13 - Recovery

1.7K 82 12
                                    

Jauh-jauh lo dari pikiran gue!
-Arsenio


Don't forget to vote and comment :)
Happy reading!

***

Arsen menelusuri gang sempit sambil tertatih. Ia sudah bisa jalan walaupun masih terasa sakit di bagian tumitnya. 3 hari sudah ia tidak masuk sekolah, terhitung dari senin. Nara merawatnya dengan baik walaupun perempuan itu sedikit terpaksa. Kejadian hari minggu yang membuat mereka enggan berdekatan satu sama lain.

Arsen marah saat Nara pulang hingga sore menjelang malam. Keadaan perutnya yang belum diisi sama sekali membuat ia membentak perempuan itu tanpa sadar. Arsen gengsi untuk meminta maaf duluan. Tidak ada dalam kamusnya ia merendah hanya untuk wanita. Mereka juga tidur berjauhan sejak ia sakit.

Nara selalu berangkat pagi-pagi untuk menghindari Arsen. Rasanya agak canggung tinggal se atap namun tidak saling menyapa satu sama lain. Nara masih sebal dengan Arsen yang menuduhnya ini dan itu. Mengatainya murahan, serta mengancamnya jikalau Nara ketahuan dekat dengan pria lain, Arsen berjanji akan menghabisinya.

"Seriusan tempatnya yang ini?"

Sekarang Arsen sedang di tempat yang Melvin beritahu melalui maps. Katanya dua orang yang menabraknya, terakhir kali Melvin lihat ada di sini. Arsen ragu saat tidak adanya orang yang berlalu lalang. Namun foto yang dikirim oleh Melvin, sama persis dengan gedung tua yang ada di depannya.

Arsen mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara. Banyaknya puntung rokok, mural tidak jelas bentukannya, membuat Arsen was-was jikalau ia salah tempat mungkin saja ini markas preman berbahaya.

Terdengar suara candaan, semakin Arsen masuk ke dalam gedung itu. Dan saat penglihatannya menangkap siluet Regan yang tengah duduk di sofa usang, Arsen tanpa sadar mengeluarkan suaranya.

"Bangsat, ternyata bener."

Regan terusik dengan suara itu, ia membalikan tubuhnya ke belakang dan menangkap orang tidak diundang masuk ke tempat privasinya. Karena panik, teman Regan tidak sadar menjatuhkan barang yang sedang dipegangnya.

"Wow selain tempramental, lo juga pecandu ternyata."

Arsen mendekat ke arah Regan dan teman-temannya tiga orang. Ia menatap sinis laki-laki suram itu. Sakit kakinya seketika hilang saat melihat wajah bajingan Regan dari dekat, "Lo masih inget gue? Kalau belum.. kenalin, Arsenio cowok adik lo."

Arsen mengulurkan tangannya pada Regan dan langsung ditepis oleh laki-laki itu.

"Punya urusan apa lo?! Sampai berani datang ke sini sendirian. Mau mati lo?"

Arsen mengeluarkan ponselnya. Ia memutar tayangan CCTV yang diambil dari rambu lalu lintas saat kejadian di halte jum'at lalu, "Ini lo kan yang sengaja nabrakin Nara sama temannya di halte? Gue ada buktinya. Mobil lo sama persis dengan yang ada di video ini."

Regan mematung di tempat. Teman-temannya juga tidak berkutik. Regan bisa saja menyangkalnya. Ia tidak perlu khawatir karena yang melakukan itu ialah orang suruhannya. Benar, Regan tidah harus sepanik ini. Cukup pastikan Arsen tutup mulut. Masalah akan selesai begitu saja.

"Apa jadinya kalau gue lapor polisi markas kumuh lo ini? Pertama, lo berusaha bunuh orang. Kedua, lo make obat terlarang bareng teman lo. Dua perkara yang hukumannya bisa digabung. Apa nggak membusuk lo di dalam penjara." ujar Arsen tenang namun menusuk.

Regan menarik kerah Arsen. Mereka saling bertatapan dengan mata membunuh. Teman Regan berusaha menjauhkan mereka berdua, namun Regan terlihat enggan melepasnya, "Dengerin gue! Jangan ikut campur urusan keluarga gue. Lo cuma cowoknya, bukan suaminya. Pergi! Kalau lo nggak mau mati di sini."

CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang