Chapter 2

491 50 2
                                    

Tepat saat bel sekolah berbunyi, Mingyu dengan segera menghampiri gerbang sekolah, bersamaan dengan siswa lain yang berhamburan pada arah yang sama.

Dan di antara kerumunan siswa tersebut, Mingyu menyipitkan matanya. Ia melihat sosok kecil di sudut gerbang. Ia merasa hafal! Untuk itulah segera di hampirinya sosok itu.

"Huh?" Mingyu tertegun.

Seokmin adalah sosok yang baru saja ia tuju. Namun ia? Sungguh tak ingin, hingga di balikannya tubuhnya dan melangkah ke arah lain.

"Hyung!"

Mingyu berdecak sebal saat di dengarnya suara Seokmin yang memanggilnya. Ia mencoba mengabaikannya jika saja, tangan Seokmin tak menarik salah satu tali tas miliknya.

"Tunggu! Kita pulang bersama!" Tutur Seokmin, merasa Mingyu akan meninggalkannya. Bukan hal aneh.

Mingyu menghentikan langkahnya. Sekejam-kejamnya dirinya, tak pernah sekalipun ia berbuat kasar pada adiknya tersebut. Hingga, hanya beberapa helaan nafas yang tercipta. Lalu dengan tangan melipat di dada, ia menatap Seokmin dengan dinginnya.

"Cepatlah kalau begitu!" Rutuknya sambil berjalan terlebih dahulu.

Seokmin tersenyum penuh kemenangan. 'Awal yang baik.' Tuturnya dalam hati lantas mengekori hyungnya tersebut.

...

"Ish." Seokmin terus merutuk tak jelas karena langkahnya selalu tertinggal jauh oleh Mingyu, sedangkan Mingyu sama sekali tak ingin menunggunya, bahkan meliriknyapun enggan. Di balik itu, Seokmin terus bersikap gigih, tak ingin menyerah seditikpun, hingga..

Srettttttt..

Ditariknya tas Mingyu dan kembali mengundang kesal di hati Mingyu.

"APA?!" Tanya Mingyu tak sabar.

"Tunggu aku! Kau seperti berjalan sendiri!" Tukas Seokmin, berusaha bersikap biasa.

"Kau yang lamban!" Rutuk Mingyu, membela diri. Ia ingin sekali mengomel, namun tak pernah jadi, dan termakan lupa saat Seokmin menyodorkan banyak bungkusan permen karet di tangannya. Mingyu pun mengernyit bingung.

"Aku meminta maaf, karena nakal dan pernah merusak barangmu." Ucap Seokmin dengan tulus.

"Maafkan aku, hyung! Akan kuberikan apapun untukmu! Akan kubelikan permen yang banyak untukmu setiap hari."

Mingyu berdecak. Ia menatap tak percaya ke arah Seokmin. Lalu "Apa yang sedang kau lakukan, hah?!" Teriak Mingyu sambil menepis tangan Seokmin, membuat permen yang menghuni tangan itu berhamburan, jatuh memenuhi tanah di bawahnya.

Setelahnya, keduanya termakan sunyi, hingga Mingyu membuang keras nafasnya, juga membuang mukanya, enggan menatap wajah Seokmin yang murung dengan mata berembun, sambil menatap nanar ke arah permen-permen yang berserakan di sekitar kakinya tersebut.

"Lupakan semuanya Seokmin!" Desisnya.

Ini adalah keadaan paling kejam menurut Seokmin. Ia menyerah. Semangatnya menguap begitu saja. Harapannya seolah patah begitu saja. Maka saat Mingyu pergipun, ia tak lagi berusaha menyusul.

Bubble Gum ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang