"Nara! Tunggu!"
Seseorang dari kejauhan memanggil nama Nara yang ingin menyebrangi jalan. Nara menengok ke belakang. Di sana ada Fatur yang sedang berlarian ke arahnya.
Saat di kelas tadi mereka sama sekali tidak bisa berinteraksi. Apalagi saat Fatur beberapa kali mengajaknya bicara yang selalu terpotong oleh celotehan guru. Dan saat bel pulang berbunyi, Nara langsung buru-buru menuju halte untuk pulang terlebih dahulu ke rumahnya karena ingin mengambil beberapa barang.
"Kok buru-buru sih. Gue kan mau ajak lo pulang bareng."
Fatur menetralkan napasnya yang cukup lelah. Ia berlarian menuruni tangga saat jejak Nara hilang begitu saja di koridor gedung sampai di lampu merah depan sekolah. Untungnya Nara terlihat sedang menyebrangi jalan. Buru-buru Fatur memanggil gadis itu.
Sebenarnya sebelum pulang Fatur ingin mengajak Nara ke suatu tempat. Tetapi sialnya ia disuruh oleh guru mereka untuk membawakan setumpuk buku ke ruang perpustakaan. Alhasil Nara sudah hilang duluan dan di sinilah Fatur menemukan gadis itu.
"Oh kamu Tur yang manggil aku. Ada apa?" tanya Nara.
"Ck, gue kan udah bilang mau ajak lo pulang bareng." jawab Fatur sambil menatap Nara lekat.
"Maaf. Aku gak nyimak omongan kamu."
"Lo sekarang beda Nar. Semenjak lo digangguin sama Arsen, gue ngerasa lo semakin jauh."
Nara mendengarkan Fatur dengan seksama. Ia bingung harus menjawab apa. Karena Fatur tidak perlu tahu juga hubungan rumitnya dengan Arsen. Sehingga ia hanya tersenyum saja dan lanjut menyebrangi jalan. Nara membiarkan Fatur mengikutinya di sebelah.
Jarak antara sekolahnya dengan lampu merah menuju halte lumayan jauh. Sehingga Nara tidak perlu merasa awas akan ada yang memergoki mereka berdua terutama Arsen. Laki-laki itu belum mengiriminya pesan seperti biasa. Nara juga belum memberitahukan bahwa hari ini ia akan pulang terlambat.
Tadi pagi mereka berangkat bersama. Nara mulai menyiapkan sarapan untuk Arsen dan dirinya sendiri. Menumpang di apartement laki-laki itu membuatnya sadar diri bahwa tidak seharusnya ia hanya tidur, makan dan merepotkan Arsen. Sejak kemarin Nara mulai membersihkan unitnya, merapihkan apa saja yang berantakan di sana.
Arsen tidak protes. Laki-laki itu membiarkannya saja. Sesekali Nara melihat dia membantunya juga walaupun tidak terang-terang an.
"Duh, udah sore padahal masih panas aja cuaca." Fatur mengibaskan tangannya sendiri ke wajah.
"Oh iya, tugas dari bu Riska mau dikerjain kapan Tur?" tanya Nara.
"Mungkin dua hari lagi. Soalnya besok Kayla sama Sesil gak bisa. Kalau gue sama Radi sih bebas mau kapan aja."
Mereka sudah sampai di halte. Kemungkinan bus akan datang 15 menit lagi. Nara duduk di bangku halte paling pojok dan diikuti Fatur di sebelahnya.
"Tumben kamu gak bawa motor." Nara mengambil ikat rambutnya di kantong. Benar kata Fatur, cuaca hari sangat panas. Ia sampai menghabiskan dua air mineral berukuran sedang yang ada di tasnya.
"Motor gue lagi di bengkel. Lagian gue juga suka kok naik bus. Apalagi kalau pulangnya bareng lo."
Nara tidak menanggapi celotehan Fatur. Bukannya senang, ia malah bingung menghadapi situasi ini. Saat tau Kayla diam-diam menaruh perasaan pada Fatur, ia mencoba membuat jarak dengan laki-laki itu. Bagaimanapun Fatur secara terang-terangan seperti menunjukkan perasaannya. Dan ia tidak ingin persahabatan mereka hancur suatu hari nanti.
Maka dari itu Nara ingin meminimalisir hal-hal yang berhubungan dengan Fatur. Lagipula siapa yang mau dengannya, disaat ia sudah kehilangan harta berharganya sebagai perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Collide
Teen FictionNara sangat tahu. Semua musibah yang dialaminya saat ini murni karena kesalahan yang ia buat. Arsen, cowok gila dan tidak punya perasaan itu menghancurkan harga dirinya hingga paling dalam. Bodohnya Nara ikut masuk ke dalam alur permainan itu dan te...