17.

299 18 0
                                    

Indah meringis menatap tatapan Azura yang terlihat mengintimidasi saat membuka pintu kamar, "lo...", ujar Azura menggantung mendekat berjalan mengitari Indah menatap menyelidik dari atas sampai bawah membuat Indah menuatkan alis bingung

"Kenapa sih Ra?", tanya Indah akhirnya jengah sendiri melihat tingkah gadis itu.

"Lo bisa lihat mahluk tak kasat mata ya ?", selidik Azura membuat Indah tersentak menegang di tempat.

"Heh, lo ngomong apa sih", ujarnya menguasai diri meringis menatap tatapan Azura yang masih sama.

Azura menghela nafas, "yaudah kalau lo ngak mau cerita apa-apa", ujarnya melangkah ke tempat tidur membuat Indah menghela nafas mendekat.

"Hm gue ngak bisa liat Ra, gue baru liat saat kita kesekolah ambil buku lo, gue hanya bisa merasakan dan mendengar suaranya", lirih Indah membuat Azura langsung meloncat mendekat Indah terperanjat kaget melongo di tempat.

Azura tersenyum senang ternyata ada yang sama sepertinya walaupun tidak langsung melihat, "jadi lo dengar semua apa yang Aqila katakan ?", tanya Azura yang di jawab anggukan yakin oleh Indah.

"Hm sebenarnya sebelum lo datang gue sering mendegar tangisan Aqila tepat di samping gue, kursi yang lo tempati, jujur gue hampir pindah sekolah tapi kehadiran lo membuat suara tangis Aqila tidak pernah terdengar lagi", jelas Indah mengingat semua hal yang pernah dia alami selama 5 bulan terakhir setelah Aqila di nyatakan pindah sekolah.

Azura menghela nafas, "jadi itu alasan lo berusaha mendekatkan gue sama Lintar ?", tanya Azura lagi yang langsung di jawab anggukan menggoda dari Indah.

Keduanya kembali diam, Azura menghela nafas beberapa kali, "gue penasaran siapa yang pura-pura jadi Aqila ?, banyak hal yang janggal menurut gue, di mana mayat Aqila ? Apa pelaku langsung menguburkan mayatnya", ujarnya membuat Indah melongo seketika.

"Maksud lo Aqila di  bunuh?", tanya Indah menegang.

Azura menoleh dengan alis terangkat tinggi, "gue kira lo tau bukannya lo dengar ucapan Aqila selama ini", Indah langsung menggelengkan kepala menanggapi

"Yang gue dengar cuma tangisan Aqila saja dan juga omongan Aqila di kantin yang ingin lo dekat sama Lintar, gue ngak tahu apa-apa soal Aqila yang mati di bunuh", jelas Indah masih sangat shok.

Azura menghela nafas akhirnya menceritakan semua apa yang pernah Azura alami dan dia ketahui, raut wajah Indah berubah-ubah, matanya semakin membola sempurnah mengidik ngeri, "anjir itu psykopat", ujar Indah langsung berdiri mengidik ngeri.

"Maksud lo ?", tanya Azura bingung.

"Bukannya di mimpi lo pelaku malah menikmati kesakitan Aqila, itu ciri-ciri spykopat anjir, lo hati-hati Ra", ujarnya penuh kekawatiran membuat Azura tersenyum tulus.

Keduanya kembali diam, Azura tersentak merasakan ponselnya bergetar, dengan malas Azura mengambil dari tempat tidur mengira yang mengirim pesan adalah tante atau pamannya.

Melihat nomor baru mengirim pesan Azura menaikan alis tinggi membuka roomchat menatap siapa nomor yang tengah menghununginya, mata Azura membola sempurnah, tangannya bergetar membuat Indah mendekat penasaran, Indah tidak kalah terkejut keduannya saling pandang.

"Anjir gue merinding lihat nomor Aqila kirim pesan ancaman lagi agar lo ngak deketin Lintar", heboh Indah membaca isi pesan dari nomor Aqila.

Azura masih diam, Indah yang heboh tersentak kaget dengan mulut melongo, "Ra, jangan-jangan yang megang nomor Aqila adalah pelaku, bukannya hantu Aqila menyetujui jika lo dekat sama Lintar bahkan dia sendiri yang menyuruh lo deketin Lintar", ujarnya serius.

Angin berhembus di dalam kamar membuat Azura dan Indah saling pandang mengigil, Azura mencoba menyelidiki apakah ada mahluk yang muncul namun Azura tidak melihat apa-apa, angin semakin kencang membuat keduannya langsung merapat saling berpelukan



"Hiks"

"Hiks, tolong, sakit hiks"

Wushhhhh


Indah sudah pucat pasih mendengar raungan dan suara lirih Aqila setelah menghilang, "kenapa yang muncul cuma suaranya ?", tanya Azura mencoba berfikir, tubuh Indah luruh kebawah mencoba menengakan dirinya.

"Ra, lo harus selidiki nomor Aqila", ujar Indah setelah mampu menguasai diri.

Azura menoleh sependapat dengan Indah, "kita minta tolong siapa Ndah ? Gue bingung", ujarnya membuat Indah langsung tersenyum.

"Tomi jago dalam menyelidiki, hal seperti ini kecil baginya, gue yakin dia tidak menyelidiki nomor Aqila karena Tomi tidak tahu kalau Aqila sudah meninggal", cerita Indah membuat senyuman Azura mengembang, berharap semuanya segera selesai.

"Kuy tidur, besok ada ulangan, pak Axel lagi", celetuk Azura yang langsung di angguki oleh Indah.

^^^^^

Di taman berkilo kilo dari rumah Azura terlihat seorang gadis menunggu, jam sudah menunjuk pukul 10.15 malam, taman sudah sepi, lampu taman bahkan tinggal beberapa yang menyala, terlihat gadis itu mengusap wajahnya kasar langsung menoleh mendengar suara mobil berhenti tidak jauh dari sana.

"Apa mau lo?", tanya orang yang baru datang menatap tajam ke arah gadis itu.

"Berhenti ngancam gue anjing, gue sudah diam, dan lo malah coba nabrak gue", ujar gadis itu frustasi.

Seringai muncul di wajah orang di hadapannya bersedekap dada menatap tajam, "lo memang tutup mulut Disty untuk sekarang, tapi besok tidak menutup kemungkinan lo masih diam saja", ujarnya membuat gadis itu mengepalkan tangan.

"Gue hanya tahu hubungan lo itu, kenapa lo ngancam gue sejauh ini?", ujar Disty setengah berteriak putus asa membuat tawa orang di hadapannya oecah seketika.

Disty mundur melihat orang itu mendekat mengusap lembut pipi Disty yang sudah berkeringat bercampur air mata, "lo cantik tapi sayangnya lo terlalu banyak tahu", ujarnya semakin menyeringai.

"Berhenti", lirih Disty merasakan kini lehernya di cekik begitu kuat, Disty meronta-ronta, pasokan oksigen terasa menipis, air matanya kian membasahi wajahnya yang kini terlihat semakin memucat.

"Uhuk, le..phas, lo gi...lah"

Srekkkk

Tubuh Disty luruh kebawah dengan mata membola bertepatan dengan air hujan yang turun tiba-tiba, petir menyambar-nyambar membasahi tubuh Disty yang kini telah kehilangan nyawa.

"HAHAHAHAHAHAHAA"

"Wah kamu membunuhnya sayang", ujar seseorang datang membawa payung.

"Buat dia seperti bunuh diri di sekolah, gue ingin melihat gimana reaksi orang di sekolah", ujarnya bergegas pergi menuju mobil.

Kedua orang itu tidak menyadari kehadiran sosok Aqila yang kini meraung merasakan sakit yang luar biasa.

Siapa Dalangnya ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang