Mentari pagi menerpa wajah tampan Wang Yibo yang duduk tenang di tepi jendela kaca apartemennya. Posisi menyamping dan pandangannya menerawang jauh pada langit gelap yang mulai terang.
Aroma gurih roti bakar mentega tercium seiring terdengar langkah kaki mendekat. Wang Yibo menoleh, sosok Xiao Zhan mengalihkan atensinya dari pemandangan luar jendela.
Sepiring roti bakar mentega rendah lemak dan dua cangkir teh chamomile di atas nampan diletakkan Xiao Zhan di samping Wang Yibo. Tepi jendela yang lebar sangat cocok untuk tempat bersantai di pagi hari sebelum memulai aktivitas.
Wang Yibo segera menyeruput tehnya tanpa banyak berkomentar, sementara matanya terus tertuju pada paras tampan yang mengembangkan senyum tipis.
"Bagaimana tehnya? Kuharap tidak terlalu hambar untukmu." Xiao Zhan sengaja hanya menambahkan sedikit gula.
Wang Yibo menggeleng. Sebenarnya teh itu agak hambar untuknya, tapi dia punya cara berbeda menikmati teh hambar agar terasa manis. "Sudah cukup manis saat dihirup sambil memandang wajahmu."
Xiao Zhan berdecak, meski senyum di bibirnya belum luntur. "Jangan menggombaliku, tidak akan mempan."
Tentu saja Wang Yibo tahu itu. Cara menaklukkan Xiao Zhan hanya berlaku dengan tindakan. Sentuh dia di tempat yang tepat, maka si lelaki bergigi kelinci akan takluk seketika.
"Aku tidak tahu mengapa," ujar Wang Yibo.
"Mengapa?" Xiao Zhan bingung.
"Senyummu lebih cerah daripada matahari pagi ini."
Xiao Zhan mendengkus kali ini, dan senyumnya lebih lebar. Dia mengambil dua potong roti jatah Wang Yibo.
"Zhan itu milikku." Wang Yibo refleks merebut roti bagiannya. Meski sudah masuk dalam mulut Xiao Zhan, roti itu masih utuh. Digigit Wang Yibo tepat di bagian Xiao Zhan gigit tadi.
"Dari tadi kau terus bicara, kukira tidak mau rotinya."
"Jangan sekali-kali kau coba memotong jatahku tanpa seizinku," ucap Wang Yibo dengan mata yang menatap lapar Xiao Zhan. Jatah ini tentu dalam segala hal, terutama urusan ranjang. Ritual saklar penuh cinta dan berahi mereka malam tadi masih terus terbayang dalam pikiran Wang Yibo, ditambah ronde kedua mereka di kamar mandi. Lalu berpelukan di atas ranjang sampai pagi tanpa berkeinginan untuk tidur.
"Ada beberapa potong lagi di dapur, mau kuambilkan?" Xiao Zhan tidak menunggu jawaban Wang Yibo saat dia meletakkan cangkir tehnya. Mengira lelaki itu masih lapar karena menghabiskan rotinya cuma dalam beberapa detik. Dia cuma tidak tahu kalau laparnya Wang Yibo bukan pada makanan, melainkan dirinya. Ketika Xiao Zhan berbalik, dia merasakan sepasang lengan kokoh melingkari pinggangnya dari belakang.
"Aku tidak ingin roti," bisik Wang Yibo, "aku ingin kau, Zhanzhan." Dia meniup pelan telinga Xiao Zhan, sementara tangannya bergerak ke dada, mencoba meremas sesuatu di sana.
"Ah!" Xiao Zhan refleks mendesah, ditambah saat tangan Wang Yibo yang lain mengelus paha bagian dalam, naik ke penisnya yang lemas terbungkus celana.
"Yibo ..., hentik ah!" Tubuhnya yang mulai terbiasa oleh sentuhan Wang Yibo seketika meremang. Xiao Zhan mencoba melepaskan tangan suaminya yang berujung proses dari lelaki itu. "Kau ingin memotong jatahku lagi?"
"Jatahmu akan kau dapatkan nanti malam."
"Malam masih lama."
"Bukankah kau sudah dapat pagi tadi?"
"Itu pagi buta, ini baru pagi. Kita harus sering mencoba morning seks." Dia membalikkan tubuh Xiao Zhan hingga mereka saling berhadapan. "Cuma tujuh menit, aku janji." Wang Yibo menciumi leher suaminya, tangannya menyisir pinggiran celana yang dikenakan Xiao Zhan untuk dilepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE MARRIAGE [ Complete ]
FanfictionMuak karena terus disuruh ibunya kencan buta dalam rangka pencarian jodoh, Wang Yibo nekat pura-pura mengaku gay. Tidak hanya itu, dia bahkan meminta Xiao Zhan, teman masa kecil yang sudah seperti saudara, agar menjadi kekasih palsunya di hadapan or...