Askara sedang melamun di depan rumahnya. Ia menatap sebuah surat yang berisi diagnosis penyakitnya. Ia masih belum sepenuhnya menerima kenyataan ini. Tiba-tiba seseorang menepuk pinggangnya.
"Serra?" ucap Askara yang mengira itu adalah kekasihnya.
"Serra siapa? pacar lo?" ucap wanita itu kembali.
Askara langsung membalikan tubuhnya dan ia kaget melihat yang datang adalah Arlin, sahabat masa kecilnya yang sudah lama pindah rumah.
"Arlin, ah udah lama banget ga ketemu lo, btw lo kesini buat apa?" tanya Askara.
Arlin langsung duduk di samping Askara dan ia pun menceritakan bahwa ia akan tinggal disini lagi dan akan satu sekolah bersama Askara. Askara pun bahagia karena ia bisa dekat lagi dengan sahabat masa kecilnya yang sudah beberapa tahun tidak ia temui itu.
"Btw, Serra pacar lo ya?" tanya Arlin.
"Iya, Serra pacar gue"
"Semenjak Nenek udah gaada dan lo juga udah pindah dari sini, gue kesepian banget Lin, nyokap bokap gue juga gaada satupun yang peduli sama gue sampai sekarang mereka selalu anggap gue anak sial" ungkap Askara sedih.
"Yaudah, ga boleh terlalu difikirin, gue yakin kok suatu saat nanti, apa yang pengen lo harapin bakal terjadi" ucap Arlin menyemangati Askara.
Arlin kemudian melihat Askara memegang surat putih.
"Eh itu surat apaan? ah pasti surat cinta lo ya... Sini gue liat" ucap Arlin.
Askara mengelak saat Arlin ingin merampas surat itu, namun ia gagal karena Arlin berhasil mengambil surat itu dari tangannya.
Arlin membaca isi suratnya dan ia terkejut tatkala tau Askara sedang sakit keras.
"Udah gue bilang jangan baca surat ini, ga penting tau ga?" ucap Askara yang melihat Arlin kaget.
"Ini serius As?" tanya Arlin sembari menatap mata Askara.
"Katanya sih gitu, gue kena kanker otak stadium 4, umur gue juga udah ga lama lagi" jawab Askara.
"Kamu udah berobat kan?" tanya Arlin lagi.
"Ga ada gunanya lagi Lin" balas Askara tertawa kecil.
"Ga boleh kayak gini, pokoknya lo harus berobat, gue yang temenin, gue ga mau tau lo harus sehat lagi" ucap Arlin.
"Gue udah pasrah sama nasib gue, gue juga kayanya harus jauhin Serra supaya dia ga sedih saat gue meninggal nanti" ucap Askara.
"Lo mau kan bantuin gue jauhin Serra?" pintanya pada Arlin.
Arlin pun mengiyakan permintaan Askara asal Askara mau berobat.
Keesokan harinya, Askara langsung menunjukan Serra kepada Arlin dari kejauhan. Namun, ia tak ingin langsung menjauhi Serra. Ia meminta untuknya sehari bersama Serra setelah itu barulah ia akan menjauhi Serra.
"Anak-anak kita kedatangan dua murid baru sekaligus hari ini" ucap ibu guru.
"Arlin, Galang ayo perkenalkan diri kalian!" serunya.
Arlin dan Galang pun memperkenlkan diri mereka bergantian di depan kelas. Setelah itu barulah mereka duduk di bangku yang telah dipersiapkan. Arlin duduk di samping Askara. Sedangkan Galang duduk di belakang Serra.
Galang adalah seorang cowok dingin yang tak banyak berinteraksi dengan sekitar. Ia hanya mau berbicara kepada orang yang mungkin ia sukai. Tampangnya yang begitu keren membuatnya dikejar banyak wanita, namun pandangannya selalu saja terjatuh ke Serra. Sepertinya Galang menyukai Serra. Askara sudah dari tadi memperhatikan Galang yang memandangi Serra itu.
"Ekhem" Askara berdehem sembari menatap tajam Galang. Namun Galang tak menghiraukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara (Cinta Dan Waktu)
Roman d'amourKehilangan berkali-kali rasanya sudah cukup membuat ia kesepian. Askara. Nama Indah terselip sejuta kebencian orang tuanya, namun salahkah jika dia berharap ingin dicintai? Askara tidak ingin meminta terlalu banyak. Ia hanya ingin sekali saja orang...