4 - Hopeless

2.6K 85 5
                                    

Belum pernah Nara merasakan se putus asa ini ketika hendak pulang ke rumah. Namun hari ini saat ia melihat sepatu yang membuatnya trauma di depan pintu, Nara hampir saja pergi dari sana jika suara abangnya tidak menghentikan langkahnya.

"Kasih gua duit!"

Regan Daniswara, nama laki-laki yang diberikan oleh orang tuanya 22 tahun lalu. Sudah terhitung 9 bulan sejak Regan meninggalkan rumah, namun hari ini dia kembali lagi seperti biasa. Sejak Ibunya meninggal, Nara hanya tinggal dengan Ayah serta Abangnya saja. Namun bukannya diberi kasih sayang sebagaimana ia adalah anak perempuan satu-satunya, Nara malah mendapat tekanan dari mereka.

Apalagi Abangnya, yang hanya bekerja serabutan semenjak putus sekolah dari SMA lalu. Ayahnya pun tidak bisa membantu banyak. Uang dari hasil gajinya diberikan hampir seluruhnya kepada Nara untuk biaya sekolah. Kadang kala Ayahnya sedang lelah, Nara lah yang jadi pelampiasan amarahnya.

"Mana duitnya! Lo budek?!"

"Duit apa bang? Nara gak pegang duit sama sekali."

Nara melihat Ayahnya memberi instruksi agar diam di belakang sana. Bau alkohol masih tercium walau jarak antara ia dan Regan tidak terlalu dekat. Saat ia hendak kabur melewati pintu, Nara sudah ditarik duluan ke dalam sehingga tidak ada kesempatan lagi untuknya melarikan diri. 

Regan mengambil tasnya paksa namun Nara sebisa mungkin melindungi benda itu dari jangkauannya.

"Lepas bang! Nara gak bawa apa-apa di dalam tas!" Tidak sengaja Nara mendorong abangnya hingga Regan tersungkur di lantai. 

"Anjing lo! Berani sama gua?!" Regan berhasil merebut tas di dekapan Nara. 

Laki-laki itu membuka tasnya dan menghamburkan semua isinya. Regan tersenyum miring saat menemukan banyak uang yang berjatuhan di sana. Ia memungutnya sampai tidak tersisa sedikit pun. 

Sedangkan Nara yang melihat itu hanya bisa menangis sambil berusaha merebutnya kembali dari tangan abangnya.

"Bang, balikin uang Nara bang. Itu buat bayar SPP Nara bang!" 

"Bapak lo kan banyak duit! Minta aja sama dia!" Kata Regan sambil melirik Ayahnya yang diam saja.

Regan tersenyum puas dalam hati. Tidak ada yang berani melawan dia. Orang tuanya sendiri pun bungkam. Sebab, sertifikat rumah satu-satunya mereka ia yang menyimpan. Kalau Ayahnya berani macam-macam dengannya, Regan pastikan laki-laki tua itu akan hidup gelandangan bersama Nara.

"Lo denger gua! Mending lo berhenti sekolah dan cari uang buat bantu-bantu daripada lo jadi beban." 

Regan kembali menghitung uang yang ada di tangannya dengan serius. Diam-diam Ayahnya keluar dari pintu belakang untuk mencari bantuan dengan warga sekitar. Terlalu seringnya keluarga mereka membuat keributan menyebabkan beberapa warga enggan ikut campur. Namun kalau tidak meminta bantuan, Hamdan takut Regan menyakiti dirinya dan juga putrinya. 

"Abang yang beban! Berapa kali Ayah ngeluarin abang dari penjara! Nara tanya berapa kali?!"

Nara membentak Regan hingga membuat laki-laki itu murka. Ia mencekik Nara hingga tubuhnya sedikit naik ke atas. Nara tidak bisa bernapas dan berusaha memukul tangan Regan agar mau melepaskannya. 

"Lep...as.. gak.. b..Isa.. na..pa..s."

Nara menendang area selangkangan Regan. Berhasil, laki-laki itu melepaskan cekikannya dan meringis kesakitan sambil memegangi kemaluannya.

Nara terbatuk memegangi dadanya

"Anak bangsat lo ya!" Regan kembali menyakiti Nara, kali ini ia menjambak rambutnya sampai kepalanya ingin lepas.

CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang