Upacara bendera di mulai 15 menit lalu, namun di rooftop menampakan 2 sejoli yg tengah duduk dengan santai, si gadis duduk dengan menyender di pundak si pemuda. Sedangkan pemuda itu sibuk memainkan ponselnya.
"Dewa... apa tidak sebaiknya kita terima tawaran Alexa kemarin?" Tanya Belinda tiba tiba, membuat pemuda itu menghentikan pergerakan jarinya pada layar benda pipih itu.
Jangan di tanya dari mana handpone itu ia dapatkan, apa lagi jika bukan mencopet.
"Alasan apa yg membuatmu berpendapat?" Tanya Dewa kini memfokuskan seluruh atensinya pada Gadis dengan rambut kepang itu.
"Kau membutuhkan biaya untuk pengobatan ayahmu, dan aku butuh uang untuk menghidupi adik adikku. Bukan kah jika menyatukan kekuatan kita juga akan mendapat keuntungan" celetuk Belinda yg langsung mendapat sentilan sayang di dahinya.
"Aiishh... sakit." Rengekan manjanya keluar membuat Dewa gemas.
Semenjak kejadian di kantin di tambah dengan aksi menolong Belinda, Dewa semakin dekat dengan gadis itu. Lebih tepatnya gadis itu yg mengekorinya. Namun Dewa tak merasa terganggu sebab Belinda memiliki kepribadian hangat, sangat cocok dengan dirinya yg dingin.
☆☆☆
Di sisi lain Farka yg duduk di atas pohon mangga di belakang sekolahnya itu nampak tengah memikirkan sesuatu dengan menatap sebiji buah mangga yg masih muda.
"Apa aku harus menerima ajakan Alexa? Jika di pikir pikir penghasilan ku berjualan sangatlah kurang" gumam nya dengan pelan.
Melempar ranting kayu yg tadi di pegangnya ke arah buah mangga tadi hingga membuat buah itu jatuh ke bawah dan tepat mengenai seseorang.
"Farka Arkatama. Bagus. Turun kamu" suara wanita yg menjabat sebagai guru keamaan itu berhasil membuat Farka merutuki kebodohan nya.
☆☆☆
Di bawah remangnya pencahayaan 2 orang berbeda gender itu tengah duduk diam saling berjauhan di sebuah perpustakaan. Pemuda yg di juluki ice boy and gadis yg mendapati julukan ice girl itu kini terjebak dalam ruangan yg sama.
"Apa kau tak berniat pergi" tanya megan yg sudah jengah karna Liam terus saja membuat bunyi.
"Kenapa tidak kau saja?" Tanya balik Liam membuat Megan memutar malas bola matanya, dan kembali menumpukan wajahnya di kedua lipatan tangan nya.
Braak
Suara bising itu kembali membuat Megan mendongak,mendapati Liam yg duduk di lantai dengan ringisan di bibirnya.
"Tak perlu terjatuh, kau membuat kebisingan"peringat Megan membuat Liam meliriknya sinis.
"Ini kesialan bukan di sengaja" Liam kembali ke duduknya di awal termenung memikirkan sesuatu.
"Mungkin jika aku menerima tawaran gadis aneh itu aku bisa memiliki orang untuk melindungi ku" gumam Liam dengan merenung.
Begitupun dengan Megan yg kini menatap kosong pada ponselnya, awalnya dirinya ingin menyetel musik, tapi mendadak pikiran nya teralih di pertemuan nya kemarin.
"Mungkin jika aku bekerja sama dengan gadis itu, aku akan dengan mudah membunuh orang" gumam Megan lalu kembali tersadar kala mendengar decitan kusri.
Megan maupun Liam sama sama menatap terkejut ke sumber suara, yakni sang guru keamanan yg kini duduk dengan menopang dagunya.
"Kenapa melamun, kalian bertengkar?" Pertanyaan biasa itu berubah menjadi menyeramkan ketika melihat senyum di bibir si guru.
"Berdiri dan pergi ke lapangan!" Suara tegas itu menggema di ruangan sepi ini, bahkan mampu mengejutkan Megan yg kini buru buru bangkit,begitupun liam. Membuat decitan yg memekang telinga.
⭐⭐⭐
Di sisi lain tepatnya di dalam sebuah kelas pada sisi paling pojok seorang pemuda tengah duduk dengan memainkan ponsel miliknya hasil dari penjualan nya yg bisa di bilang menguntungkan.
Mengingat pasal pekerjaan nya, membuat Aidan memikirkan bagaimana jika nantinya dia ketahuan dan berhasil di tangkap, manusia baik mana yg akan membantunya?
Tiba tiba otaknya memutar kejadian kemarin di sebuah gang sepi, pemuda itu berpikir keras untuk tujuan Alexa mengajak mereka bekerja sama.
"Mungkin jika aku menerima tawaran gadis itu aku bisa sedikit terasa aman?" Tanya nya pda diri sendiri sebelum telinganya di jewer oleh seseorang.
⭐⭐⭐
Di lapangan indor seorang gadis tengah duduk di pojok ruangan untuk menghindari guru keamanan. Alexa menghitung lubang pada sebuah pagar kawat yg mengelilingi sebuah lapangan badminton.
"Jika mereka tak jadi bekerja sama, apa aku akan tetap seperti ini? Aku lelah dengan pekerjaanku" gumam nya di tengah hitungan nya membuat nya lupa sampai mana dirinya menghitung.
Belum sempat kembali menghitung sebuah tangan dengan kasar menariknya keluar, matanya membola begitu tau si guru keamanan itu berhasil menemukan nya.
Alexa terus di tarik sampai di lapangan tempat di laksanakan nya upacara yg kini baru saja bubar, terlihat ada 6 orang lain nya yg masih berdiri di depan tiang bendera.
"Putari 10 kali lapangan, dan berdiri sampai jam istirahat" perintah mutlak itu membuat 7 orang yg tadi berdiri mengikuti perintah si guru keamanan.
"Kita bertemu dan kembali di satukan? Apa ini takdir"celetuk Alexa pada Belinda yg membuat gadis polos itu menatapnya bingung.
"Mungkin itu kebetulan"timpal Farka yg berlari di depan Belinda.
10 putaran telah usai mereka berhenti untuk mengatur nafas mereka yg ngos-ngosan. Belinda langsung menjatuhkan badan nya pada Dewa karna lemas.
"Kaki aku terasa ingin putus" gumam Alexa yg kini sudah duduk meluruskan kakinya.
"Aku akan membeli minum" entah angin apa Aidan berlalu meninggalkan mereka.
Tersisa 6 orang yg kini mulai kembali berdiri untuk melakukan tugas mereka.
"Liat gadis datar itu. Dia baru saja berangkat tapi di bebaskan dari hukuman" celetuk Belinda menunjuk seorang gadis yg menggendong tas hitam nya ke salah satu kelas.
"Mereka memiliki kuasa untuk berlaku sesukanya" ujar Dewa menatap Belinda yang tengah mengelusap keringatnya.
"Benar benar tidak adil" ujar Alexa dengan menatap tajam sekolah besar itu.
"Cabut guru rapat" ujar Aidan yg baru sampai setelah melempar kresek berisi botol minuman pada Liam. Untungnya dengan sigap Liam tangkap botol itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Monster (On Going)
Roman pour AdolescentsHidup di jaman modern seperti sekarang, yg meninggikan jabatan serta uang adalah ancaman bagi rakyat biasa. Semua hal bisa di beli dengan uang, begitupun dengan harga diri. Penjahat kini berpakaian keren, bersembunyi di balik jabatan untuk mengikis...