Serra beberapa kali mengecek ponselnya, ia menunggu Askara mengirim pesan untuknya. Namun, Askara tak kunjung menghubunginya seperti biasa. Serra merasa aneh sekaligus khawatir. Bahkan pesan whatsapp Serra pun hanya dilihat Askara tanpa membalasnya. Ia pun menelpon Askara, tapi satupun tak ada yang diangkatnya. Askara kesal pada Askara.
Keesokan harinya, Serra baru saja datang dan meletakan tasnya di bangkunya. Tampak ia sedang menunggu Askara datang. Bel masuk berbunyi dan semua anak-anak sudah masuk ke dalam kelas, namun Askara masih tak terlihat olehnya.
"Askara mana sih?" tanya Serra pada dirinya.
"Masa sih dia bolos?" ucapnya kembali.
Bahkan ia tak mendapat kabar sedikitpun dari kekasihnya itu. Serra merasa janggal dengan Askara yang tak pernah begitu. Bersamaan dengan Askara, Arlin si anak baru itu juga tak menunjukan dirinya di kelas hari ini.
Askara membaringkan dirinya di ranjang rumah sakit. Perawat tampak menyuntikan obat kemoterapi di infusnya.
"Permisi mas, mbak kalau ada bantuan silahkan hubungi kami ya, permisi" ucap perawat tersebut.
"Makasih sus" ucap Askara.
Arlin mendekati Askara dan duduk di samping ranjangnya.
"Gue ga tau gue sejahat apa sama Serra, Lin" ucap Askara.
"Maksutnya?" tanya Arlin.
"Gue udah menghilang tanpa kabar ke dia, bahkan gue ga masuk hari ini juga ga ngabarin ke dia" ucapnya.
Arlin menarik nafas panjang lalu menasehati Askara agar fokus dulu ke pengobatannya agar ia cepat sembuh. Ia tak ingin kehilangan Askara. Bagi Arlin, Askara bukan hanya seorang sahabat, tetapi Askara adalah cinta pertama Arlin jauh sebelum Askara mengenal Serra. Mendengar Askara sudah berpacaran bersama Serra, sebenarnya hati Arlin begitu cemburu namun ia menyembunyikan rasa itu pada Askara.
Obat kemoterapi itu mulai menunjukan efek sampingnya. Askara merasa mual.
"Lin, gue mual banget" ucapnya.
"Lo mau muntah? bentar gue ambil wadah dulu" ucap Arlin.
Askara memuntahkan semua isi perutnya. Efek kemo memang membuat seluruh badan Askara nyeri. Askara terbaring lagi. Kali ini ia merasa tak berdaya.
"Sakit banget Lin, gue ga kuat" ucapnya meringis.
Arlin akhirnya menghubungi perawat karena Askara merasa sakit selama kemo berlangsung. Tak lama kemudian, perawat pun tiba.
"Dia habis muntah sus, katanya mual banget dan badannya semuanya nyeri" ungkap Arlin.
"Itu hal yang wajar, efek samping kemo memang begini, harus tahan ya karena hal ini memang selalu terjadi pada pasien kemo lainnya" jelas perawat itu setelah memeriksa denyut jantung Askara.
"Obat kemonya bentar lagi habis, nanti hubungi saya jika obatnya habis ya dan jangan lupa makanannya dihabisi setelah itu minum obat" sambung perawatnya.
Arlin menyuapi Askara bubur, tapi Askara tak nafsu makan sama sekali.
"Ayo makan dong, dikit aja" ucap Arlin.
"Gue ga nafsu makan Lin, gue mual banget" sahut Askara.
"Satu suapan aja, please" pinta Arlin.
Askara pun menyuap bubur yang Arlin suapkan untuknya. Namun, Askara kembali muntah.
"Sakit banget Lin" ucapnya meringis kembali.
Arlin langsung memberikan obat kepada Askara. Askara langsung meminumnya. Setelah itu, Askara langsung memejamkan matanya untuk tidur. Arlin menyelimuti tubuh Askara dengan kain. Ia tak tega melihat Askara seperti ini.
Arlin tertidur di kursi samping Askara. Ia tampak kelelahan. Askara bangun dan mengusap kepala Arlin Yang tertidur. Namun, tiba-tiba Askara ingin memuntahkan lagi isi perutnya. Kali ini tidak ada yang dikeluarkannya karena isi perutnya sudah habis ia muntahkan sebelumnya. Arlin yang mendengar Askara muntah langsung bangun.
"Mual lagi ya?" tanya Arlin.
Askara mengangguk menandakan ia kembali merasa mual.
"Gue panggil suster dulu ya, obat kemo lo udah habis" ucapnya.
Perawat pun datang dan melepas infus Askara. Ia membolehkan Askara untuk pulang.
Askara melihat rambutnya bertaburan di bantal yang ia gunakan.
"Rambut gue rontok Lin, mungkin beberapa bulan lagi gue botak" ucapnya.
"Kata siapa? Lo tetap ganteng kok bahkan lo makin ganteng tau" puji Arlin pada Askara.
Mereka pun bersiap-siap untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara (Cinta Dan Waktu)
RomansaKehilangan berkali-kali rasanya sudah cukup membuat ia kesepian. Askara. Nama Indah terselip sejuta kebencian orang tuanya, namun salahkah jika dia berharap ingin dicintai? Askara tidak ingin meminta terlalu banyak. Ia hanya ingin sekali saja orang...