"Ya Tuhan, Lee Taeyong. Belum ada sehari, tapi kasus yang kamu buat udah banyak banget." Ucapan penuh frustasi yang sang guru berikan, mendengar penuturan murid teladannya.
"Bapak bingung kan? Sama pak, saya juga. Kenapa hari ini banyak banget yang mancing emosi saya ya pak." Balasan yang Taeyong berikan, seakan udah terbiasa dan gak tau harus jawab seperti apa.
"Kali ini tawuran sama anak mana lagi?" Pertanyaan yang gurunya berikan akan murid wanitanya yang sangat luar biasa ini.
"Biasa pak. Bapak kayak gak tau aja langganan tawuran anak sini aja." Balas Taeyong lagi.
"Kamu cuma sendiri?" Tanya sang guru lagi, yang bingung karena muridnya cuma sendiri. Biasanya muridnya ini selalu bawa antek-anteknya kalo tawuran.
"Sendirian pak. Saya juga kaget sama gak nyangka bakalan ada tawuran. Orang saya lagi enak-enak makan bakso. Baru satu suap, eh udah di ambil aja sama abang baksonya. Takut dagangannya hancur katanya. Jadi, saya di suruh makan besok aja." Curhatan yang ia berikan. Padahal dia benar-benar lapar dan pengen banget makan bakso.
"Tapi bapak tenang aja. Sekolah kita menang kok pak. Saya berhasil mengusir brandal-brandal itu pergi." Seruan yang ia berikan lagi dengan bangganya.
"Mau hukuman, atau panggil orang tua?" Tanya sang guru lagi, memberikan pilihan untuk muridnya. Dia sudah lelah, jadi biarkan muridnya ini memilih.
"Pengennya sih gak di hukum. Saya pengennya bapak ngasih selamat atau selebrasi buat saya karena udah berhasil memenangkan tawuran ini dengan sendirian. Ya walaupun banyak luka sama lebam yang saya dapat." Serunya.
"Tapi karena bapak cuma beri saya dua pilihan kayak gitu, jadi saya pilih hukuman aja pak. Ibu sama bapak saya berisik kalo di bawa ke sekolah." Sambungnya, menjawab pilihan yang di berikan oleh gurunya.
"Eum, kalo gitu sebentar. Bapak ingin mikir hukuman apa lagi yang akan di berikan untuk kamu." Ucapan yang diberikan oleh sang guru.
"Pak, mikirnya bisa cepetan gak? Soalnya dikit lagi bel pulang pak. Bisa di tinggal saya sama abang saya." Pintanya, yang gak mau pulang sendirian.
Sedangkan sang guru tidak mengubris permintaan muridnya, ia tetap berfikir. "Kamu mau hukuman apa?" Tanyanya.
"Lah kok bapak jadi nanya saya sih? Bapak beneran mau ngasih saya kesempatan buat saya pilih nih?" Pertanyaan balik yang ia berikan.
Sedangkan sang guru berfikir sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Enggak jadi deh. Bapak aja." Ujarnya. "Ya sudah kalo gitu, tugas kamu bersihin toilet yang ada di lantai kelas kamu aja." Sambungnya.
"Toilet wanita aja kan pak?" Tanyanya.
"Mana ada! Dua-duanya lah!" Jawaban yang gurunya berikan.
"Cuma itu aja kan yang pengen bapak sampein? Kalo gitu saya pamit ya pak! Bel pulang udah bunyi dari tadi." Seruan yang ia berikan, yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban gurunya.
"Yak, Lee Taeyong! Kelas 12 masih ada pengayaan buat uji--an! Aish! Itu anak bukannya dengerin dulu!" Rutukan kesal yang sang guru berikan kepada muridnya yang suka banget kayak jalangkung gitu.
"Kalo gitu saya pamit juga ya pak." Ujar Jaehyun yang juga pamit undur diri. Yup! Sedaritadi dia ada di situ! Ngeliat semua perdebatan dan perbincangan antara gurunya dan juga wanita yang ia bawa.
Sedangkan Taeyong terus berjalan menuju kelasnya yang sudah sepi. "Bisa-bisanya gue di tinggal sama cabe-cabean sekelas Lisa." Rutukan kesal yang ia berikan. Langsung saja ia membawa tasnya dan pergi dari ruang kelasnya, menuju ruang kelas abangnya, Yuta.
Kenapa gak Johnny? Dia udah punya pacar! Dia pasti pulangin pacarnya dulu daripada adiknya! Jadi, daripada nunggu kayak orang bener, lebih baik dia pulang bareng abangnya yang satu lagi.
Emang abangnya gak punya pacar? Enggak! Cuma dia lagi berusaha buat ngeluluhin princess cinderella alias Winwin yang jual mahalnya melebihi mahalnya cabe yang lagi gagal panen.
"Yah, mampus! Kelas 12 ada pengayaan lagi." Rutukan kesal yang ia berikan, ketika dia pengen masuk ke kelas abangnya, dia denger ada guru yang lagi ngejelasin. Ia sudah sangat yakin kalo kelasnya abangnya ini lagi pengayaan. Ah, bukan hanya kelas abangnya aja! Tapi seluruh kelas 12. Dengan terpaksa dan dengan langkah malas, dia mulai berjalan menyusuri koridor, sampai luar sekolah.
Gak jadi sampe luar sekolah! Dia nunggu abangnya di lapangan aja. Dia gak bisa naik angkutan umum seperti bis! Apalagi Busway! Dia benar-benar gak ngerti dan bingung cara naik busway. Soalnya dia belum pernah naik busway. Dia terus nunggu sambil memainkan ponselnya.
"Ayo pulang sama aku." Ucap seseorang yang berhasil membuat dirinya memberhentikan mainnya. Dia kenal suara ini. Masa iya dia gak kenal suara orang yang dia suka. "Taeyong ayo, aku anterin kamu pulang." Ajakan yang diberikan olehnya lagi. "Lee Taeyong." Panggilnya sekali lagi.
"Ah iya." Ucapan yang malah Taeyong berikan, karena sangking gugupnya.
"Ayo pulang bareng aku." Ajakan yang Jaehyun berikan kepada wanita yang terus aja diam mengenai ajakan yang ia berikan sedari tadi.
"Gak usah deh. Gue nunggu bang Yuta aja." Balasan yang ia berikan, yang tidak enak karena takut merepotkan crushnya. Lagipula rumah crushnya sama dia tuh gak searah.
"Gak apa-apa, pulang sama aku aja." Bujukan yang Jaehyun berikan, yang tetap memaksa agar wanita ini pulang bersama dengannya. Dia juga gak tau sama dirinya sendiri, kenapa dia harus maksa gadis ini.
"Di anterin sampe rumah gak? Kan rumah kita gak searah. Gue takut lo turunin gue di tengah jalan. Gue kan bukan cabe-cabean yang di turunin tengah jalan. Apalagi depan gang." Seruan yang Taeyong berikan.
"Enggak akan. Aku bakalan anterin kamu sampe depan rumah. Bahkan aku anterin masuk sampe rumah." Ujar Jaehyun.
"Beneran gak?" Tanya Taeyong sekali lagi memastikan, karena dia sendiri gak yakin akan ucapan crushnya.
"Beneran. Ayo." Ajak Jaehyun sekali lagi.
Karena terus-terusan dipaksa, akhirnya Taeyong setuju dan mulai ikut crushnya. "Naik." Titah crushnya kepada dirinya, yang sudah jongkok membelakangi dirinya. "Gak usah. Gue berat." Tolakan yang ia berikan.
"Gak apa-apa, ayo naik. Aku gak tega liat kamu kayak gitu." Bujuk Jaehyun lagi. Dia gak tega ngeliat perempuan yang jalannya susah karena luka.
"Jae--"
"Kamu mau gendong belakang, atau mau aku gendong ala karung beras?" Kalimat pertanyaan yang dibumbui dengan sebuah ancaman. Ia memberikan wanita ini dua pilihan.
"Jaehyun, gak usah... yak! Jung Jaehyun!" Pekikan kaget yang ia berikan, karena crushnya yang langsung menggendongnya ala karung beras.
"Aku kan udah kasih kamu dua pilihan. Tapi kamu gak milih. Yaudah, aku yang mutusin aja." Ujar Jaehyun yang gak perduli teriakan yang diberikan wanita ini.
"Tapi gak gini juga!" Protesan yang ia berikan akan tindakan crushnya yang suka diluar nalar.
---Sampai di parkiran sekolah, Jaehyun langsung menurunkan wanita ini di atas jok motornya. Memakaikan wanita Helmet, membuka jaket miliknya untuk di pakai wanita ini guna menutupi rokya. Barulah ia naik dan menjalankan motornya pergi meninggalkan area sekolah.
"Lah Jae, rumah aku bukan lewat sini." Ujar Taeyong yang bingung karena crushnya malah belok kiri, padahal rumahnya belok kanan kalo dari arah sini.
"Kita makan dulu ya." Ajakan yang Jaehyun berikan.
"Lo yang bayarin kan, Jae?" Tanyanya memastikan. Pasalnya duitnya dia tuh udah habis. Ada sih, tapi di atm.
"Iyalah, kan aku yang ngajak kamu makan. Masa iya kamu yang bayar." Ujar Jaehyun, yang langsung menepikan motornya di kedai mie ayam.
"Ya kan kali aja lo suruh bayar sendiri-sendiri." Balasnya.
"Gak lah, Yong. Suka Mie ayam kan?" Tanya Jaehyun.
"Jangan kan mie ayam. Mie-likin kamu juga aku suka." Sahut Taeyong yang emang suka gak pake di filter lagi kalo ngomong. "Canda, Jae. Gue suka kok mie ayam." Ujarnya, yang langsung meralat lagi omongannya. Dia langsung merutuki ucapannya yang asal keluar. Sedangkan crushnya diam aja.
Akhirnya mereka berdua makan bersama sebelum mengantarkan dia pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROBATION - JAEYONG
FanficCERITA INI KHUSUS JAEYONG SHIPPER! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA SHIPPER INI? DILARANG UNTUK MEMBACA, MENGHUJAT, SERTA MENGKRITIK NEGATIF DI KOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA PARA MEMBER, BAIK JUNG JAEHYUN, LEE TAEYONG DAN PARA TOKOH YANG ADA DI...