Eps 1

46 14 3
                                    

Aleyn Samantha, seorang karyawan di sebuah perusahaan. Aleyn adalah tulang punggung satu satunya bagi adiknya. Orang tua nya telah meninggal dunia karena kecelakaan saat dirinya masih di bangku SMA dan juga saat adiknya di bangku SMP.

"Len duluan ya" menepuk pundak Aleyn. Dia rekan kerja Aleyn, Dita.

"Oh iya, hati hati di jalan" respon Aleyn sembari tersenyum.

Seperginya Dita, Aleyn kembali fokus pada komputer di depannya, hari ini dia lembur. Dia harus cepat menyelesaikan ini, karena adiknya sendirian di rumah.

Aleyn hanya tinggal berdua dengan sang adik, Dika. Dia baru saja masuk di sekolah menengah atas. Tapi adik satu satunya itu sering membuat kepala Aleyn pening.

Aleyn sesekali melihat jam di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh dan–

"Hahhh akhirnya kelar juga" Aleyn merapikan meja nya dan memasukkan ponsel ke tas nya. Terakhir dia mematikan komputernya.

Aleyn keluar meninggalkan gedung tempat bekerja nya menuju parkiran di basement. Saat dia menyentuh knop pintu mobil, handphone nya berdering.

"Halo" hening beberapa detik, Aleyn kembali bicara tapi tidak ada tanggapan.

"Ck, Dika apaansih gajelas banget" kesalnya.

"Halo..Alen?" suara dari seberang mengurungkan niat Aleyn untuk mematikan panggilan.

Aleyn bingung, suara ini tidak seperti milik Dika. Melihat lagi nama yang tertera, disana jelas Dika. Tapi suara ini terdengar asing ditelinga Aleyn.

"Halo..halo ini siapa? Dika mana?! heyy jawab gue..!!" teriak Aleyn tapi tidak mendapat balasan lagi.

"Hal- Ck!" Aleyn kesal dan kalut saat sambungan di matikan, Aleyn segera masuk mobil dan menjalankan nya untuk pulang.

Sekarang pukul sebelas lewat tiga puluh menit, jalanan mulai sepi. Aleyn menancap gas nya hingga delapan puluh kilometer per jam. Takut? iya. Aleyn tidak pernah secepat ini mengendarai mobil. Tapi suara di telepon tadi membuat Aleyn takut akan Dika yang melakukan sesuatu sampai di luar pikiran Aleyn.

Dua puluh menit perjalanan yang seharusnya empat puluh menit karena jarak rumah dan kantor memang lumayan jauh berhasil Aleyn terobos.

Aleyn memasuki halaman rumah nya dan keluar dari mobil dengan tergesa, tak lupa mengunci mobil demi keamanan. Aleyn membuka pintu rumahnya yang sunyi dan gelap.

"Dika..Dik" panggil Aleyn.

hanya sepi yang menyapa Aleyn. Sekali lagi Aleyn memanggil Dika berharap ada balasan. Ingin memanggil lagi tapi–

"Eukkk..Lepassh"

Aleyn menyentuh tangan yang melilit di lehernya, sesekali memukulnya

"Siapa lo?!" tanya Aleyn putus putus karena cekikan orang itu.

"Lo Aleyn?" tanya pria itu dengan berbisik. Aleyn mengangguk karena tak sanggup bicara.

Perlahan eratan di lehernya melonggar, tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aleyn memelintir tangan pria itu kebelakang. Kakinya mengayun ke belakang untuk menghidupkan saklar lampu.

Tak

"Akh" ringis si pria itu.

Bugh

"Aduh shh" Aleyn mengaduh karena bahu nya terbentur sofa akibat pukulan orang itu dengan tangan nya yang terbebas.

"Emm!" Aleyn melihat ke samping, ternyata Dika di bekap dan tangannya terikat di belakang badannya.

Aleyn mengalihkan pandangan ke pria yang berdiri di depannya yang sedang menodongkan pistol ke kepala Aleyn.

The Criminal ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang