Tanpa sepengetahuan Arisha bahwa sedari tadi Aurora berada di teras rumah untuk mengamati adiknya. Aurora menyipitkan matanya, tidak menyangka jika adiknya sudah berani dekat dengan seorang cowok. Aurora kira Arisha tidak genit, namun dugaannya sangat salah, buktinya Arisha berani pulang dengan di antar oleh seorang cowok.
Arisha tersenyum miring ketika ada ide yang baru saja terbesit dalam pikirannya-sebelum akhirnya merogoh ponsel yang berada di saku celananya, dia buru-buru membuka kamera untuk memotret Arisha yang tampak berbicara dengan cowok yang tidak dia ketahuinya. Setelahnya Aurora kembali menyimpan ponselnya. Meskipun jaraknya jauh, Aurora tetap menyadari bahwa cowok yang mengantarkan adiknya mempunyai paras tampan.
Aurora berencana untuk menggunakan foto itu sebagai bukti. Tentu saja dia akan memberi tahu Liam ketika Liam sudah pulang dari kantor. Ingat! Aurora tidak suka jika Arisha merasa senang. Bagaimanapun juga Aurora akan merasa senang jika berhasil membuat Arisha menderita setiap hari. Terdengar jahat, namun sayangnya Aurora tidak peduli.
Jika boleh jujur, Aurora merasa iri dengan Arisha. Dia juga ingin diantarkan pulang oleh seorang cowok. Tidak bisa di biarkan, Aurora merasa kalah saing jika begini caranya. Awas saja, nanti dia akan memberi adiknya pelajaran karena sudah berani melanggar aturannya agar tidak boleh dekat dengan cowok manapun itu.
Setelah kepergian Erlang, barulah Arisha membuka sedikit gerbang dan menutupnya kembali. Dia mengeratkan pegangan tangan pada tasnya. Dia terus menunduk hingga tidak sadar bahwa Aurora sedang berkacak pinggang di depan ambang pintu utama rumah dengan memasang wajah dingin.
"Kenapa lo nunduk mulu? Takut lo sama gue? Padahal gue belum ngapa-ngapain lo," Aurora tertawa palsu.
Arisha mengerjap pelan ketika mendengar perkataan yang baru saja di lontarkan oleh kakaknya. Dia menelan ludahnya kasar, tidak menyangka jika sedari tadi Aurora berada di teras rumah. Mampus. Ini artinya dia akan mendapatkan masalah baru lagi, itu sudah pasti.
Arisha memberanikan diri untuk mendongak, menatap wajah Aurora yang terlihat sangat tidak ramah. "Kak Aurora lihat Sasa di antar pulang sama cowok?"
Mendengar suara Arisha yang bergetar Aurora semakin mengembangkan senyum palsunya. "Iya, lihat! Kenapa? Takut lo? Perasaan gue waktu itu udah memperingati lo buat nggak deket-deket sama cowok manapun itu. Lo pikun ya?"
Arisha menarik nafasnya dalam-dalam. Sudah dia duga bahwa Aurora mengetahui bahwa dia pulang bersama Erlang. Jantungnya kian berdegup kencang. Arisha sangat takut jika Aurora mengadu kepada Liam. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, pasti Aurora nanti akan membocorkannya kepada Liam untuk memberinya pelajaran-mengingat bahwa Aurora tidak menyukainya.
"Maaf kak, tapi Sasa beneran nggak sengaja pulang bareng dia, Sasa nggak minta di anter pulang kok, tadi Sasa juga udah nolak, tapi dia tetap ngotot nganterin Sasa pulang soalnya angkot langganan Sasa nggak datang-datang juga, lagi pula rumahnya searah kok,"
Aurora memutar bola matanya malas ketika mendengar penjelasan Arisha yang menurutnya sangat tidak penting. "Mau angkotnya belum datang kek, mau udah datang kek, gue nggak peduli, yang penting lo nggak dekat dengan cowok manapun apalagi sampai pulang bareng bersama cowok." Karena menurutnya hal itu sangat keterlaluan.
Arisha tertawa lirih. Benar. Mau dia tidak mendapatkan angkot atau tidak, Aurora tidak akan pernah peduli dengannya. Percuma saja dia membela dirinya sendiri jika ujungnya dia akan tetap salah di mata kakaknya. "Ya udah kalau kak Aurora nggak percaya." Sahutnya enteng sebelum akhirnya kembali melangkah untuk memasuki rumah.
Namun ketika melewati Aurora, Arisha merasa ada yang menarik pergelangan tangannya. Arisha mengernyit, kebingungan. "Apa lagi kak?" Arisha bertanya lirih, dia benar-benar merasa bahwa energinya sudah terkuras, apa lagi saat mengetahui bahwa cowok yang sudah menolongnya tiga kali adalah Erlang.
Aurora berdecih. Sangat muak dengan kelakuan Arisha yang menurutnya sangat pintar bersandiwara. "Nggak usah pura-pura bego lah! Lo dari awal masuk SMA kenapa pake kaca mata mulu sih? Mau caper lo? Biar di lirik banyak cowok gitu? Iya, huh?"
Arisha menggelengkan kepalanya pelan. Tidak menyangka bahwa Aurora sangat berburuk sangka terhadapnya. Padahal alasannya sangat bertolak belakang dengan apa yang baru saja Aurora katakan. Memang benar dengan kalimat ini, 'Orang yang tidak menyukaimu maka selamanya akan menganggap buruk dirimu.'
"Kak? Sasa nggak gitu kak, Sasa pake kacamata biar nggak jadi pusat perhatian." Kilahnya.
Aurora tertawa mengejek. "Iya gue tau lo cantik, tapi gue enggan mengakuinya sih. Tapi bisa nggak lo jangan pamerin kecantikan lo itu ke gue?"
Arisha kontan menganga. Lagi pula siapa juga yang sedang pamer kecantikan? Arisha benar-benar tidak habis pikir lagi dengan kakaknya. Sejauh ini Arisha baru sadar bahwa Aurora tidak menyukainya-salah satu alasannya adalah karena dia cantik, maka dari itu Aurora merasa kalah saing terhadapnya. Padahal jika di pikir-pikir Arisha tidak pernah berniat bersaing dengan kakaknya dari segi apapun itu.
"Biar apa pake kacamata? Biar makin cantik, huh" Aurora bertanya lagi, kali ini nadanya cukup tinggi. Bisa di simpulkan bahwa dia sangat marah terhadap Arisha.
"Enggak kak, Sasa pake kacamata biar kelihatan cupu aja sih," jujurnya.
Jawaban Arisha berhasil membuat Aurora tertawa mengejek. "Apa lo bilang? Biar kelihatan cupu? Lawak lo? Nggak pake kaca mata aja udah cupu." Kesalnya.
"Terserah kak Aurora aja, Sasa capek mau istirahat."
"Nggak salah denger nih gue? Lo nggak boleh istirahat sebelum bersihin taman belakang!"
Arisha kontan mendongak, menatap Aurora dengan pandangan tak percaya. Jangan bilang bahwa Aurora memberi perintah karena ingin menghukumnya karena sudah pulang bareng seorang cowok, jika memang begitu maka kedepannya dia tidak akan mengulanginya kembali.
"Sasa capek kak, besok aja ya?" Arisha memasang wajah sedih, berharap supaya Aurora mengasihaninya.
Tetapi tentu saja tidak, faktanya Aurora malah tersenyum miring sebelum kembali menyahut. "Oh, nggak mau ya? Jadi lo milih foto lo tadi bareng cowok itu gue tunjukkin ke papah, huh?"
"Jangan kak!"
o0o
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISHA
Teen FictionNamaku Arisha, Anak bungsu yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Katanya anak bungsu selalu di sayang, selalu di manja, lantas kenapa nasibku berbeda dengan mereka? Tidak beruntung dalam persoalan keluarga, setidaknya aku beruntung...