5. Moving House

357 37 1
                                    

“Kenapa kita harus pindah?”

Xiao Zhan menghela napas sebentar. Keinginannya untuk pindah rumah telah ia pikirkan sejak kemarin.

“Apartemen ini terlalu kecil untuk kita berdua,” kilahnya.

Wang Yibo mendengus. Kedua tangan dilipat di depan dada, ia menatap Xiao Zhan intens. Jika suaminya berpikir ia akan percaya begitu saja maka pria itu benar-benar sudah memandang remeh IQ-nya.

“Ck, sungguh alasan yang konyol. Bilang saja Gege takut, ‘kan kalau kekasih Gege datang lagi seperti kemarin,” sinis Yibo.

Seperti yang sudah Xiao Zhan tebak sebelumnya, Wang Yibo pasti bisa membaca niatnya dengan mudah.

“Mn, jadi bagaimana? Kamu mau, ‘kan?”

Sebelum menenggak susu hangatnya, Yibo menyempatkan diri untuk membalas perkataan suaminya, “Ya sudah. Lagian aku juga cukup malas untuk bertemu lagi dengan wanita itu.”

“Baiklah, kalau begitu kita pindah sore ini juga,” final Zhan.

Cairan putih menyembur keluar. Wang Yibo sampai tersedak karena terlalu terkejut.

“Uhhuk ... uhukkk ....”

Melihat itu, Xiao Zhan lekas menarik beberapa lembar tisu, kemudian memberikan benda tipis itu kepada istrinya. “Hati-hati!” ucapnya pelan seraya menepuk-nepuk pelan punggung Wang Yibo.

“Salah siapa coba?” sungut Yibo sebal.

Xiao Zhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Aku salah lagi? Kenapa kamu suka sekali nyalahin aku?” Nadanya terdengar seperti anak kecil yang merajuk.

Wang Yibo merotasikan bola matanya jengah. “Terus aku harus nyalahin siapa kalau bukan Gege? Mommy? Daddy? Ya, gak mungkinlah ... kan, yang bikin aku terkejut itu Gege masa nyalahin orang lain. Gimana, sih.”

“Terserah kamu sajalah.”

Xiao Zhan memilih mengalah. Tidak ada gunanya beradu mulut dengan Wang Yibo karena pada akhirnya, sang istri akan selalu keluar menjadi pihak yang menang.

Punggung tegap Xiao Zhan ditatap heran. “Kenapa lagi dia. Masa iya dia ngambek?” beo Yibo pada dirinya sendiri.


****


Wang Yibo kesiangan. Pemuda cantik itu terjaga setelah matahari hampir tiba di puncak kulminasinya.

Iris emas itu melotot sempurna ketika melihat jam dinding yang terpasang di sisi kanan kamar barunya kini telah menunjukkan pukul 10 : 45 pagi. 

Ah, mereka benar-benar pindah kemarin sore ke sebuah hunian mewah bergaya modern yang nampak berkelas dengan desain berwarna coklat.

“Sial, bisa-bisanya aku kesiangan!”

Panik! Wang Yibo benar-benar panik setengah mati. Ini adalah kali pertama ia bangun kesiangan di hari kerja.

Salahkan saja Xiao Zhan yang sengaja membiarkan gorden tertutup hingga tak ada sedikit pun celah bagi sang mentari untuk membangunkan tidur lelapnya melaluinya cahaya kuning yang menyilaukan.

“Auchhh ...,” Wang Yibo meringis ketika lututnya baru saja berciuman dengan lantai.

Lagi dan lagi, ia kembali bertindak ceroboh hingga selimut putih yang semalaman penuh menghangatkan tubuhnya membelit kedua kaki yang hendak turun dari tempat tidur.

Alhasil, Yibo harus berakhir tersungkur di atas marmer putih yang begitu keras dan kokoh.

Bunyi gedebuk yang lumayan keras itu rupanya sampai ke telinga Xiao Zhan. Pria dewasa yang berniat membangunkan sang istri mengernyit heran ketika mendengar suara berisik dari arah kamarnya.

“Astaga, Yibo!”

Xiao Zhan berjalan cepat ke arah Yibo. Nampan yang berisi sarapan di letakkan di atas meja nakas. Pria dewasa itu pun lekas berlutut, menyamakan tingginya dengan sang istri.

“Apa yang terjadi denganmu? Kamu jatuh?” tanya Zhan khawatir. Pasalnya, muka Wang Yibo terlihat memerah seperti orang yang tengah menahan sakit.

Alih-alih menjawab pertanyaan suaminya, Wang Yibo justru melayangkan pertanyaan lain, “Gege tidak ke kantor?”

“Tidak. Gege izin hari ini untuk menemanimu mengatur barang-barang.”

Xiao Zhan menyelipkan sebelah tangan di bawah lutut dan sebelah lagi di bawah ketiak istrinya. Dengan begitu enteng, ia lalu menggendong Wang Yibo ala bridal hingga pria cantik tersebut memekik kaget.

“Yakkk, turunkan aku, Ge. Aku tidak mau jatuh lagi!”

Kekehan kecil keluar dari bibir Xiao Zhan. “Jangan khawatir, kamu itu seringan kapas. Aku tidak mungkin menjatuhkanmu asal kamu tidak bergerak macam-macam, oke.”

Cemberutlah Wang Yibo. Dengan bibir monyong selayaknya bebek, ia dengan terpaksa melingkarkan kedua tangannya di leher Xiao Zhan.

“Cih, mana ada kapas yang beratnya 59 kilo. Dasar pembual,” rutuk Yibo sebal.

Xiao Zhan hanya mampu menggeleng mendengar gerutuan istrinya. Dengan hati-hati ia meletakkan Yibo kembali di atas kasur. Menggulung pelan celana berwarna pastel yang dikenakan sang istri hingga memperlihatkan sepasang betis putih yang ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus.

Menelan ludah kasar, Xiao Zhan tak mengerti bagaimana bisa ia terpesona dengan betis seorang pria. Bulu-bulu halus yang tidak terlalu tebal itu tak berhasil menyamarkan keindahan kaki Wang Yibo.

Lalu bagaimana jika bulu-bulunya di waxing? Bukankah itu akan membuat kaki Wang Yibo mulus seorang gadis? Kaki Yang Zi saja tidak semulus dan sejenjang istrinya padahal sang kekasih merupakan seorang wanita tulen.

[a/n: Waxing adalah metode perawatan tubuh untuk menghilangkan bulu dengan mengoleskan lilin khusus (wax) pada kulit.]

Melihat Xiao Zhan yang nampak termenung membuat Yibo sedikit takut.

Dia kenapa? Kok, bengong gitu, sih? Jangan bilang dia kesambet lagi?

Takut Xiao Zhan kesambet beneran, Wang Yibo lantas menggeplak kepala bagian samping kiri suaminya dengan sedikit keras. Posisi Xiao Zhan yang tengah berlutut di depannya mempermudah aksi bar-barnya.

Xiao Zhan meringis memegangi kepalanya yang terasa pening. Ia lantas menatap sang pelaku dengan tajam.

“Kenapa kamu memukulku?”

“Lagian salah Gege sendiri. Ngapain coba melamun, kek, gitu. Kan, gak lucu kalo Gege beneran kesambet setan,” jawab Yibo apa adanya.

Xiao Zhan melongo tak percaya mendengar penuturan Yibo yang begitu konyol. Mulutnya yang sangat jarang meladeni ocehan-ocehan tak penting orang lain tak kuasa menahan diri untuk tidak melayangkan jawaban pedas kepada istrinya, “Setan mana yang berani marasuki suami seorang Lucifer, heh, yang ada mereka lari terbirit-birit duluan karena ketakutan.”

“Apa?! Siapa yang Gege bilang Lucifer, huh!” marah Yibo tak terima. Enak saja, ganteng-ganteng begini dikatain Lucifer. Memang dasar suami laknat.

Tersenyum mengejek, Xiao Zhan mendongak sedikit untuk menikmati wajah marah Yibo yang nampak menggemaskan. Jari telunjuk diacungkan ke depan, menunjuk tepat di dada rata istrinya.

“Siapa lagi kalau bukan kamu. Bukankah aku yang suami di si---“

Ucapan Xiao Zhan harus terhenti karena Wang Yibo telah lebih dulu membombardirnya dengan pukulan-pukulan kecil.

“Dasar suami keparat. Berani-beraninya kau mengatai istrimu sendiri seorang Lucifer! Rasain ini ... rasain ... rasain.”

Pukulan Yibo semakin brutal. Ia tak peduli jika badan suaminya akan lebam kebiruan nanti. Siapa suruh mengatainya Lucifer? Enak saja.

“Hahahahahaha ....”

Xiao Zhan tertawa puas di tengah-tengah gempuran sengatan nyeri dari hantaman tangan Yibo. Bisa melihat wajah marah sang istri yang imut seperti bayi singa adalah sebuah kesenangan tersendiri baginya. Ia tak menyangka bisa tertawa lepas seperti ini bersama seseorang yang baru saja ia kenal.

 Ia tak menyangka bisa tertawa lepas seperti ini bersama seseorang yang baru saja ia kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍑Jangan lupa ninggalin jejaknya, ya☺️

🍑Buat klian yang gak sabar pengen baca versi lengkapnya sampe end bisa banget beli PDFnya di nomor yg tertera di bawah. Murah kok, cuman 40k doang😉

 Murah kok, cuman 40k doang😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



You Broke My Heart (Zhanyi) PDF Ready✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang