Bagian [4]

15 4 0
                                    


Seonghwa's POV

"Kemana kamu pikir akan pergi?" Yeosang berteriak dan menyilangkan tangannya di depan pintu.

Kenapa dari semua orang di dunia ini harus dia?! Apakah dunia sedang bercanda? Aku tidak pernah melakukan kesalahan dalam bekerja, tapi ketika dia muncul segala sesuatunya berjalan dengan berantakan.

 Aku bahkan pingsan! Bagaimana jika orang lain yang menemukan aku, tetapi ketika aku mulai berpikir lagi, harusnya semuanya akan aman, karena Yeosang benar-benar mabuk dan akan mudah untuk membuat kesepakatan.

"Pergi dari hadapanku atau aku akan melukaimu" Aku mengancamnya dan mengambil langkah mendekat.

"Fuck you!" Dia berteriak dan kemudian tersandung saat salah satu kakinya melangkan. Astaga, seberapa banyak laki-laki ini minum?

"Bisa-bisa nya kamu menyelinap ke dalam rumahku?!" Yeosang melanjutkan kemarahannya dan menunjuk ke dadaku. Aku merasa jari-jarinya berada pada mantelku.

Aku menghela nafas perlahan. Aku harus melakukan ini kalau ingin cepat selesai.

Dengan kasar aku menarik tangannya dan mendorong dia lagi ke dinding.

"EXCUSE ME?!" Dia terlihat terkejut untuk sesaat sebelum berteriak.

"Maaf" Aku berbicara kepadanya dan mendaratkan pukulan yang keras ke perutnya dengan tanganku yang lain.

Bola mata Yeosang melebar sebelum dia terjatuh kedalam pelukanku. Aku benar-benar berharap dia tidak akan mengingat apapun untuk kebaikan dirinya juga. Keadaan damai saat dia 'tertidur' lebih baik daripada saat dia bangun.

Dengan cepat aku membersihkan lantai di kamar mandinya dan meletakkan seluruhnya ke tempat semula.

Yeosang masih terbaring di lantai dan aku memutuskan untuk meninggalkannya disana, tetapi mungkin lebih baik ketika dia bangun, dia berada di atas tempat tidurnya. Jadi Yeosang akan berpikir bahwa itu adalah mimpi atau lebih baik dia tidak mengingat apapun karena pengaruh alkohol.

Aku meletakkan lenganku di bagian belakangnya dan kakinya secara hati-hati saat membawa  tubuhnya menuju kasur. Dia benar-benar tidak sadar dan meneteskan sedikit air liurnya disudut bibirnya. Setelah aku memastikan dia lagi, dengan cepat aku kembali menuju jendela dan turun dengan tali yang masih menggantung sebelumnya. 

"Oh Tuhan...." Aku meringis ketika masih merasakan sakit pada luka ku dan berjalan menjauh dari rumah Yeosang secepat mungkin. Jalan menuju rumahku tidak terlalu jauh, tetapi aku tidak dapat berlari atau berjalan dengan cepat karena luka ini.

Namun, beruntungnya setelah hampir satu jam, aku akhirnya berhasil ke stasiun kereta bawah tanah yang sudah aku cari-cari. Itu adalah salah satu stasiun kereta bawah tanah terbesar di Korea dan berada di pusat kota. Tetapi banyak orang tidak mengetahui tentang ruangan bawah tanah yang ada di sampingnya.

Aku duduk di depan rel yang berada lebih rendah dari lantai dan mulai berjalan sepanjang terowongan untuk beberapa menit sebelum aku meraih sebuah pintu besi tersembunyi yang terkunci dengan sebuah kode. 

Secara cepat aku memasukkannya, kemudian pintu terbuka sendiri dan memperlihatkan lorong yang panjang dan bercahaya.

Diujung lorong tersebut terdapat sebuah ruangan besar seperti aula. Dindingnya berwarna abu-abu, di sebelah kanan bagian tengah terdapat sebuah sofa besar dan layar besar yang menunjukkan sebuah kehidupan laut. Di sebelah kiri adalah kasurku, lalu disebelah kananya lagi sebuah dapur, ruang latihan, kamar mandi dan sebuah gudang untuk menyimpan barang-barang yang aku gunakan.

Ketika aku melihat sekitar, aku menyadari earphone kecil yang berada diatas meja disampingku. Haruskah aku menelepon Yunho dan menceritakan kepada nya tentang ini? Mungkin itu lebih baik. Aku juga perlu memberikan dia jam tangan yang sudah berhasil aku dapatkan untuk klien itu.

Blaze II SeongSangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang