"Sudah berapa kali aku katakan, berhentilah mengirim orang untuk menjagaku," pinta Xiao Zhan kepada seseorang yang berada di belahan bumi lain melalui sambungan telepon.
"Aku hanya mencemaskanmu, Sean," balas suara milik seorang lelaki kepada Xiao Zhan. Nadanya santai, juga posesif.
Xiao Zhan tertawa pelan, terkesan sarkas. Dia ingat pada seorang pria mengenakan jaket parka abu-abu tua di depan sebuah toko otomotif tepat berseberangan dengan kafe tempatnya menikmati petang kemarin bersama Wang Yibo.
"Suruh soldiers-mu itu untuk pulang." Mata Xiao Zhan tertuju pada sebuah sedan hitam di seberang jalan. Seseorang di dalam mobil tersebut terus menatap ke dalam gang kecil di tengah tokoh pakaian bermerek dan toko kosmetik. Di dalam gang itulah Xiao Zhan berdiri sambil menyandarkan punggungnya pada dinding bata. Tidak sedang bersembunyi dari lelaki dalam mobil sedan hitam, melainkan dari calon suami palsunya. Xiao Zhan yakin, Wang Yibo masih di cafe. Dan dia punya alasan melakukannya.
"Jika kau pulang, maka akan kusuruh orangku pulang."
Xiao Zhan diam sesaat, sebelum menjawab, "Aku tidak bisa." Dia mengambil jeda, sedikit mengintip dari balik tembok kepada Wang Yibo yang baru keluar dari kafe, "aku akan tinggal di Beijing untuk sebulan ke depan," Xiao Zhan kembali melirik ke arah mobil sedan hitam, "untuk urusan bisnis."
"Benarkah?" Lawan bicaranya minta diyakinkan.
Xiao Zhan berdecak. "Bila kau tidak percaya, tanyakan saja pada Don."
Terdengar tawa renyah sebagai balasan. "Aku percaya bila itu perintah Don, tetapi ..., aku tidak begitu setuju, dia memerintahkanmu mengurus bisnis jauh-jauh sampai ke Beijing."
"Beijing bukan negara asing bagiku, Beijing adalah kampung halamanku," ucap Xiao Zhan penuh penekanan.
"Kau benar, Sean, kau merupakan bagian dari mereka, tapi kau harus ingat, dengan siapa kau harus mengabdi. Negara asalmu tidak memberikan apa yang kau dan orang tuamu butuhkan, tetapi Don."
Xiao Zhan tidak menanggapi apa yang dikatakan lelaki di seberang padanya, tanpa diingatkan, Xiao Zhan akan selalu ingat.
"Dan jangan lupa, setelah kau pulang nanti, segera selesaikan surat kepindahan kewarganegaraanmu. Aku tahu kau menunda-nunda dan hanya mengurus perpanjangan waktu untuk izin tinggal di Amerika. Kau mengerti?"
Xiao Zhan masih tidak ingin membalas.
"Bye, Sean." Akhirnya Lelaki di seberang menutup teleponnya. Tak selang semenit, mobil sedan hitam di seberang jalan pergi meninggalkan Xiao Zhan yang perlahan keluar dari gang.
Xiao Zhan mendongak, menatap langit cerah berawan di awal musim panas. Jemarinya yang menggenggam ponsel terasa berkeringat. Orang-orang berlalu melewatinya, beberapa ada yang melirik karena pesonanya.
***
"Dengan menerapkan metode ini, kita bisa meningkatkan penjualan produk lebih cepat secara bertahap."
Tuan Wang memperhatikan Wakil Direkturnya menjelaskan dengan serius di depan staff perusahaan. Dia cukup puas melihat kinerja Wang Yibo memimpin divisi dan menangani metode pemasaran dalam perusahaan dari sisi penjualan dan customer.
Wang Xuemin bertanya-tanya, apa yang membuat putranya dalam beberapa hari ini begitu semangat bekerja? Jika tujuannya ingin mendapatkan kedudukan CEO saja, Wang Yibo tidak akan antusias begini. Dia hanya menunggu ayahnya meninggal tanpa harus kerja keras-karena dirinya merupakan satu-satunya ahli waris Wuji Holdings Inc. Yah, meski Wang Yibo tidak benar-benar ingin ayahnya cepat meninggal. Wang Xuemin langsung teringat tentang calon suami putranya. Berujung dia hanya bisa geleng-geleng sambil memijit pelipis. Tak habis pikir, bagaimana Wang Yibo berakhir menjadi gay hanya karena tak pernah menjalin hubungan cinta dengan wanita. Di sisi lain, Wang Xuemin lebih bingung lagi-bisa-bisanya dia tak kuasa menentang pernikahan putranya yang akan berlangsung seminggu lagi. Seminggu lagi, dan tak bisa diundur apalagi dibatalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE MARRIAGE [ Complete ]
FanfictionMuak karena terus disuruh ibunya kencan buta dalam rangka pencarian jodoh, Wang Yibo nekat pura-pura mengaku gay. Tidak hanya itu, dia bahkan meminta Xiao Zhan, teman masa kecil yang sudah seperti saudara, agar menjadi kekasih palsunya di hadapan or...