Dewangsa Regan Maheswara, anak kedua dari keluarga Maheswara. Laki-laki idola sekolah namun rapuh di dalam. Bagi keluarga nya, Dewa tak lebih dari anak sial yang hadir di tengah keluarga Maheswara. Berbeda dengan Raja sang kakak dan Rea sang adik ya...
Hallo gaysss, sebelum lanjut author mau absen dulu dong di sini pake emot ☝️
Jangan lupa memencet tombol bintang dan berkomentar untuk meramaikan cerita ini!
NO PLAGIARISME ⚠️⚠️⚠️
SIAPAPUN YANG MENEMUKAN KESAMAAN DENGAN CERITA INI HARAP LAPOR PADA AUTHOR!
Dengerin musiknya biar dapat feel nya!
Are you ready?
Oke let's go!
------ Happy Reading ------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di ruangan VIP berukuran luas itu Adrian dengan senantiasa menunggu Zoya sadar. Raja sudah pulang ke rumah untuk ganti baju dan mengambil pakaian ganti untuk Adrian. Malam ini mereka berdua akan berjaga di rumah sakit menemani Zoya.
Adrian duduk di samping brankar sang istri. Wanita itu masih senantiasa menutup matanya. Adrian menggenggam erat tangan Zoya yang bebas infus kemudian menciumnya lama.
"Aku gatau kalau sampai kehilangan kamu gimana jadinya dunia ku dan anak-anak kita." ucap Adrian sambil menatap wajah bersih istrinya.
"Gak sia-sia kita Zoy besarin anak itu. Walau aku harus keluar uang tapi demi kamu itu semua ga ada apa-apanya. Tolong bangun sayang, anak-anak kita butuh kamu, Raja dan Rea masih ingin melihat bundanya." gumam Adrian.
Sementara itu, di ruangan lain Rea juga setia menunggu Dewa sadar.
"Bang, Rea di sini buat nemenin abang." ucap Rea. Sama seperti Adrian, gadis itu duduk di sebelah brankar pasien.
"Ayah jahat banget ya bang? Untung aja abang ga tau gimana sikap ayah tadi. Bang Dewa pasti bakalan sedih deh." ucap Rea lagi.
"Bang Dewa cepet bangun, katanya mau ajak Rea main lagi. Kita belum pergi ke taman, pantai, puncak, masih banyak tempat yang harus kita kunjungin. Makanya bang Dewa harus cepet sembuh biar bisa nemenin Rea lagi kayak dulu."
Rea mengusap rambut yang menutupi dahi sang kakak. Rambut laki-laki itu sudah mulai panjang. Mungkin setelah abangnya sadar, Rea akan meminta Dewa untuk pangkas rambut.
"Bang Dewa inget ga waktu abang ngajak Rea pulang bareng padahal Rea udah nolak berkali-kali trus sempet maki-maki bang Dewa juga. Rea jahat ya?" Rea menyesal mengapa dirinya dulu sempat ikut membenci malaikat sebaik Dewa.
Rea kembali melanjutkan ceritanya. "Trus di jalan bang Dewa ngajak Rea ngobrol mulu sampe Rea bosen dan marahin bang Dewa. Eh bukannya marah balik, bang Dewa malah ketawa trus beliin Rea es krim. Kita duduk berdua di halte. Bang Dewa selalu punya cara buat bikin Rea tersenyum, maaf kalau Rea belum bisa bikin bang Dewa tersenyum juga kayak bang Dewa yang selalu berusaha bikin Rea bahagia. Harusnya waktu itu Rea ga ninggalin abang gitu aja."