14 | Tidak sengaja.

43 11 0
                                    

Setelah bangun tidur, badan Arisha terasa pegal-pegal semua-dia yakin penyebabnya adalah membersihkan taman belakang sendirian-tanpa bantuan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah bangun tidur, badan Arisha terasa pegal-pegal semua-dia yakin penyebabnya adalah membersihkan taman belakang sendirian-tanpa bantuan apapun. Dia masih tidak menyangka jika Aurora begitu licik. Cewek itu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Sebenarnya kemarin Liam juga sempat melihatnya, namun dia tidak peduli. Sementara Aurora bilang bahwa Arisha ngotot ingin membersihkan taman sendirian. Cewek itu memang bagaikan rubah berbisa.

Rasanya Arisha ingin marah dan menuntaskan amarahnya pada Aurora, namun dia mengurungkan hal tersebut-mengingat bahwa di rumah ini dia seperti orang asing yang tidak pernah dianggap ada oleh keduanya. Bahkan hanya bibi Fia yang peduli terhadapnya. Bibi Fia tadi malam menemuinya, dia bilang bahwa saat kemarin sore-dia sebenarnya ingin membantunya, namun Aurora mengancamnya, alhasil bibi Fia tidak bisa membantunya.

Arisha sudah tiba di pagar SMA High School Red White setelah turun dari angkot. Dia tidak sarapan di rumah makanya kini tidak begitu tergesa-gesa. Tadi Aurora bersikap seperti biasanya-yaitu bersikap baik dan menawarkan sarapan bersama seperti hari-hari lalu, namun Arisha menolak dengan halus. Dia malas sarapan bersama kedua orang yang seolah tidak pernah menghargainya.

Arisha berjalan menuju kantin, mungkin sarapan dengan sebungkus roti tidak terlalu buruk. Setelah menyerahkan uang, Arisha segera berjalan kembali menuju kelas. Namun dia terperanjat kaget saat bahunya di tepuk oleh seseorang. Untung saja dia tidak mengeluarkan kata-kata mutiara.

"Sendirian aja lo, Sa?"

"Kak Erlang?" Arisha membenarkan kaca mata bulatnya setelah tidak sengaja eye contact dengan Erlang.

"Iya, ini gue. Muka lo kenapa kelihatan tegang banget pas lihat gue?" Erlang bertanya sembari terkekeh pelan.

Arisha kontan mundur, dengan raut wajah terlihat begitu was-was, kedatangan Erlang membuatnya tidak nyaman. Apa lagi cowok itu yang membuatnya dalam masalah seperti hari kemarin. Dia tidak punya pilihan lain selain memilih menghindar. Dia mengabaikan tatapan cowok itu yang terlihat bertanya-tanya.

Tanpa membalas pertanyaan yang di lontarkan Erlang barusan Arisha lebih dulu membuka suara. "Gue duluan kak." Pamitnya sebelum akhirnya meninggalkan Erlang yang masih terdiam mematung.

Erlang menggeleng-gelengkan kepalanya pelan melihat tingkah laku Arisha yang menurutnya aneh untuk hari ini. "Lah? Tuh bocah aneh banget. Beda dari yang lain emang."

Anehnya Erlang merasa sedih meski hanya sedikit. Mungkin karena terlihat seperti diabaikan oleh Arisha? Meski sebenarnya tidak sepenuhnya begitu. Apakah Erlang membuat kesalahan hingga membuat Arisha seperti berusaha menghindarinya. Erlang rasa tidak, mengingat bahwa dia dan Arisha belum lama kenal jadi mungkin saja dia belum melakukan kesalahan yang membuat gadis itu menghindarinya secara terang-terangan.

Erlang tidak bisa begini, dia bertekad untuk mencari tahu apa penyebabnya. Karena baginya berdiam diri tidak membuatnya menemukan jawaban.

Sementara itu Arisha terus melangkah menuju kelas, namun pikirannya terus berkelana. Dia baru saja menghindar dari kakak kelasnya meskipun sedikit susah. Mungkin ini keputusan yang bagus dari pada harus dekat dengannya- dekat dengan seorang cowok sama saja menyiksa diri sendiri. Lagi pula Arisha tidak tahu jawaban pasti cowok itu adalah anak yang dititipkan kalung liontin itu atau bukan.

Namun belum sampai kelas tiba-tiba saja Arisha terjatuh karena menabrak seorang cewek yang sedang menatapnya tajam. Sedari tadi dia memang tengah mengamati Arisha yang sempat berbicara dengan Erlang. Hatinya tentu saja bertambah panas- apa lagi mengingat hari kemarin- dimana Arisha di antar pulang oleh Erlang, padahal dia dari dulu sudah menantikan hal itu. Namun faktanya apa? Arisha mencuri garis startnya lebih dulu.

Arisha mengaduh kesakitan ketika pantatnya mendarat mulus di lantai. Ya, dia terjatuh akibat tubuhnya limbung karena hilang keseimbangan. Dia akui bahwa hal ini bisa terjadi karena kecerobohannya, dia tidak memperhatikan depan dan berjalan terlalu terburu-buru, alhasil sekarang dia menerima akibatnya. Arisha segera mendongak, matanya mengerjap saat melihat Kelana yang sedang menatapnya tajam. Sedikit terkejut, Arisha kembali menunduk sembari meraba-raba lantai untuk mencari kaca matanya yang tak sengaja terjatuh lalu kembali memakainya.

"Apa lo nggak puas? Udah ngerebut Erlang dari gue sekarang lo ingin gue jatuh juga biar gue tambah menderita, huh? Dasar cupu nggak tau diri!" Kelana bertanya dengan menaikkan oktaf suaranya.

Arisha memutar matanya malas. Cewek di depannya ini menurutnya sangat dramatis- sebelas dua belas jika dibandingkan dengan Aurora- kakak kandungnya. Kedua bahkan sangat cocok apa bila di gabungkan- Kelana lebih cocok jadi adiknya Aurora dari pada dirinya. Ah, sangat malas sekali meladeni Kelana. Sebisa mungkin Arisha tetap menjadi cupu meskipun sebenarnya dia sudah muak di ejek cupu oleh para cewek yang tidak suka dengan kehadirannya.

"Ah, maaf kak. Sasa nggak sengaja, tadi Sasa buru-buru makanya nggak lihat kakak jalan." Sahutnya sembari menundukkan kepala, seolah-olah merasa bersalah.

Arisha sedikit merasa kesal dengan Kelana, harusnya Kelana yang meminta maaf kepadanya karena sudah membuatnya jatuh bukan malah sebaliknya. Ini tidak adil!

"Sujud dulu di kaki gue baru gue bisa maafin lo," Kelana tersenyum miring sembari melipat kedua tangannya di depan dada dengan sombong.

Arisha membulatkan mata setelah mendengar perkataan Kelana barusan.

"Lo gila! Emangnya lo tuhan?" Aksa menyahut tenang sembari menatap Kelana dengan tatapan remeh. Jujur saja, dia tidak suka dengan Kelana karena cewek itu suka menindas orang lain. Baginya Kelana memang cantik parasnya, namun tidak untuk hatinya.

Kelana menatap marah Aska. Sial! Kemarin Erlang yang mengganggunya ketika ingin memberi pelajaran untuk Arisha, dan sekarang Aska yang mengganggunya. Rencananya untuk mengganggu Arisha gagal untuk kedua kalinya. Untuk yang sekian kalinya Kelana bertambah membenci Arisha karena banyak anak Omorfos yang membelanya secara terang-terangan.

Tanpa menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Aska, Kelana lebih dulu meninggalkan keduanya dengan mengepalkan tangannya marah. Wajahnya memerah karena kesal, namun jika dia tetap berada di sini sama saja dia mempermalukan diri sendiri.

"Lo nggak apa-apa?" Aska bertanya sembari mengulurkan tangan kanannya ke arah Arisha yang belum berdiri.

Arisha mendongak lalu tersenyum tipis sebelum menerima uluran tangan dari kakak kelasnya yang bername tag Aska. "Nggak apa-apa kak. Bay the way, makasih udah nolongin Sasa ya kak?"

Aska hanya mengangguk pelan. "Lain kali lo harus lebih hati-hati." Sarannya, tanpa menunggu jawaban Arisha, Aska lebih dulu berbalik sebelum pergi menuju kelas meninggalkan Arisha yang sudah berdiri. Arisha merasa nyaman ketika dekat dengan cowok yang baru saja dia kenal- entah kenapa dia merasa nyaman ketika dekat dengannya.

Lain halnya dengan Aska yang menggeleng-gelengkan kepalanya pelan ketika menatap mata Arisha terlalu lama, ketika melihat mata itu dia jadi teringat akan seseorang- seseorang yang dia sayangi seumur hidupnya.

o0o

TBC!

ARISHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang