"Serra pulang!" teriak Serra sembari masuk ke dalam sebuah rumah yang cukup megah.
Serra langsung membuka kamarnya dan merebahkan badannya karena kelelahan sepulang sekolah.
"Kamu itu yaa, selingkuh terus! Kamu pernah ga anggap aku ini ada?!!!" terdengar suara mamanya di ruang keluarga.
"Eh! Seharusnya kamu ngerti dong! Ubah penampilan kamu! Jangan kayak gini udah gitu suka banget marah ga jelas, kamu pikir aku ga capek apa?!!!" sahut papanya menambah keributan.
Serra membuka pintu kamarnya dan berlari menuju sumber suara itu. Ia kaget. Seketika dunianya hancur tatkala mendengar orang tuanya ribut.
"Mah! Pah! Bisa ga sihh sekali aja kalian ga ribut kaya gini? Aku tuh capek dengernya aku stress tau ga?" ucap Serra. Air matanya pun tak terbendung lagi.
"Papa juga tolong dong Pah! Papa jangan main gila sama wanita lain!" sambungnya.
Ia pun memilih untuk pergi keluar rumah untuk mencari udara yang bisa membuatnya sedikit lebih tenang. Serra menangis di sebuah kursi ditepi danau. Tempat itu terasa tenang baginya, meskipun fikirannya begitu kacau.
Disaat Serra sedang menangis, tiba-tiba seseorang menyudurkan sebungkus tisu berukuran kecil tepat di depannya. Serra langsung menoleh ke atas untuk melihat wajah si pemberi tisu itu. Ia pun kaget, ternyata yang berdiri di depannya adalah Askara.
"Hapus air mata lo, sayang kalo terlalu lama nangis nanti matanya bengkak" ucap Askara. Serra pun mengambil tisu tersebut dan langsung menghapus air mata di pipinya. Askara duduk di samping Serra dan berusaha mengajaknya ngobrol.
"Lo kenapa kok bisa ada disini, lagi nangis pula?" tanya Askara.
"Gue gapapa kok, gue cuma buat nenangin diri gue" jawab Serra.
Askara tak percaya jika Serra sedang baik-baik saja. Ia pun berusaha mengajak Serra untuk berkata jujur dan menceritakan apa yang membuatnya sedih.
"Udah, gue bilang gue gapapa!" ucap Serra.
"Gue mau pulang" sambungnya sembari berjalan meninggalkan Askara.
Askara pun langsung mengambil motornya dan menyusul Serra yang sedang berjalan.
"Naik!" seru Askara pada Serra, namun Serra menolaknya.
"Lo mau kena begal haa? Ini udah malam Serra dan lo itu cewe, lo mau kalo besok lo udah dapat gelar alm?" ucap Askara menakuti Serra agar mau diantar pulang olehnya. Serra pun terbujuk rayuan Askara dan ia pun naik ke atas motornya.
"Besok-besok bego nya dikurangin ya" ucap Askara saat Serra tiba di rumahnya. Serra pun kesal, namun ia sedikit baper melihat Askara yang perhatian padanya.
Askara pun akhirnya tiba di rumahnya. Ia membuka pintu rumahnya yang terkunci dan masuk ke dalam. Askara melepas hoodie yang ia kenakan dan mengambil pakaian tidur di lemarinya. Namun, tiba-tiba ia merasa kepalanya terasa nyeri. Askara pun mengabaikan rasa sakit itu dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, namun ia terjatuh karena kepalanya terasa sangat sakit. Ia berusaha bangkit dan berjalan tertatih menuju ranjangnya. Askara mengambil obat tidur yang ada di laci dekat ranjangnya. Ia meminumnya dan ia pun tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara (Cinta Dan Waktu)
RomanceKehilangan berkali-kali rasanya sudah cukup membuat ia kesepian. Askara. Nama Indah terselip sejuta kebencian orang tuanya, namun salahkah jika dia berharap ingin dicintai? Askara tidak ingin meminta terlalu banyak. Ia hanya ingin sekali saja orang...