22

316 17 3
                                    

Indah yang baru sampai di rumah memarkirkan motor, membawa beberapa kantong belanjaan kebutuhan bulanan, setelah pulang sekolah tadi Indah hanya istirahat sebentar, setelah merasa tubuhnya kembali bugar Indah keluar untuk membeli semua perlengkapan yang sudah habis.

Alis Indah terangkat melihat rumah yang gelap, Indah menatap jam dinding, sudah jam 06.00 namun Azura tidak kunjung pulang, Indah mengambil ponselnya yang sialnya kehabisan betrei, tanpa menyusun semua belanjaan Indah masuk kedalam kamar cas hp, di meja sudah ada tas sekolah Azura namun gadis itu tidak ada di rumah.

Indah keluar kamar, tiba-tiba bulu kuduknya meremang menandakan sosok hantu kini ada di sekotarnya, Indah mencoba menekan rasa takutnya.


"Tolong, Azura dalam bahaya, sekolah".


Bisiakan hantu Aqila membuat tubuh Indah melemas, dadanya bergemuruh ketakutan, perasaan khawatir muncul di hatinya tanpa fikir panjang Indah masuk kedalam kamar menyalakan ponselnya menghubungi Tomi meminta bantuan sebelum keluar.

Tanpa mengunci pintu Indah menancap gas menuju sekolah, sampai di sekolah Indah berlari di koridor, suara sepatunya menggema, lampu koridor sudah menyala otomatis saat gelap, mata Indah membola melihat darah segar sudah berceceran di koridor lantai satu dekat tangga.

"Azura hiks", tangis Indah semakin panik mengikuti jejak darah di sana, bertepatan saat Lintar dkk sampai, kebetulan tadi mereka nongkrong di cafe tidak jauh dari sekolah saat Indah menghubungi Tomi.

Lintar dkk terperanjat kaget melihat begitu banyak datah berceceran, tanpa menanyakan apa-apa kepada Indah yang terlihat cemas ketiganya mengikuti darah yang berceceran di koridor.

"Darahnya menuju ketaman belakang", celetuk Tomi.

Indah dan Lintar dkk langsung berlari kebelakang, taman belakang begitu gelap, Lintar dkk menyalakan senter ponsel mengitari taman belakang, Lintar terlihat sudah kalut, mengusap wajah kasar.

"AZURAAA".

Teriakan Indah membuat Lintar dkk menoleh, mata mereka membola beberapa detik melihat tubuh Azura yang tergantung di pohon mangga, tanpa fikir panjang Lintar bergegas memanjar pohon untuk menyelamatkan Azura di bantu Cakra dan Tomi yang menunggu di bawah.

"Azura masih hidup", celetuk Lintar mengangkat tubuh Azura yang sudah di penuhi darah setelah memeriksa denyut nadi Azura yang semakin melemah.

Lintar berboncengan dengan Tomi menuju rumah sakit dengan Azura berada di tengah, mereka tidak sempat mencari kendaraan lain lagi dengan kondisi Azura yang semakin lemah, Tomi berboncengan dengan Indah yang sudah menangis ketakutan

Sampai di rumah skait terdekat Lintar sudah kesetanan memanggil dokter, beberapa suster mendekat langsung membawa Azura kedalam ruangan pemeriksaan bersama dua dokter, "pasien harus di operasi perutnya harus kita jait, satu lagi siapkan 35 kantong darah AB", perintah dokter memberi kode agar membawa Azura ke dalam ruang operasi.

Tubuh Indah luruh kebawah dengan tangisan pecah, Tomi menarik kedalam pelukannya menenagkan, Lintar meninju dinding melampiaskan emosinya, Cakra mengatupkan bibir mencoba mencerna situasi yang terlalu mengagetkan.

"Siapa dalangnya ?", celetuk Cakra tiba-tiba membuat tangisan Indah berhenti menoleh begitupun dengan Tomi dan Lintar.

"Ini kasus pembunuhan berencana, kita harus melapor pada polisi", ujarnya lagi membuat Indah langsung menggeleng cepat, ketiganya menautkan alis bingung.

Indah menghapus air matanya kasar menatap ketiga cowok itu, "gue mohon jangan gegabah, jangan buat pelaku merasa terancam dan memudahkan pelaku kabur, kita tunggu Azura dulu, kita harus buat rencana untuk menangkap dalangnya, gue yakin Azura tahu siapa pelakunya", ujar Indah yakin jika Azura mampu melewati ini semua.

Ketiganya mengangguk duduk pada kursi panjang, betul mereka harus memikirkan keselamatan Azura dulu sebelum memikirkan dalang dari semuanya


^^^^^


"Bagaimana sayang, apa cewek itu sudah mati ?", tanya cowok itu menatap wajah kekasihnya.

Dengan seringai di wajah kekasihnya mengangguk merasa puas, "kita tunggu kehebohan yang terjadi di sekolah besok, sekarang tidak ada yang berani dekat dengan Lintar", ujarnya membuat cowok itu mendengus kesal

Selalu Lintar.

"Wah jadi ngak sabar nunggu hari esok", ujar cowok itu menyeruput minuman di hadapannya

"Oh iya kamu tidak meninggalkan jejak kan?", tanya cowok itu lagi di jawab anggukan oleh kekasihnya.

"Kamu harusnya tahu bagaimana aku bekerja", ujarnya percaya diri membuat cowok itu mengangguk-anggukan kepala

"Kalau gitu aku pulang dulu kamu baik-baik ya di sini", ujar cowok itu beranjak pergi, setelah cowok pergi, kini orang itu masuk kedalam kamar mengunci pintu, menekan tombol merah pada buku membuka kamar rahasia.

Langkahnya berhenti tepat di samping peti memperlihatkan mayat Aqila di dalam, "lo tahu Qil gue sudah membunuh satu penghalang gue", ujarnya terkekeh mengusap kaca tanpa membuka penutup peti.

"Dia gadis yang luar biasa Aqila, dia berbeda dari gadis yang lainnya, gue bahkan sangat iri padannya, dia mampu meluluhkan hati Lintar tanpa perjuangan seperti lo, dan juga semua yang sudah gue lakukan selama ini untuk mendapatkan Lintar", lanjutnya menatap kosong ke arah wajah Aqila.

Orang itu mengatupkan bibir menoleh menatap foto Lintar yang dia cetak begitu banyak tertempel di dinding dan juga di gantung, tatapan orang itu menyendu mencuatkan bibir menghela nafas duduk di sofa menenangkan fikirannya.

"Gue jatuh cinta saat pertama ketemu sama lo Tar, lo ingat gimana cara lo nolong gue waktu itu, saat itu pula gue jatuh hati sama lo dan sialnya perasaan itu semakin besar setiap harinya", ujarnya berbicara pada foto Lintar yang ada di meja sudah di bingkai rapi.

"Tapi sialnya lo ngak pernah melirik ke arah gue, dan saat Aqila mengungkap perasaannya di lapangan, gue sangat sakit hati Tar apa lagi melihat dengan mata sendiri lo menerima perasaannya, hati gue hancur saat itu Tar, saat itu pula gue harus menjalin hubungan dengan orang yang seharusnya tidak pernah terjalin", lanjutnya semakin lirih

Orang itu mengatupkan bibir menutup mata bersandar pada sofa, tidak ada yang tahu pasti alasan orang itu bisa menjadi segila sekarang ini, yang pasti semua perbuatan selalu ada hal yang mendasari orang melakukan perbuatan yang kejam.

Semua orang berasal dari orang baik, namun saat kamu bertemu dengan orang yang jahat, jangan langsung membencinya mungkin saja dia orang baik yang kebaikannya tidak pernah di hargai.

Siapa Dalangnya ? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang