapan dan senyum licik itu begitu memuakan. Kerah kemeja itu terangkat oleh tangan kekarnya. Jungkook mulai kesal dengan orang yang entah dari mana asalnya ini.

"Jangan macam-macam denganku!" Ancam Jungkook.

"Jika aku menang, aku akan menghancurkan Min Yoongi. Jika kau kalah, kau bisa mengganggu ibumu" Senyuman miring yang Jungkook lihat semakin membuatnya marah.

Perlahan pemuda dengan mata sipit dan wajah menawan itu menurunkan tangan Jungkook dari kerah bajunya lalu tersenyum"Kau akan tau. Ingat malam ini"

Pemuda itu pergi dengan kemenangan dihatinya. Mendekati Jungkook ternyata sangat mudah. Kelemahan Yoongi dan Jungkook adalah persaudaraan mereka dan itu sangat mudah ditebak. Memang seharusnya Yoongi dan Jungkook tetap merahasiakan itu agar pemuda ini tidak muncul dan bisa berbuat semaunya, Park Jimin.

- the greatest -




Souyaa
Maafkan segala typo :))🙏🏻

The Greatest [yoonkook brothership] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang