Nara merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa tidur semalam karena memikirkan perbuatan Arsen. Laki-laki itu menghilang tadi pagi meninggalkan ia yang terbangun sendirian di ranjang tanpa mengucapkan apapun.
Dan ia kesiangan karena lupa menyalakan alarm dari ponsel barunya yang belum disetting sama sekali. Akibatnya ia ketinggalan bus sehingga ia harus menunggu bus lainnya datang dan saat sudah sampai di sekolah ia telat 10 menit. Kesialan yang berturut-turut.
Saat ini Nara sedang dihukum oleh guru dengan membersihkan toilet putri. Ia hanya sendirian di sini. Karena murid telat lainnya dibagi tugas lagi membersihkan yang lain. Di toilet putri ada 4 bilik yang harus Nara bersihkan. Tidak mudah baginya mengingat toilet ini lumayan besar.
Nara hanya diberi kain pel dan sikat untuk lantai toilet yang sedikit kusam. Ia akan membersihkannya dari ujung dalam sampai ke luar. Untungnya murid-murid baru saja memulai pelajaran. Jadi tidak ada yang berlalu lalang dan mengganggunya hingga selesai.
"Gilang tuh susah banget didekatin. Gue udah spam dm ke dia tapi gak ada satu pun yang dibalas."
"Mungkin lo kurang cantik kali. Oh atau jangan-jangan gilang udah punya gebetan makannya lo gak dilirik."
"Sialan lo!"
Nara mendengar suara bising dari arah luar. Celotehan dari gadis-gadis yang sedang membicarakan gilang membuatnya berhenti mengepel secara tidak sadar. Hanya ada satu yang namanya gilang di angkatannya. Sudah pasti itu temannya Arsen. Dan Nara sedikit was-was saat banyaknya langkah kaki semakin dekat menuju toilet.
Sedang apa gadis-gadis itu keluar kelas? Bukannya jam pelajaran sudah seharusnya dimulai.
"Eh, ada si upik abu. Telat lo? Habis layanin om-om sampai pagi ya."
Itu Theresia. Primadona sekolah juga. Gadis paling cantik di sekolahnya dengan kekayaan yang hampir setara seperti Arsen. Nara sudah lama tidak bertemu gadis itu dan teman-temannya. Mereka sering sekali mengganggunya sampai pernah beberapa kali keluar masuk ruang konseling.
Semenjak Arsen mulai menjadikan Nara sebagai tawanannya, Theresia tidak berani lagi mengganggunya seperti yang lalu-lalu. Namun bukannya Nara merasa lega karena dibela, ia jadi semakin takut karena satu sekolah pun tau seberapa terobsesi nya Theresia pada Arsen.
Walaupun Arsen tidak pernah menanggapinya, tetap saja Nara merasa ini adalah bencana lebih besar. Dua orang yang merundungnya. Oh Nara rasa ia akan gila sekarang.
"Permisi, aku mau buang airnya."
Nara memegang ember yang berisikan air kotor untuk dibuang ke selokan depan pintu toilet. Namun tanpa diduga, Theresia merebut embernya dan menyiramkannya ke arah Nara sehingga seragam perempuan itu basah kuyup dan kotor.
"Apa yang kamu lakuin?!"
"Rasain lo! Sok kecantikan sih pake ngerebut Arsen dari gue."
Mira dan Chika, teman Theresia memegang tangan Nara dan menyeretnya ke arah bilik toilet lalu menguncinya dari dalam. Tidak lupa juga Theresia mengunci pintu utama toilet agar tidak ada yang bisa masuk.
Chika menahan tangan Nara yang hendak berontak. "Yang erat peganginnya Mir!"
"Lepasin aku! Kalian gila ya?!"
Theresia puas sekali melihat wajah Nara yang memelas. Ia maju dan membuka kancing seragam Nara hingga memperlihatkan tanktop putihnya. Dan seketika Theresia terkejut dengan banyaknya bercak keunguan yang ada di area dada Nara.
"Emang jalang ya lo! Katanya murid paling pinter, tapi nyatanya... Oh atau jangan-jangan lo bisa sekolah di sini dari hasil jual diri ya?" Theresia tertawa keras disusul oleh Chika dan Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Collide
Teen FictionNara sangat tahu. Semua musibah yang dialaminya saat ini murni karena kesalahan yang ia buat. Arsen, cowok gila dan tidak punya perasaan itu menghancurkan harga dirinya hingga paling dalam. Bodohnya Nara ikut masuk ke dalam alur permainan itu dan te...