Part 7 - Mengaung bagai Macan

308 18 0
                                    

Dok dok dok.

Terlihat mbak Saras mencoba menggedor pagar rumah kami, tapi kesulitan untuk membukanya, karena pagar memang digembok dan dirantai kencang oleh bapak.

Mbak Saras pun meloncati pagar, dan bergegas berlari ke arah kamar tamu rumah kami.

"Tok tok tok, Bu Tutik, Tok tok tok Bu Tutik" ketok & teriak kencang mbak Saras di pintu kamar tamu

Ibu yang bangun bergegas menuju kamar tamu membuka kan pintu.

"Mbak Saras to? Ada apa mbak malam malam gini kok kesini?" Tanya ibu heran campur khawatir

"Ibu saya Bu Tutik" mbak Saras menangis

"Ibu kenapa mbak? Ibu kenapa mbak?" tanya ibu ikut menangis dan bersedih

"Ibu mengaung ngaung tak sadarkan diri seperti macan Bu Tutik, beliau mencari njenengan dari tadi." jawab mbak Saras

Ibu pun tanpa pikir panjang langsung masuk ke kamar memakai jaket, dan celana panjang. Bapak yang terbangun pun segera bertanya.

"Meh kemana kamu dek?" tanya bapak

"Bu Hanif koyone kesurupan mas." jawab Ibu

"Ya Alloh, kamu meh jenguk kesana dek?" tanya bapak ke Ibu

"Beliau nyari aku mas, mbak Saras sampai loncat pagar rumah ini, nyari aku barusan." jawab ibu

"Aku perlu ikut to dek?" tanya bapak

"Ga usah mas, njenengan jaga Anan dan Eka saja." jawab Ibu

"Iya dek, sampean ati ati lo ya." kata Bapak

"Iyo mas, wis aku budal sik." kata ibu

Ibu pun segera membonceng mbak Saras yang menaiki motor. Mbak Saras menarik gas sangat kencang karena pikiran yang panik sedih tak karuan mengetahui kondisi ibu nya yang tak wajar. Di tengah tengah perjalanan ibu sempat bertanya beberapa hal ke mbak Saras.

"Mbak Saras, ibu sampean kan seminggu ini sudah sehat, sudah bisa jalan, dari yang lumpuh hampir 1 tahun ini, aku wis seneng mbak dengan kondisi mbak Hanif belakangan ini." kata Ibu

"Bu Tutik, mboten diceritani ibu saya to kemarin waktu masuk kerja?" tanya mbak Saras

"Ora mbak, cerita apa ya?" tanya ibu

"Ibu kemarin sempat putus asa waktu sakit lumpuh Bu Tutik." kata mbak Saras

"Terus gimana mbak?" tanya ibu

"Minta tolong ke saya anterin ke pengobatan mas Ronggo Sukirno, barat alun alun selatan keraton Bu." kata mbak Saras

Ibu yang lahir dan tumbuh besar di Solo area barat, condong lebih agamis dalam beragama islam dibanding bapak, karena hidup di lingkungan Muhammadiyah yang sangat kental. Mendengar mbak Saras membawa Bu Hanif ke pengobatan Ronggo Sukirno ibu cukup kaget dan kecewa

"Loh, bukane iku model model dukun mbak? Emane mbak" kata ibu.

"Nah ya itu Bu Tutik, ibu diberi jimat, diminta minum air kencing nya sendiri tiap pagi, sama yang paling aneh ibu diberi roh penjaga infonya Bu." kata mbak Saras

Rumah Keraton Mataram [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang