6 - Warning

3K 83 5
                                    

Gue gak mungkin suka sama dia kan?
-Arsenio Putra Mahardika

***

Arsen memarkirkan mobilnya ke dalam garasi. Ia sudah sampai di rumahnya yang besar untuk menemui ayahnya. Minggu pagi yang membosankan. Karena memar kemarin belum sempat hilang dan malah semakin nyeri, jadinya ia melewatkan olahraga pagi seperti biasa. 

Nara masih tidur. Perempuan itu tidak ngamuk lagi semalam dan Arsen malah mendengar suara dengkuran halus dari bibirnya saat membuka kamar kembali. Ia memutuskan untuk tidur di sofa karena tidak ingin menganggu Nara. Saat pagi datang belum juga ada tanda-tanda Nara sudah bangun sehingga ia memutuskan untuk menemui ayahnya terlebih dahulu sebelum berbicara dengan perempuan itu.

"Pagi tuan." Sapa supir pribadi ayahnya yang sedang membersihkan kap mobil.

Arsen tidak membalas sapaannya dan langsung bertanya singkat. "Daddy di mana pak?"

"Di ruang kerjanya tuan. Katanya sudah ditunggu di sana." 

"Oke."

Arsen menaiki tangga menuju ke ruang kerja ayahnya yang berada di lantai 3. Saat sudah sampai di sana, ia membuka pintunya langsung tanpa mengetuk terlebih dahulu. Di dalam ada ayah dan ibunya yang sedang bermesraan. Mereka langsung menjauhkan diri saat melihat Arsen yang sudah sampai di depan pintu.

"Arsen, kamu dari tadi sayang?" Ibunya menghampiri Arsen dan memeluk putranya erat.

Arsen hanya tersenyum singkat dan mengangguk. Ia melihat ayahnya yang sedang merapihkan berkas tanpa melihat ke arahnya.

"Daddy mau apa nyuruh aku ke rumah?" 

"Sayang, bisa tinggalkan sebentar kami berdua di sini?" Ayahnya bertanya pada ibunya.

Ibunya mengangguk dan mencium singkat pipi Arsen. Jadilah tinggal mereka berdua di ruangan itu.

"Duduk Arsen. Bagaimana sekolah kamu?"

Arsen mengerutkan dahinya. Tumben sekali ayahnya menyuruhnya datang hanya untuk bertanya perkembangan sekolahnya. "Baik dad. Nilai Arsen masih stabil daddy tenang aja."

"Bagus. Nilai kamu memang harus stabil sampai lulus. Jangan sampai hal tidak penting merusak rencana itu semua."

Arsen kembali diam. Ia mengambil ponselnya di saku saat benda itu bergetar. Ternyata pesan dari Nara. Sepertinya perempuan itu sudah bangun. Baiklah, setelah dari sini ia akan mengajak Nara membeli ponsel baru untuk mereka.

Saat ingin mengetikkan sesuatu, suara ayahnya kembali terdengar. Kali ini lebih serius dan ada sedikit penekanan dari nadanya. Membuat Arsen mau tidak mau kembali memfokuskan dirinya.

"Jangan sampai pacaran merusak rencana kamu untuk sekolah di luar negeri Arsen."

Arsen sedikit terkejut mendengar itu. Mengapa ayahnya menanyakan hal ini? Bukankah ia tidak pernah membawa Nara ke rumahnya, dan lagian Nara itu bukan pacarnya. Dia hanya—

"Kamu kira daddy tidak tau kamu punya pacar di sekolah, kamu lupa sekolah itu milik siapa?"

"Daddy gak usah ikut campur urusan Arsen. Aku tau mana yang terbaik untuk sekolah aku. Kalau udah selesai bicara, Arsen pergi."

Saat sudah memegang handle pintu, suara ayahnya kembali terdengar. Kali ini membuat Arsen benar-benar berhenti.

"Fokuskan sekolah kamu. Masa depan kamu sudah daddy atur. Penerus Mahardika tidak boleh menyoreng nama baik keluarga kami."

Arsen tidak membalas perkataannya. Ia keluar dari ruangan itu untuk kembali menuju garasi. Ibunya tidak ada di ruang tamu sehingga Arsen meneruskan langkahnya untuk mengambil mobilnya.

CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang