6.

365 18 0
                                    

Azura dan Indah kini membersihkan ruang guru yang kosong, Indah menyapu dan Azura memberekan buku-buku di meja semua guru, Azura yang serius tidak sengaja melihat sesuatu yang begitu familiar di matanya Azura menarik notebook itu, melihat siapa meja yang tengah dia bersihkan sekarang, di depan ada nama pak Axel.

Dengan penuh rasa penasaran Azura membuka notebook yang sangat mirip dengan yang dia dapatkan di gudang perpustakaan namun tidak ada yang spesial dari notebook di sana sampai tulisan terakhir membuat Azura menautkan alis bingung.


~biarkan semuanya tertutup rapat, ini takdir untuk kamu Aqila Zernita~.


Melihat Indah mendekat Azura merapikan semua buku milik pak Axel dengan baik, "gue sudah menyapu, biar gue bantuin lo merapikan buku", ujar Indah langsung mengambil beberapa buku merapikan di tempatnnya.

"Oh iya, lo tahu ngak hubungan pak Axel dengan para murid di sekolah?", tanya Azura membuat Indah menoleh sejenak sebelum kembali merapikan buku.

"Pak Axel yah, beliau memang terkenal galak, namun tentu masih menjadi idaman para gadis di sekolah karena ketampanannya, pak Axel sudah punya keluarga tahu tapi masih banyak siswi yang terang-terangan menarik perhatian pak Axel, kalau soal hubungan dengan murid sih biasa saja setahu gue, kayak guru yang lain sama muridnya, kenapa lo juga termasuk yang fens dengan pak Axel ya?", ujar Indah sekalian mengejek kearah Azura.

"Ngaklah", ujar Azura cepat membuat Indah terkekeh.

"Permisi apa kalian belum selesai?", tanya seorang cowok masuk mendekat membuat keduanya tersentak kaget.

"Tinggal meja pak Arya saja Jo, kenapa?", tanya Azura merapikan buku di meja pak Arya bersama Indah.

Jojo tersenyum canggung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "ini kita di minta Disty ke kantin dulu sebelum pulang", ujarnya di jawab anggukan kedua gadis itu.

"Yuk, sudah selesai", ujar Indah langsung keluar.

Sebelum keluar Azura menangkan pandangan Jojo yang tengah memperhatikan meja pak Axel, gadis itu menghela nafas karena notebook yang dia buka tadi tetap berada di tempat semula, ketiganya berjalan beriringan menuju kantin, di sana sudah berkumpul teman kelas yang lain.

Azura, Indah dan Jojo mendekat ke meja Disty yang duduk dengan Chika dan Lintar dkk, melihat kedatangan mereka bertiga Lintar menoleh menatap membuat Jojo menunduk, Azura lagi-lagi melihat gelagat dari Jojo, apa Jojo memang sangat pemalu ?.

Ketigannya bergabung langsung menyeruput minuman di meja, "bukannya lantin sudah tutup ya", celetuk Azura membuat mereka terkekeh.

"Gue sama Cakra keluar beli", ujar Tomi membuat Azura menganggukan kepala.

Azura tersnetak menyadari sosok hantu itu muncul, tapi kini berbeda biasanya sosok hantu itu tidak pernah menatapnya tapi kini terlihat sangat jelas sosok itu menatap ke arah Azura, sekuat tenaga Azura menekan rasa takut yang hinggap di hatinya keringat dingin bercucuran di wajahnya, tentu tidak ada yang curiga sama sekali karena semuanya juga berkeringat setelah kerja bakti.


"Tolong"

Deg


Azura menutup mata merasakan hantu itu tepat di sampingnya, berbisik di telinga dengan suara yang sangat lirih membuat bulu kuduknya meremang, sial Azura sudah berusaha agar terlihat normal dan kini hantu itu menyadari jika Azura bisa melihatnnya.

"Ra, lo ngak apa-apa ?", tanya Chika membuat Azura membuka mata menghela nafas lega menyadari hantu itu sudah menghilang, Azura tersenyum canggung menggelengkan kepala.

"Besok jangan lupa pakai baju olahraga dari rumah, pak Axel tidak masuk jadi ngak masalah pakai baju olahraga sampai pulang sekolah", ujar Disty membuat mereka mengacungkan jempol kompak.

Setelah istirahat semuanya kembali ke rumah masing-masing, seperti biasa Indah nebeng dengan Azura, sejujurnya Azura sangat ingin menceritakan semuanya pada Indah namun Azura masih ragu menceritakan semuanya, masih terlalu abu-abu.

Sampai di rumah Azura memebersihkan tubuhnya membuka tas mencari mata tugas yang hendak di kumpul besok menyadari bukunya tidak ada Azura langsung panik seketika.

"Sial, bukunya ketinggalan lagi", ujarnya mengusap wajah kasar.

Dengan terpaksa Azura menghubungi Indah meminta di antar ke sekolah mengambil buku yang ketinggalan tentu Indah dengan senang hati mengantar, sampai di sekolah Azura dan Indah langsung merinding menatap suasana sekolah saat sepi terutama sore menjelang malam seperti ini.

"Horor bangat sih", celetuk Indah merapatkan tubuhnya pada Azura.

"Untung gerbang belum di tutup", celetuk Azura menghela nafas lega.

"Emang, gerbang di tutup pas magrib"  ujar Indah membuat Azura menganggukan kepala.

Motor sengaja mereka tinggalkan di gerbang agar satpam tahu masih ada orang di sekolah, keduanya berjalan menuju lantai 3 dengan peradaan was-was, sampai di kelas Indah membuka pintu yang belum terkunci.

Keringat dingin membasahi tubuh Indah, matanya melotot dengan mulut tertutup, badannya bergetar membuat Azura menoleh menatap objek yang tengah di tatap oleh Indah sekarang, kini yang mereka tatap menoleh membuat tubuh keduanya lemas bahkan tidak ada suara teriakan dari mulut keduannya.

"Ngak mungkin", ujar Indah.

Melihat sosok di sana menghilang membuat tubuh Indah luruh ke bawah mengatur nafas mencoba menguasai diri, Azura bergegas menuju bangkunya mengambil buku kemudian menarik Indah keluar dari kelas.

Indah masih terlihat shok sekarang sampai di gerbang Indah mengatur nafas menatap wajah Azura, "lo liat Ra, gue liat, gue liat, itu ngak mungkin", ujar Indah menggelengkan kepala bahkan sampai menampar pipinya.

"Tenang kita singgah di warung depan beli minuman", ujar Azura mencoba tidak takut nyatanya dia sama saja dengan Indah sekarang.

Sampai di warung Indah masih terdiam, langsung meneguk minuman yang di sodorkan Azura ke arahnya, "Ra apa yang terjadi, tadi, tadi gue lihat Aqila, Ra, tapi kondisinya, ngak mungkin gue pasti hanya halusinasi", racau Indah membuat Azura kini yakin jika hantu itu benar Aqila, namun siapa yang kini berpura-pura jadi Aqila di luar sana.

"Ra, lo liat juga kan?", tanya Indah menoleh menatap wajah pucat Azura.

Azura mengangguk membuat bulu kuduk Indah meremang, Indah benar-benar yakin yang dia lihat tadi adalah Aqila.

Siapa Dalangnya ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang