TR 7

83 21 0
                                    

Ketika tungkai jenjang yang di balut celana jeans hitam itu menginjak teras rumah, Taehyung mendengar suara cekcok kedua orang tua nya. Entah apa yang mereka ributkan, yang pasti sedikit banyak kegaduhan itu terdengar jelas sampai ke luar.

Menarik nafas panjang, Taehyung membuka pintu dan masuk ke dalam dengan tenang. Mengabaikan denging kuping nya ketika melintasi Ayah dan Ibu yang memang benar tengah beradu argumen di ruang makan.

Otak dan tubuh nya sudah lelah, Taehyung berharap pulang ke rumah mendapatkan ketenangan. Setidak nya tidur nyenyak atau obrolan penuh canda tawa yang bisa alihkan atensi pikiran rumit milik nya.
Namun nyatanya itu semua pupus, hancur bersama asa harapan yang terlalu tinggi.

Keluarga ini tidak sehangat yang terlihat dari luar, fikir nya.

Suara Ayah dan Ibu saling meninggi, berebut ego dan meyakini diri masing-masing yang paling benar. Sepenuh nya acuh pada keadaan sekeliling bahkan telinga anak-anak yang seharus nya tidak di susupi perkara seperti ini.

Sejenak dia berhenti, hanya untuk memastikan jika mereka berdua tidak saling menyakiti lewat fisik. Lantas berlalu begitu saja untuk pergi ke kamar.
Taehyung menutup pintu tergesa, merasa sesak mulai susupi dada, membuat dirinya kewalahan dengan rasa sakit dan ngilu sebagai perumpaan hampa yang kini memompa cepat air mata untuk meleleh.

Dia tidak tau akan mendapat emosi seperti ini karena Taehyung yang memiliki nya. Walau pun dia tidak akan mengelak jika kedua telapak tangan itu kini bergetar kalut dan kaki yang berpijak di atas lantai itu mulai merasa lemas.
Pertama kali di sepanjang sejarah kehidupan melihat kedua orang tua bertengkar sangat hebat.

Dulu, mata milik nya tidak pernah sekalipun menangkap adegan seperti ini ketika di Mansion. Ayah dan Ibu nya selalu rukun dan penuh kasih sayang. Jadi mungkin, saat ini juga, respon tubuh dan hati nya yang seperti ini adalah kombinasi dari emosi milik nya dan juga Kim Taehyung.

Dengan terhuyung-huyung, kaki itu di seret menuju ranjang;menjatuhkan tubuh dan merebah di posisi telungkup.

"Lihat anak sialan itu! Berlalu begitu saja! Semakin urakan dan tidak tahu aturan!"

"Berhenti menjelekan anak ku! Kau yang tidak tahu malu! Jadi selama ini kau tidak pergi bekerja karena sudah di pecat, hah?!"

"Apa lagi memang?! Kebutuhan keluarga mendesak ku untuk berbuat curang!"

"Brengsek! Keluargaku aku yang urus! Uangmu kau pakai untuk wanita lain!"

"Sialan!"

Teriakan demi teriakan itu terus berlanjut, mengiringi air mata Taehyung yang tidak henti mengalir.
Kedua tangan nya kini sudah berada di telinga, berusaha menjadi tameng agar tidak lagi mendengar apapun setelah ini.

Tapi semua sia-sia, suara itu tetap lah ada, membolak balik diri Taehyung di kepekatan kesakitan yang nyata. Mengobrak ngabrik akal waras nya hingga titik paling dalam dan Taehyung nyaris kewalahan karena nya.

Di tengah kepayahan itu, beberapa memori baru tanpa aba-aba susupi otak nya secara kejam.
Taehyung yang di tampar, ibu nya yang menangis histeris, kakak dan adik nya yang terdiam di pojokan saling memeluk sambil terisak dan Ayah nya yang berdiri bersama satu wanita lain entah siapa.

Semua nya berputar acak seperti kaset rusak di kepala Taehyung.

Membuat sadar nya secara perlahan dan penuh kehati-hatian di renggut, hingga akhirnya pemuda itu tergeletak pingsan di atas ranjang.
Bersama pertengkaran orang tua nya yang masih berlangsung.

.
.
.
.

Keesokan hari nya, suasana di dalam rumah seperti tidak terjadi apa-apa. Mereka sarapan dengan tenang di meja--walau kecanggungan itu tidak bisa di elakan. Ibu terlihat bersikap hangat seperti biasa walau mata indah itu sedikit membengkak.

TRAPPED (TAEKOOK) *ON GOING*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang