TR 8

86 22 3
                                    

"Kalo gue bilang ini emang raga Taehyung tapi jiwa nya bukan dia, kalian percaya?"

"Semacam pertukaran jiwa. Gue nerusin hidup orang ini dengan ingatan gue tapi juga berbaur dengan segala memory dan emosi si pemilik tubuh sebelum nya."

Angin malam menerbangkan helai rambut legam di kepala nya yang di biarkan berantakan. Mata kelam itu menatap jauh, berbinar kosong seakan jiwa nya baru saja di tarik pada segala prasa gemuruh yang menggelung di dalam ketidakmungkinan.

"Berantakan sekali, sangat acak-acakan. Kalian tahu, gue bahkan sampai kebingungan dari mana harus memulai lebih dulu membereskan kekacauan nya."

Ucapan Taehyung-- tidak, Jeongguk rasa itu bukan Taehyung-nya karena jelas Pria itu mengaku bernama lain. Suara nya terus bergema di dalam fikiran Jeongguk seperti pengumuman yang di ulang berkali-kali.
Jadi dia memilih berserah pada keadaan dan menekan ego lebih kuat. Jeongguk untuk pertama kali nya mengambil jalan mengalah kala binar cokelat gelap yang kemarin dia temukan di mata Taehyung menatap nya gamang dan kebingungan.

Di tambah intonasi suara Taehyung yang memang cenderung lebih dalam dan terkesan dingin.
Jeongguk masih ingat, lembut suara kekasih nya ketika bersama dengan nya kemarin-kemarin. Sekalipun memiliki deep voice yang melekat, namun Taehyung tidak pernah sedingin itu mengeja kata kepada dirinya.

Telinga Jeongguk tidak menjadi tuli saat mendengar semua cerita Taehyung secara detail. Dia mencoba mencerna apapun tanpa terkecuali. Tapi bersamaan itu pula perasaan ngeri dan ngilu susupi hati nya hingga menyayat pada bagian paling dalam.

Jika benar seperti itu, Taehyung-nya kemana? Kemana kekasih nya itu pergi?

Bahkan setelah akhirnya Tian putuskan pamit pulang dan Taehyung melakukan hal yang sama, Jeongguk masih dengan kelinglungan nya di dalam kamar Apartemen. Bertingkah layaknya orang payah dan kehilangan segala kubik bagian dari inti hidupnya.

Pagi tadi pun, Jeongguk memilih kembali bolos. Persetan dengan masuk kampus, dia bisa saja menutup mulut beberapa dosen dengan uang Ayah nya nanti jika mereka berulah.

Katakanlah dirinya begitu arogan, Jeongguk tidak keberatan menerima title itu karena memang benar adanya.

Uang bisa dia gunakan untuk segala hal bahkan membeli harga diri manusia sekalipun. Tapi kali ini, untuk kasus ini, Jeongguk rasa uang Ayah nya tidak akan bisa berbuat apapun.

Uang ayah nya tidak akan bisa membeli jiwa dan nyawa. Jeongguk tahu itu meski hatinya belum sepenuhnya bisa menerima.

Tidak salah kan jika dia berharap ini hanya sebuah candaan atau prank dari Taehyung. Karena kekasihnya itu sangat gemar bercanda dan bertingkah aneh di kegiatan sehari-hari.

Boleh kan jika Jeongguk merasa kejadian kali ini juga merupakan bagian dari kekonyolan kekasihnya?

Dimana keesokan harinya, Taehyung akan kembali menghambur ke pelukan nya seperti biasa. Memberikan tatapan teduh dan senyum kotak menawan juga cuitan ceria yang mewarnai setiap hari Jeongguk di sepanjang minggu.

Boleh kan jika seperti itu?

Karena Jeongguk tidak suka, tidak suka jika Taehyung nya justru lebih banyak diam dengan tatapan kelam yang mistis. Seakan menyimpan lautan dalam yang Jeongguk tidak tahu bisa atau tidak dia selami nantinya.

Atau jika Taehyung bersikap marah dan tidak segan memaki nya. Memarahi Jeongguk dan meminta enyah begitu saja. Itu menyakitkan. Kekasihnya begitu asing. Jeongguk tidak biasa dengan hal itu.

Tapi ketika kesadaran menghantam nya telak dan mata bulat itu berlabuh pada meja nakas kecil di samping ranjang, Jeongguk menemukan pilu kembali kuasai hati.

TRAPPED (TAEKOOK) *ON GOING*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang