Chapter 8 : Chun Hua Bertemu Qiu Yue

40 8 0
                                    

Sunyi, saking senyapnya sampai terasa mengerikan.

Matanya terbuka, melihat pemandangan seputih salju, Lei Lei begitu terkejut hingga ia duduk tegak, dan melihat ke sekitar, hanya ada banyak selubung putih halus yang menggantung dari atas, seperti tirai, tidak jelas seberapa beratnya mereka, hanya cahaya redup yang dapat melewatinya, selain dari itu, ia tidak dapat merasakan apa-apa lagi, ia tidak yakin apakah itu siang atau malam hari.

Mengapa ini terasa seperti kamar mayat? Apakah ia sudah dibunuh?

Rambutnya pun berdiri satu per satu, dan tepat saat Lei Lei merasa ngeri, angin dingin mendadak menerpanya, tenda-tenda di sekitarnya bergerak sebagai respon dari embusan anginnya, berkibar ringan tanpa suara, dan sementara itu, ada bayang-bayang, dan itu gelap sekali.

Itu tidak seperti angin musim gugur yang biasa, angin ini sebenarnya membawakan banyak aura yang dingin dan membekukan, menusuk kulit dan menyebabkannya terasa sakit, aura dingin itu menembus hingga ke tulang, Lei Lei hanya dapat merasakan sekujur tubuhnya dengan cepat menjadi kebas akibat aura dingin itu, bahkan membuka mulutnya saja dapat mengeluarkan napas putih di udara, itu seperti berada di dalam gudang penyimpanan besar yang dingin, ia hampir curiga bahwa, tempat ini adalah alam baka yang disebut-sebut dalam dongeng.

Apakah aku sungguh menjadi seorang hantu? Lei Lei nyaris tidak bisa menjaga ketenangannya, ia menggosok-gosok kakinya, berusaha keras untuk bangun, menggerakkan tangan dan kakinya, dan setelah merasa agak mendingan, ia mulai menganalisa keadaan sekitarnya saat ini dengan detail, ia tidak percaya bahwa ada sesuatu seperti hantu di dunia ini.

Melihat ke atas, bebatuan dapat terlihat samar-samar; semestinya, ini adalah sebuah gua, cahayanya masuk dari sebelah kanan, anginnya juga bertiup dari sana; seharusnya itu adalah mulut guanya, tidak sempat memikirkan tentang alasan mengapa orang-orang itu akan membawanya kemari, Lei Lei membuat keputusan untuk meninggalkan tempat ini lebih dulu, dan jadilah ia dengan tegas berjalan ke tempat darimana cahayanya bersinar.

Menyibakkan selubungnya satu demi satu, cahayanya jadi semakin terang, dan aura dingin dari anginnya pun menjadi lebih kuat, suara air juga samar-samar dapat terdengar.

Pada akhirnya, ia bisa melihat cahaya di depan matanya.

Ada cahaya bulan di langit yang luas, pemandangan sekitarnya sangat jelas, dan pegunungan seperti berombak-ombak di kejauhan.

Di bawah cahaya bulan, Lei Lei agak bengong, tetapi rasa lapar luar biasa yang dirasakan di perutnya memastikan satu hal, ini tidak mungkin bulan yang sama sebelum ia hilang kesadaran, kemungkinan besar, itu sudah tanggal 15 Agustus, malam dari Festival Pertengahan Musim Gugur.

Suara dari air yang memercik, berarti seharusnya ada aliran sungai pegunungan di depan, yang mana juga pastinya, tempat angin dinginnya berasal, dan di sisi lainnya, terdapat sebuah lembah luas, berkilau putih keperakan, warnanya benar-benar berbeda dari puncak di sekitarnya, sangat indah.

Di sini adalah beranda yang tinggi, dengan susuran tangga marmer putih, di sebelah kanan ada deretan tangga batu yang memanjang ke bawah, di dalam kuali batu di kedua sisinya terdapat api yang menyala besar, nyala apinya menari-nari mengikuti angin.

Tidak ada rasa kegembiraan karena lolos dari kematiannya, karena, Lei Lei melihat dua orang.

Yang satunya berdiri, yang lainnya berlutut.

Matanya tanpa sadar tertarik pada orang yang sedang berdiri.

Jubah putih polos itu tertiup oleh angin, tidak ada warna lainnya, hanya persis seperti puncak dari es dan salju, dan sama sekali tidak ternoda oleh debu, bulan purnama di atas kepalanya pun seketika kehilangan warnanya, yang mana akan membuat orang salah mengira, bahwa semestinya ialah bulan purnama yang tinggi di atas sana, memancarkan sinarnya kemana-mana.

Love Better Than Immortality / Spring Flower, Autumn Moon [Terjemahan Indonesia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang