Part 9 - Keris

274 15 0
                                    

Teringat betul saat malam 1 suro tahun 2005, bapak pulang dari kirab malam suro di alun alun selatan keraton. Saat itu bapak membawa dua buah plastik.

Plastik pertama berisi kotoran kerbau bule, untuk pupuk kebun mangga halaman depan rumah

Plastik kedua berisi keris dari salah satu abdi dalem, mantan teman Mbah Darso Kakung dulu.

Ibu yang mengetahui bapak membawa 2 plastik itu marah marah.

"Pak, itu apa?" tanya ibu

"Telek kerbau bule sama keris dari mas Ronggowaseno." jawab bapak

"Balekno saiki keris kui, telek kerbaune kasihkan ke orang lain saja." jawab ibu ketus saat itu

"Lha kenapa? Aku ga ganggu sampean kok nesu?" tanya bapak marah

"Pak itu namanya syirik Pak, dosa besar, bakal sulit masuk surga kalau orang melakukan kesyirikan." jawab ibu ketus

Bapak diam tak menggubris omongan ibu.

Ibu yang mangkel, bergegas masuk kedalam kamar menemui saya dan mas Eka, sedangkan bapak justru keluar ke teras rumah untuk mencuci keris tadi dengan cairan khusus yang diberikan mas Ronggowaseno.

"Sudah bersih, tak taruh atas lemari wis." batin bapak saat itu

Berselang sehari setelahnya mas Eka demam tinggi sekali hampir 41 derajat Celcius. Ibu yang panik meminta bapak mengantar mas Eka bersama ibu periksa ke dokter Sarono.

"Mas... Eka demam.e tambah tinggi, ayo dibawa periksa ke dokter Sarono." kata Ibu

Bapak pun bergegas membawa mas Eka ke dokter Sarojo menggunakan motor berboncengan dengan ibu, mas Eka duduk diapit bapak dan ibu. Saat sakit itu, mas Eka diberi obat demam dan antibiotik, alhamdullilah 3 hari setelahnya sehat.

Tapi kira kira seminggu setelahnya badan mas Eka.kembali gemetar disertai muntah muntah, seperti menahan sesuatu.

Begitu terus sakit melanda mas Eka selama satu bulan penuh, sampai pernah sesak nafas karena kesakitan di hidung.

Tidak ada angin tidak ada hujan, Mbah Tarjo adik Mbah Parmin silaturahmi ke rumah.

"Mas War pripun kabare?" tanya mbah Tarjo ke bapak

"Alhamdullilah sehat pakde, tapi ini Eka sebulan sakit sakit terus." jawab bapak

Mbah Tarjo pun ada feeling tertentu dan tegas bertanya ke bapak.

"Awakmu sih nyimpen model model jimat to mas War?" tanya mbah Tarjo

"Ora pakde, cuman pas malam 1 suro aku diberi keris sama mas Ronggowaseno, tak taruh diatas lemari." jawab bapak

"Nah ya kui mas War balekno mas Ronggowaseno keris itu, pingin keluarga mu sehat & selamet kabeh to mas War?" tanya mbah Tarjo

Bapak yang tidak terima saat itu agak ngeyel atas permintaan Mbah Tarjo.

"Lha nopo to pakde salahe keris iku?" tanya bapak

"Kelingan bapak njenengan Mbah Darso Kakung meninggal muda karena apa mas War? Ojo sekali kali mencoba melupakan mas War" Mbah Tarjo mengingatkan

Bapak pun tampak mukanya berubah sedih dan nostalgia mengingat mbah Kakung Darso muda, atas dasar, pertanyaan Mbah Tarjo tadi.

Bapak pun mengambil keris dari atas lemari, dan tanpa sengaja ibu ada feeling dengan gelagat bapak.

"Meh kemana mas?" tanya ibu

"Aku meh ke rumah mas Ronggowaseno, mengembalikan keris ini ke beliau." jawab bapak

Ibu pun bersyukur saat itu.

"Alhamdullilah ya Alloh." batin ibu

Rumah Keraton Mataram [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang