Chapter 8

382 41 1
                                    

Sementara itu, Jeonghan berada di bawah lindungan payung yang sempit. Benda yang akan melindunginya dari basah, meski dingin, tetap menerpa tubuhnya. Ia tengah berjalan di bawah hujan, menelusuri bagian jalan, yang mengitari gedung rumah sakit kosong, yang menurut cerita, sama sekali tak berpenghuni? Namun..

"Aku tak yakin!" bantahnya..

Terus ia berjalan, hingga dengan rasa terkejut yang langsung menyambarnya. Yang benar saja! Bahkan sebuah mobil baru saja keluar dari gerbang belakang gedung tersebut.

"Gotcha!" ujar Jeonghan, tersenyum di antara bibirnya yang sudah terasa membeku karena dingin. Ia menyeringai, merasa menang atas apa yang telah ia lihat. Mobil itu bahkan melewati dirinya begitu saja.

Lantas apa yang dilakukannya?

Dengan cepat Jeonghan memutar arah. Ia bergegas menuju mobilnya. Namun, teringat akan payung yang memang bukanlah miliknya, Jeonghan berniat mengembalikkan benda tersebut.

Tak sampai satu menit ia tiba di kedai, dan tak mendapati siapapun disana. Ia lalu menyimpan payungnya begitu saja karena tengah dalam keadaan tergesa.

Ya. Ia lantas hendak kembali ke dalam mobilnya, jika saja, jauh lurus disana, ia tak melihat sosok pria tambun, yang ia yakini adalah pemilik kedai yang ia kenal, meski dalam hujan. Juga? Pria tersebut yang kini terlihat berbincang, dengan seseorang yang berada dalam mobil.

"Itu.." jelas Jeonghan menyipitkan kedua matanya. Mobil tersebut, adalah mobil yang tengah dia incar, yang kini hendak memutar arah?

"Shit!" Jeonghan mengumpat lantas dengan cepat memasuki mobilnya.

Sorot lampu terang Jeonghan dapati di menit berikutnya. Sorot lampu, dari mobil yang baru saja akan ia kejar sebenarnya. Tentu saja tepat menyorot ke arahnya, karena Jeonghan menghalangi jalan mereka. Bahkan dengan klakson yang berulang, Jeonghan tetap tak bergeming. Dan di dalam mobilnya, ia menghubungi seseorang..

"Hallo! Aku menemukannya, Choi Seungcheol! Pergilah ke rumah sakit kosong yang tadi kita bicarakan. Mereka disini!"

Tak sampai disitu, karena pria tambun pemilik kedai, juga mengenalnya bukan? Ia bergabung bersama mobil itu, lantas melaju entah kemana. Mencari jalan lain, mungkin?

Jeonghan pun tak bodoh, dan tak diam. Ia injak gas, dan melaju, mengejar mobil tersebut..

Tak ada waktu untuk berleha! Jeonghan mengemudikan mobilnya secepat mungkin, bahkan ketika mobil itu, ternyata bergerak lebih cepat. Ia tak peduli.

Kecepatan laju mobilnyapun terus meningkat, hingga, dengan keberanian yang berhasil dikumpulkannya, dengan satu gerakan, ia mencoba menyalip mobil tersebut, dan berakhir dengan gesekan antara mobil keduanya.

Jeonghan terus menyudutkan mobil tersebut, hingga akhirnya, mobil tersebut harus bersentuhan dengan pembatas jalan, dan membuat satu benturan tak terelakkan.

BRAK.

Benturan hebat terjadi, beriringan dengan mobil yang terbalik, serta menggerus aspal dalam jarak lumayan jauh.

Jeonghan sendiri, berhasil mengendalikan kendaraannya, dan terhenti dengan nafas memburu. Ia segera turun dari mobilnya dan melihat mobil yang ia kejar, sudah dalam posisi terbalik. Satu hal lagi yang harus dilakukannya, menghampiri serta melihat isi dari mobil tersebut.

Di bawah hujan yang dingin itu, Jeonghan bahkan tak pernah menyangka dengan apa yang ia lihat, apa yang berada dalam mobil yang baru saja tumpah, tertabrak olehnya.

Karena? Di balik garasi belakang yang terbuka itu? terdapat tas besar, dalam keadaan yang terbuka setengahnya. Seorang anak, ah! Bukan! Tubuh seorang anak, dengan ukuran sama, seperti milik salah satu adiknya, meringkuk di dalam sana, dalam kondisi mengenaskan dan terlihat tak bernyawa.

Dengan bergetar, Jeonghan mencoba menyibak tas tersebut, berusaha mencari wajah sang mayat. Hingga, dengan lirih ia bergumam

"Mingyu.." karena terlalu takut, benarkah itu adiknya?

Polisipun berdatangan tak lama kemudian. Menghampiri Jeonghan yang terpaku di tempatnya dengan lutut yang terasa lemas, padahal? Keadaan di sekitarnya mendadak ramai.

"Anda harus ikut kami.." ujar salah satu polisi.

Jeonghan bergeming. Ia lantas menunjuk ke arah tas di depannya tersebut. "Bisakah kalian membukanya untukku?"

Tak ada masalah. Salah satu polisi segera membukanya, meski iapun, terlihat terkejut setelah melihat isi dari tas tersebut lantas menghubungi temannya.

"Satu mayat di temukan!" ucapnya, lantas kembali pada Jeonghan yang kini terduduk sambil menangis, menutupi wajahnya.

Sang polisi melihat gelagat aneh Jeonghan, lalu bertanya "apa anda mengenalnya?"

Satu usapan Jeonghan berikan pada wajahnya. Ia menahan nafasnya sambil berucap "Tidak!".


...



Minhyun memakai sepasang sarung tangan sambil terus menatap ke arah tubuh Mingyu.

"Mungkin ayah sudah menghentikannyaTak usah menyesal terlalu larut! Maafkan aku karena menamparmu tadi.." ucapnya.

"Perasaanku tak enak, hyung.."

"Sudahlah! Sebaiknya, selesaikan urusan kita hari ini."

"Adiknya?"

"Adik siapa?"

"Adik anak ini.." tunjuknya pada Mingyu, yang masih saja menutup matanya. Tentu saja, ia masih berada dalam pengaruh obat bius? Mungkin.

"Aku lupa karena ulahmu, dasar bodoh! Tapi ia berada di ruanganku tadi. Kupikir dia aman disana."

Benarkah Seokmin aman?

Nyatanya anak itu tengah kebosanan, dan juga? Dengan tubuh bergetar takut, karena suara petir yang terus menyambar. Ia hanya terduduk di sebuah kursi kerja, jika saja tak melihat, ada banyak kunci di atas meja.

"Kunci?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Ada begitu banyak kunci, membuatnya ingin mencoba? Karena ia berucap "mungkin saja hyung, mereka sekap lagi.."







TBC

Bubble Gum ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang