Bagian 11

54 8 0
                                    

"Biarkan kami pergi... kami akan melakukan apapun untuk kalian. Tolong lepaskan kami..." ucap Alana memohon dalam tangisnya.

Nathan memandang Alana dengan penuh penyesalan. Ia lantas mengalihkan tatapannya pada wanita gila itu.

"Ambil saja nyawaku. Kumohon... biarkan Alana pergi. Ini semua salahku. Ini bukan salahnya. Aku mohon padamu... aku mohon..." ucap Nathan dengan penuh keputus asaan.

Aphrodite memandangi Nathan dengan senyum tercetak di wajahnya. Jenis senyuman yang bukan tulus dari hati. Senyum meremehkan. Lantas ia tertawa dengan keras.

"Ah! Aku iri dengan kalian. Bahkan di saat seperti ini kalian masih terlihat manis."

Aphrodite menoleh ke arah Hades dan berkata, "Aku ingin kita memberikan sedikit kenang-kenangan untuk partisipan terbaik kita malam ini!"

Alana semakin menangis di tempat. Ia meronta dalam duduknya. Sedangkan Nathan hanya bisa menunduk, merapalkan banyak doa dan pengharapan akan pengampunan Tuhan di alam sana. Ia yakin, malam ini ajal akan mendatanginya.

Hades menyerahkan sebuah kapak kecil ke Aphrodite. Senyum merekah sempurna di wajah Aphrodite, menghantarkan rasa ketakutan pada diri Nathan hingga tanpa dapat ia kendalikan ia menggigil saking takutnya di kursi pesakitannya.

Aphrodite memukulkan bagian yang tumpul pada jari-jari tangan Nathan dengan perlahan.

"Mana yang kau lebih suka? Kanan atau kiri?" tanya Aphrodite kepada Nathan.

"Tolong... kumohon lepaskan kami! Lepaskan ka-"

"ARGHHHHH!!!!!!!!!!!!"

"APA YANG KALIAN LAKUKAN!" Tanya Alana dengan murka. Ia memandangi Nathan yang saat ini tengah menangisi kepergian ibu jari tangan kanannya.

"Bunuh saja aku sekarang! Jangan lakukan ini, aku mohon!"

Aphrodite tak merespon permintaan Nathan. Ia justru melanjutkan kegiatan memotong jemari Nathan menggunakan kapak. Target selanjutnya yaitu ibu jari tangan kirinya.

"Tolong hentikan ini semua! Tolong!"

"Apakah kau ingin merasakannya juga?" tanya Aphrodite pada Alana. Alana sontak menggeleng dengan cepat.

"Nemesis, bungkam dia. Aku ingin bermain dalam situasi yang kondusif!"

Nemesis segera menyumpal mulut Alana menggunakan kain. Ia juga memegang kepala Alana agar tetap memandang pemadangan di depan sana. Ruangan tersebut dipenuhi teriakan kesakitan berbalut ketakutan yang Nathan lontarkan setiap detiknya. Alana hanya bisa memandangi kondisi kekasihnya dengan air mata yang tak kunjung surut.

Nathan kehilangan kesadaran tepat ketika keempat jarinya telah terpotong. Begitupun dengan Alana. Aphrodite menghentikan permainannya dan kembali melanjutkan ketika Nathan terbangun pagi itu. Satu persatu jarinya kembali Aphrodite potong. Tak ada lagi suara yang bisa ia keluarkan. Ia hanya bisa menangis dalam diam. Nathan terus merapalkan doa agar semua ini segera berakhir. Berulang kali Nathan pingsan dan terbangun. Matahari tepat di atas kepala saat Nathan terbangun dengan kondisi lemah dan kehilangan sepuluh jari tangannya.

"Bunuh aku..." ucap Nathan dengan suaranya yang parau.

Aphrodite meletakkan kapak yang sejak tadi dipegangnya. Ia berjalan menuju sudut ruangan, menghentikan pergerakan piringan hitam itu. Ia berjalan perlahan mendekati Alana. Dipegangnya wajah wanita yang tengah ketakutan itu. Diusapnya jejak air mata yang membasahi pipi.

"Nathan, kau tau apa yang kurasakan selama ini?" tanya Aphrodite tanpa mengalihkan atensi.

Nathan diam membisu.

"Marah. Itu yang aku rasakan. Ratusan hari berlalu, aku selalu menunggu saat ini. Kau tidak hanya menghancurkan hidup Hana! Kau menghancurkan hidupku! Hidup kami! Dan apakah menurutmu aku akan berbaik hati mengabulkan permintaan terakhirmu ini? Mati dengan cepat? Kau pikir kau siapa?!" ucap Aphrodite sembari menatap Nathan dengan tajam.

Aphrodite tersenyum, kedua matanya membentuk bulan sabit. Kemudian ia tertawa dengan keras dan berkata, "Aku punya hadiah untukmu, Alana."

Nemesis berjalan mendekati Alana dengan membawa pisau di tangannya. Ia merobek pakaian milik Alana tepat di depan Nathan. Nathan hanya diam sambil menangis, ia tak memiliki tenaga lagi untuk berteriak. Kepalanya terasa pusing. Yang ia tau, ia melihat dengan jelas saat wanita bernama Nemesis itu menjahit setangkai mawar dikedua payudaranya.

Alana meronta di kursi pesakitannya. Air matanya mengalir dengan deras. Suara teriakan kesakitan yang Alana keluarkan tertahan oleh kain yang menyumpal mulutnya. Tetes demi tetes darah mengalir, membasahi perutnya.

Aphrodite mendekati Alana dan menekan payudara itu. Tangannya bergerak mengikuti jejak aliran darah di area perutnya.

"Alana, kau tau, betapa aku sangat membenci perempuan bodoh sepertimu? Kau gadaikan hidupmu pada Nathan. Cinta yang kau berikan padanya telah membutakanmu dari melihat kebenaran. Kau tau, bagaimana rasanya diperkosa oleh orang yang tak kau inginkan? Kau tau, perasaan jijik, marah dan benci yang Hana rasakan saat itu? Kau tak tau tentang itu bukan?"

"Maka dari itu, bagaimana jika kita mencobanya? Sehingga kau akan tau, apa yang Hana rasakan kala itu, supaya kau dapat hidup dengan bijak di alam selanjutnya, kalaupun itu memang ada."

Nemesis dan Hades mulai mengatur posisi Alana. Mereka melepaskan ikatan tubuh Alana dari kursi itu, kemudian memaksanya untuk tidur di lantai yang menjadi saksi pembalasan dendam itu.

Alana hanya bisa menangis ketika Hades menyetubuhinya dengan kejam. Ia tak menyangka di akhir hidupnya akan mengalami kejadian mengerikan seperti ini. Seharusnya sejak awal ia melarang Nathan. Seharusnya sejak awal ia menolong Hana. Seharusnya ia peduli padanya. Beribu penyesalan menyesaki batinnya. Tapi sebanyak apapun rasa itu, semua sudah terlambat. Dan ini adalah waktu pembalasannya.

Nathan benar-benar tak berdaya. Ia tak sanggup menyaksikan semua ini. Hatinya hancur menyaksikan orang yang ia cintai dengan dalam itu dilecehkan di depan matanya.

"Kau harus melihat adegan ini, Nathan. Atau aku akan melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan lagi," ancam Aphrodite saat dia melihat Nathan menutup matanya sambal menangis.

Alana kehilangan kesadarannya. Dengan air mata yang berurai, Nathan menatap bengis ketiga iblis di depannya itu.

"Kalian iblis yang sangat buruk! Kalian akan membusuk di kerak neraka! Tuhan tidak akan mengampuni kalian!" ucapnya dengan sisa tenaga yang ia miliki.

Mereka hanya tersenyum miring.

"Kau pikir kau lebih suci dari kami? Kau juga akan membusuk di neraka bersama kami. Dan Tuhan tidak akan mengampunimu. Jadi,biarkan kami menghukum kalian dengan kejam sebagai permulaan!"

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang