Tok, Tok, Tok,
Ketukan pintu terdengar, membuat Rosa memandang ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 10 malam. Dia bangkit dari kasur dengan hati yang penasaran dan berjalan menuju pintu rumah. Siapa yang datang ke rumahnya pada malam hari sekarang ini? Dalam hatinya, kekhawatiran dan rasa ingin tahu bercampur aduk.
"Ini aku." Suara berat terdengar, membuat Rosa menghela nafas lega karena mengenali suara itu. Itu adalah suara Julius, kekasihnya.
Rosa membukakan pintu untuk Julius, dan tanpa ragu lelaki itu langsung memeluknya. Rosa merasakan kehangatan dalam pelukannya, dan Julius menyerap keharuman tubuhnya yang wangi seperti lavender. Waktu berhenti sejenak saat mereka menikmati momen romantis mereka bersama.
"Kau belum tidur?" tanya Julius dengan penuh kelembutan, sambil masih senantiasa memeluk tubuh wanita itu.
"Aku masih memikirkan hal tadi pagi," ucap Rosa dengan suara lembut, terlihat raut wajahnya yang gelisah akibat dari masalah tadi pagi. Julius mengusap lembut punggung Rosa, memberikan dukungan padanya. "Ceritakan padaku, sayang. Aku di sini untukmu," kata Julius dengan penuh perhatian.
Rosa tersenyum lembut dan menarik lelaki itu duduk di sofa, mengisyaratkan bahwa dia ingin membicarakan kegelisahannya tadi pagi. Mereka duduk berdampingan, saling mendukung dan siap untuk mendengarkan satu sama lain.
"Aku takut kau meninggalkanku karena aku mulai mencintaimu," jujur Rosa. Julius dengan lembut mengelus rambut Rosa dan mengecup puncak kepalanya. "Sayang, jangan pernah merasa takut. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku juga mencintaimu dengan segenap hatiku," kata Julius dengan tulus. Mereka saling memandang lalu saling tersenyum.
"Aku.." sebelum lelaki itu melanjutkan ucapannya dia mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan, "aku tidak bisa membantumu." Ujar Julius.
Rasa kekhawatiran dan kecemasan Rosa semakin terasa saat mendengar ungkapan Julius. Ia mulai bertanya-tanya mengapa Julius berubah pikiran. Apakah itu karena dirinya yang dianggap buruk oleh Julius? Rasanya takut dan tak bisa merasakan kepastian akan masa depan hubungan mereka. Semua pikiran negatif mulai menghantui pikiran Rosa, membuatnya meragukan diri sendiri dan takut akan kehilangan Julius.
"Honey, jangan biarkan pikiran negatif menguasaimu. Aku tahu apa yang kamu pikirkan sekarang, dan aku meyakinkan mu bahwa itu tidak akan terjadi," kata Julius seraya mengelus tangan Rosa dengan lembut.
Ungkapan Julius yang penuh perhatian dan kelembutan membuat suasana terasa sedikit lebih tenang. Dia mencoba menenangkan Rosa yang tengah dilanda pikiran negatif dengan memastikan bahwa kekhawatirannya tidak berdasar. Sentuhan lembut Julius dan kata-katanya yang penuh perhatian memberikan sedikit kelegaan yang dibutuhkan oleh Rosa.
Dengan suara yang bergemetar, Rosa mencoba untuk menatap mata lelaki disampingnya, "apa itu benar?" Tanya Rosa.
Dengan penuh kelembutan, dia menatap Rosa dengan tulus. "Ya sayang, itu benar. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Percayalah padaku," kata Julius dengan suara yang penuh keyakinan, berusaha meyakinkan Rosa bahwa dia tidak perlu takut kehilangan dia.
"you have to promise me." Ucap Rosa.
"I promise with all my heart. Baby." Ujar Julius.
Rosa pun melingkarkan tangannya di leher lelaki itu, memeluknya dengan erat. Julius membalas pelukan Rosa lalu mengangkatnya dan membawanya kedalam kamar. Saling membalas senyuman kemudian kedua orang itu menghilang dari balik pintu kamar yang telah tertutup rapat.
Keesokan harinya.
Julius menatap Rosa yang tertidur di sampingnya. Dia kembali memeluk wanita itu dan mengelus punggung Rosa.
"Rosa..." Suara serak khas orang bangun itu memanggil wanitanya untuk segera bangun.
Semalam mereka hampir melewati batas dan langsung memilih untuk berhenti karena belum sah.
Sedangkan, Rosa belum kunjung bangun membuat Julius dengan isengnya menarik hidung wanita itu.
Dengan gerutan di bibirnya, Rosa menepis tangan itu yang iseng menarik hidungnya. Dia perlahan membuka mata dan dengan tatapan terkejut, langsung menatap wajah Julius yang sedang tersenyum.
"Good morning, my love." Sapu Julius mengecup puncak kepala Rosa dengan lembut.
Rosa merasa malu saat ingatannya kembali ke malam sebelumnya, di mana mereka hampir saja melewati batas dalam hubungan mereka. Wajahnya terlihat bersemu merah, dan Rosa menutupinya dengan tangannya, merasa malu dan tidak tahu bagaimana harus menghadapinya.
Saat sebuah langkah kecil terdengar dari luar pintu, dengan cepat Rosa menyelimuti seluruh tubuh dan wajah Julius dengan selimut. Dia ingin melindungi Julius dari mata penasaran si kembar yang akan masuk ke dalam kamar mereka.
'Brak!'
"Mom! Cepat berdiri! Aku dan Stefan akan terlambat ke sekolah!" Teriak Justin setelah membuka pintu kamar dengan sedikit kasar.
Kata-kata Justin membuat Rosa terkejut dan ia segera berdiri dari tempat tidur. "Maaf, Justin! Ayo cepat berpakaian dan kita akan turun sekarang," kata Rosa sambil berusaha untuk tetap tenang dalam situasi yang dibuat heboh oleh si manis itu.
Stefan mendengus kesal karena lagi-lagi dia mendengar teriakan dari si adik nya itu.
Justin menoleh menatap sang kakak, dia lalu berkata, "apa lihat-lihat?!"
Stefan memilih memutar bola matanya dan pergi meninggalkan adiknya itu.
"Tunggu aku!" Pekik Justin yang langsung menyusul sang kakak dan meninggalkan ibu mereka di kamar.
"Pfft- haha.."
Rosa terkejut saat melihat Julius keluar dari persembunyian selimut dan tertawa.
Julius dengan cepat bangkit berdiri dan dengan penuh kegemasan mencubit pipi Rosa.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Rosa dengan keheranan.
"Mencubitmu," jawab Julius sambil tersenyum kecil.
Rosa segera merespons dengan mencubit pinggang Julius, yang membuat lelaki itu terkejut dan secara refleks melepaskan cubitan di pipi Rosa.
Rosa tertawa geli dan tanpa berkata apa-apa, dia langsung meninggalkan Julius yang masih mengusap pinggangnya dengan raut wajah yang cemberut.
"Dasar." Julius segera menyusul wanita itu yang akan menghampiri si kembar.
"Dad?!" Pekik si kembar kompak saat melihat Julius.
Julius tersenyum dan ia berjalan mendekati si kembar. Mengelus kepala mereka dengan lembut.
"Ayo, kalian tidak ingin terlambat ke sekolah kan?" Kata Rosa yang langsung membuat si kembar bersiap-siap.
Julius mengamati Rosa dengan senyuman hangat di wajahnya, lalu dengan penuh kasih sayang, dia memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Rosa.
Rosa membulatkan matanya dengan kaget, namun Julius merasa lucu melihat reaksinya.
Rosa mendengus kesal dan dengan serius mengatakan, "Kemarin, masalah kita belum selesai."
Julius mengangguk mengerti dan menyadari bahwa dia tidak boleh menghindari masalah tersebut setelah berjanji kepada wanitanya kemarin. Dia bertekad untuk menghadapinya dan menyelesaikannya dengan jujur.
"William, dia itu---"
"Mom! Mom! Stefan menatapku tajam!" Adu Justin.
"Itu karena dia mau berteriak lagi, mom!" Adu Stefan.
Rosa menghela nafas dalam-dalam, merasa semakin penasaran dengan perkataan Julius yang terpotong tadi. Dia memutuskan untuk menahan rasa penasarannya sementara dan memberikan kesempatan kepada Julius untuk melanjutkan pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan Sejati
General FictionPada hari kelulusan SMA nya, Rosa malah mendapatkan catatan kriminal?! Dari korban lalu menjadi pelaku percobaan pembunuhan. Cobaan apa lagi ini? Rosa Calista yang dijuluki Sweet Bunny sebagai pelacur terkenal di suatu aplikasi harus bertahan dengan...