Chapter 7

340 36 1
                                    

"Saya memang tengah menyelidiki kasus ini," satu kalimat terlontar, menyentuh pendengaran Jeonghan.

"Maksud anda? Jadi bukan hanya kedua adik saya yang hilang?" tanya Jeonghan tak sabar.

"Ya. Anda benar. Ini sudah terjadi sejak satu tahun terakhir ini," jelas Seungcheol.

Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, bahkan membuat celana yang dikenakan Jeonghan, terkena beberapa tetes air tersebut, mengingat, dirinya tengah berada di bawah sebuah tenda?

Ah! Tepatnya sebuah kedai kecil, tak jauh dari telepon umum, yang sempat dikunjunginya.

Dalam dingin itu? Jeonghan merekatkan kesepuluh jarinya. "Lalu?" tanyanya kemudian.

"Ini aneh! Bahkan anak-anak pengemis di jalan ini menghilang sejak beberapa bulan yang lalu, diikuti dengan banyak kasus penculikan setelahnya! Sehingga Kamipun tengah menyelidiki kasus ini."

"Lalu bagaimana hasilnya?"

"Tak ada kemajuan. Mereka menghilang begitu saja! Sebenarnya, kami pihak kepolisian, terbagi ke dalam beberapa tim, dan disebar pada tempat yang dicurigai sebagai tempat persembunyian mereka."

"Termasuk jalan ini?"

"Lihat saja jalan yang sepi ini? Bahkan, sepanjang jalan ini, seolah tak ada yang hidup!"

"Lalu bagaimana dengan kedua adikku?"

Jeonghan seakan egois, tak peduli pada apapun yang tengah terjadi. Ia hanya menginginkan adiknya berada dalam genggamannya kembali. Itu saja, yang tertulis di matanya.

"Semoga kasus ini segera terpecahkan dengan segera. Bersabarlah, Jeonghan-ssi."

Jeonghan menerawang jauh. Ia terlihat terlalu cemas. Namun sesuatu melintas dalam otaknya. "Itu.." ucapnya ragu, "apa yang berada di balik gerbang itu?"

Gerbang! Ya, sebuah gerbang yang sempat menarik perhatian Jeonghan beberapa saat lalu. Dan gerbang itu? Masih berada dalam jarak pandang mereka kini. meski dalam gelap?

"Itu adalah gerbang, dimana di dalamnya terdapat rumah sakit kosong yang sudah tak terpakai.."

"Tak terpakai?" tanya Jeonghan.

"Ya. Kosong semenjak kebakaran 3 tahun lalu. Sudah lama.."

"Lalu, bisakah kalian memeriksa tempat tersebut?"

"Sudah, tapi? Kami tak menemukan apapun disana," jelas Seungcheol, yang terpaksa menghentikan ucapannya, saat tiba-tiba ponsel miliknya berdering. "Hallo.." ucapnya..

Jeonghan hanya mengamati dalam diam, hingga ia melirik pada pemilik kedai yang tengah ia singgahi. "apa, kau sudah lama disini?"

"Ya?" sang pemilik kedai kembali bertanya.

"Kau sudah lama disini?" ulang Jeonghan, yang mengira suaranya teredam hujan.

"Iya."

Jeonghan mengangguk. "Benarkah gedung itu benar-benar kosong?" tanyanya lagi sambil kembali menunjuk ke arah gedung rumah sakit. "Kemarin, aku berpapasan dengan seseorang, yang kemudian memasuki gerbang tersebut," jelasnya.

Namun apa? Sang pemilik kedai menggeleng kaku, lantas menyibukkan dirinya dengan membersihkan beberapa barang.

Jeonghan jelas merasa heran. Namun ia tak ingin menyerah pada rasa bingungnya. "Apa ada jalan lain masuk kesana selain gerbang ini?"

"Tak ada. Gerbang belakang, bahkan, sudah tak pernah terbuka sama sekali," jawab sang pemilik kedai, membuat otak Jeonghan terus berputar. Ia lalu mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah pedagang tersebut, "kau tidak.."

"Jeonghan-ssi.." satu panggilan membuat perkataan Jeonghan tersendat. "ya?" balasnya.

"Seorang ibu bermarga Hong, baru saja melaporkan, soal anaknya yang hilang. Dan kau tahu? Mereka meminta uang tebusan untuk anaknya."

"Apa?"

Satu tepukan pelan Jeonghan rasakan di bagian lengannya. "Tenanglah, ini suatu perkembangan. Dengan begini, kami bisa menyelidiki kasusnya perlahan. Sebaiknya kau pulang sekarang. Akan kuberitahu jika ada kabar lagi. Aku harus ke kantor sekarang!"

Jeonghan mengangguk mengerti. Ia lantas mempersilahkan Seungcheol untuk pergi, menerobos hujan, sementara ia? Membalikkan tubuhnya pada sang pemilik kedai. Pria yang cukup tua? Dengan tubuh yang tambun serta berkumis? Dan kotor!

"Apakah aku bisa meminjam payungmu?"

"Huh?" sang pemilik kedai sedikit terkejut, karena ia tengah berkutat dengan ponsel miliknya.

Jeonghan mendesah, lantas mengulang ucapannya. "Kupinjam payungmu, boleh?"

"Oh! Tentu saja, silahkan.."







...










Plak.

Satu bunyi tamparan menggema di ruangan tersebut. Tetap, ruangan yang terlihat mengerikan, dengan banyak alat operasi? Serta?

Bahkan tubuh Mingyu berada di salah satu ranjang, dan hanya dengan selimut tipis putih yang menutup tubuhnya, sedang tak satupun pakaian melekat di kulitnya. Juga? Dengan mata tertutup damai.

"Ceroboh! Kenapa kau lakukan itu, huh?! Kau meminta tebusan untuk apa? Untuk mayat anaknya?"

Minhyun berteriak murka, tepat pada wajah sang pemuda yang lebih muda darinya itu.

"Hyung.. aku.."

Minhyun menghempaskan tubuh sang adik ke lantai. Ia mendesah kecewa sambil berucap "sudah susah payah kita menyembunyikan semua jejak! Apa jadinya jika satu mayat saja bisa mereka temukan? Sebenarnya untuk apa uang itu? Aku punya banyak uang!"

"Maafkan aku.."

"Sekarang dimana mayatnya, huh?"

"Itu.."

"DIMANA?!"

"Sudah akan di antarkan, oleh yang lain.."

Minhyun menengadahkan wajahnya. "Astaga! Jadi bukan hanya kau?" tanyanya tak percaya.

"untung saja ayah masih berjaga di kedai, kalian brengsek!" umpatnya sambil menghubungi seseorang dengan ponselnya, lantas berbicara dengan cepat. "ayah! Hentikan mobil yang akan keluar lewat gerbang belakang. Sekarang!"














TBC

Bubble Gum ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang