20.

315 17 0
                                    

Kelas yang biasanya heboh dan riuh terlihat senyap, mereka masih berkabung setelah kepergian teman kelas, apa lagi Disty sosok ketua kelas yang luar biasa membuat mereka benar-benar merasa kehilangan, Chika yang duduk di bangku belakang menatap dengan pandangan kosong ke arah bangku Disty yang kini tidak berpenghuni.

Pak Arya masuk kedalam kelas meringis menatap wajah lesu anak walinya, pak Arya berhenti tepat di tengah kelas menghela nafas,"anak-anak bapak tahu kalian pasti merasa kehilangan teman kita tapi bapak minta kalian tidak meratapi, teman kita pasti sedih jika tahu kalian meratapi kepergiannya, kita harusnya mendoakan sebanyak-banyaknya agar teman kita di tempatkan di tempat terbaik", ucapnya lembut agar bisa di terima anak walinya.

Tidak ada sautan dari anak walinya membuat pak Arya menghela mafas, "baiklah sekarang kita ngak akan belajar, tapi bapak minta ini hati terakhir bapak liat kalian bersedih", ujarnya meninggalkan kelas tidak lupa menutup pintu.

Suasana kelas menjadi hening, Azura yang duduk di bangku tersentak keget dengan kemunculan Aqila dengan wajah semakin mengerikan di bandingkan sebelum-sebelumnya, Indah yang bisa merasakan merinding, spontan meremas lengan Azura.


"Hiksss"


Azura dan Indah saling pandang, tangisan Aqila berbeda dari biasanya, tangisan pilu yang terdengar benar-benar merasakan sakit yang tiada tara, Azura memicingkan mata darah yang keluar dari sela-sela mata Aqila lebih banyak dari sebelumnya, apa maksud semua ini ?.


"Tolongggg, hiks, sakit, hiks".


Hati Azura remuk entah mengapa ikut merasakan kesakitan yang Aqila rasakan, raungan Aqila semakin kuat dan keras sebelum sosoknya menghilang, Indah menghela nafas lega melirik ke arah Azura yang terlihat berfikir.

"Kenapa Ra?", tanyanya penasaran.

Azura menoleh dengan wajah serius, "sosok Aqila terlihat berbeda Ndah, kelihatan lebih mengerikan di banding sebelum-sebelumnya, menurut lo apa yang terjadi pada Aqila sekarang ? Kenapa tangisannya mengisyaratkan Aqila tengah kesakitan", ujarnya lirih membuat Indah mengatupkan bibir berfikir.

Azura menoleh kearah pintu melihat pak Axel masuk kedalam kelas, terdengar banyak yang menghembuskan nafas kasar belum siap menerima materi apapun sekarang, mereka masih bersedih tidak mungkin bisa berkonsentrasi.

"Bapak tidak akan masuk materi hari ini, bapak hanya memberikan tugas untuk kalian, Jojo bagi lembar tugas pada teman-teman kamu", perintah pak Axel.

Jojo beranjak mengambil kertas dari pak Axel memberikan selembar kertas ke arah teman kelasnya, saat Jojo menoyodorkan kertas ke arah Azura terlihat wajah gadis itu memucat menatap tangan Jojo, Azura mencoba menguadai diri, tidak mungkin ?, ini hanya kebetulan, Azura sangat ingat tahi lalat tepat di jari yang mencekik Disty di taman sangat persis dengan tahi lalat di jari milik Jojo

Tidak mungkin Jojo kan ?, ini hanya kebetulan.


BRAKKKKK

"AAAAAAAAA"

Sosok Aqila muncul menghempaskan pintu sampai tertutup sendiri, angin berhembus kencang di dalam kelas membuat semuanya gaduh heran, Azura menatap Aqila memohon agar menghentikan kegilaannya dalam hati.

"Ada apa ini?", tanya pak Axel heran, angin masih berhembus kertas tugas yang sudah Jojo bagikan beterbrangan, Lintar berlari mendekat ke arah pintu mencoba membukannya namun sangat sulit.

"Pintunya ngak bisa di buka pak", ujar Lintar.

Cakra dan Tomi bahkan beberapa teman kelasnya maju membantu namun tidak bisa melakukan apa-apa.

Brak

Brak

Brak

Jendela ikut tertutup serentak membuat mereka terlonjak kaget, Indah sudah pucat meringkuk bersama Chika, sedangkan Azura berusaha setengah meti menahan ketakutannya mencoba menenangkan Aqila dalam hatinya.

"Aqila, tenang ya, gue akan membantu", ujar Azura menutup mata.

Wushhhh

Angin berhembus sosok Aqila menghilang, pintu kini sudah terbuka, kertas yang beterbangan sudah jatuh tak tentu arah, Azura membuka mata.


"MEREKA BIADAP, MEREKA BIADAP"


"AAAAAAAAAA"

Brughhh

"INDAHHH"

Tomi bergegas mengangkat tubuh Indah membawanya menuju uks, Azura bergegas mengikuti bersama Lintar dan juga Cakra, Chika yang masih duduk di kursi menoleh kesana kemari mencoba mencari sumber kekacauan, pak Axel sudah keluar.

"Bagaimana keadaan Indah Tom?", tanya Azura sampai di sana.

Tomi menoleh melirik ke arah tempat tidur yang di batasi kain putih, "Indah sedang di periksa Ra", ujarnya cekas.

Azura mengigit ibu jarinya kesana kemari mencoba menenangkan perasaannya, Aqila sudah benar-benar tidak bisa menahan amarah, sewaktu-waktu hantu Aqila bisa melakukan hal yang lebih gila.

"Gue ke kantin dulu ya beli makanan  titip Indah", pamit Azura.

Ketiganya mengangguk diam mencoba mencerna kejadian ganjal di kelas tadi, Azura yang hendak menuju kantin belok ke arah taman melihat seseorang mencurigakan menuju ke sana, Azura bersembunyi tepat di rumput pagar mencoba mendengar obrolan keduannya

"Menurut kamu kejadian di kelas tadi itu apa ?", tanya salah satunya menatap kedepan.

Cowok itu mendekat merangkul mesrah, Azura yang mengintip melongo menutup mulut tidak percaya, "itu hanya angin kamu juga merasakan hembusan angin tadi di dalam kelas", ujarnya menenagkan.

"Gimana kalau itu arwah Disty yang menghantui", ujarnya panik.

"Hey sayang jangan panik ngak ada hantu di dunia ini", ujar cowok itu mengusap punggung kekasihnya.

Azura yang mengintip benar-benar shok sekarang, Azura menggelengkan kepala tidak percaya mencoba mencerna situasi yang tengah ada di depan matanya sekarang, "tumben kamu ngak marah di sekolah kita kek gini?", tanya cowok itu membuat kekasihnya mengendus kesal.

"Ngak usah macam-macam deh, ngak usah berlebihan ngak ada yang bakalan ke taman juga waktu masuk begini, cuma kelas 2 Ipa 3 yang ngak masuk", ujarnya membuat cowok itu terkekeh.

Azura mencoba menguasai diri, badannya tiba-tiba membeku, saraf kepalanya terasa terputus sekarang, apa yang tengah di lihatnya adalah hal yang paling Azura tidak pernah bayangkan sebelumnya, "oh iya bagaimana dengan Lintar, aku lihat, cewek itu semakin dekat denganya", ujar cowok itu membuat kilatan amarah muncul di mata kekasihnya.

"Ngak akan ada yang bisa dapatin Lintar, Lintar milik gue, semua yang berani mendekat akan bernasip seperti Aqila", ujarnya dengan aura menakutkat.

Tuk

Nafas Azura tercekat, ponsel yang dia ambil tadi terjatuh dari tanganya,"siapa di sana?", Azura menutup mulut menyadari langkah kedua orang itu mendekat ke arah tempat Azura bersembunyi.

Siapa Dalangnya ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang