"ting!!!" Askara membunyikan bel rumah mamanya.
Yuni membuka pintu rumahnya dan seketika ia menutup kembali pintu rumahnya setelah melihat yang berdiri di depannya adalah Askara. Dengan sigap Askara langsung mencegah mamanya untuk menutup pintu. Askara pun berhasil masuk ke rumah mamanya untuk pertama kalinya.
"Kamu kenapa sihh selalu ganggu hidup saya hah?" tanya mamanya yang kesal.
Askara tertawa kecil, kemudian ia duduk di kursi sofa.
"Askara anak Mama, Askara butuh sosok Mama, Askara..."
"Kamu itu udah mati bagi saya, kamu ngerti ga sih kamu itu pembawa sial!!!" ucap mamanya memotong ucapan Askara.
Askara kembali tertawa lagi, ia berusaha menahan air matanya agar tidak keluar meskipun hatinya begitu sedih.
"Askara mau nginap sini ya Ma, sekali aja Ma" pinta Askara memohon pada mamanya.
Tetapi permintaan Askara untuk menginap itu langsung dibantah oleh mamanya.
"Saya mau kerja dan kamu keluar dari rumah saya!" ucapnya pada Askara sembari mendorong tubuh Askara agar keluar dari rumahnya.
Mamanya langsung pergi meninggalkan Askara.
Askara tertidur di teras rumah mamanya hingga sore hari. Mamanya yang baru datang pun kaget melihat Askara masih berada di rumahnya.
"Anak sial!!" ucapnya.
Askara terbangun dan langsung memohon kepada mamanya agar mengizinkannya menginap semalam di rumahnya.
"Kamu punya kuping ga sih? saya bilang saya..."
Tiba-tiba tubuh Askara lemas. Ia hampir saja terjatuh. Wajahnya begitu pucat sehingga mamanya pun merasa tak tega dan terpaksa mengizinkannya menginap semalam di rumahnya.
Mamanya menyuruh Askara untuk berbaring di kamar tamu dan ia juga membawakan makanan beserta segelas air putih untuk Askara meminum obat.
"Makasih ya Ma, Askara seneng banget bisa sedekat ini sama Mama" ucap Askara dengan wajah pucat itu.
"Kamu sakit?" tanya mamanya tanpa menatap wajah putranya itu.
"Askara gapapa kok, mungkin ini cuma kecapean aja" jawabnya.
Askara tak ingin mamanya dan orang-orang yang ia cintai tau jika ia sedang sakit keras. Mamanya berdiri untuk pergi dari kamar itu, namun Askara memegang tangan mamanya itu sebelum pergi dan mengatakan, "Askara sayang Mama selamanya". Namun, mamanya tetap saja bersikap cuek dan langsung pergi meninggalkan Askara.
Askara tertidur pulas hingga ia terbangun pukul setengah 5 pagi. Ia langsung sholat dan setelah itu ia langsung ke dapur untuk membuatkan nasi goreng untuk mamanya. Sebelumnya Askara sudah belajar banyak dari internet untuk membuat nasi goreng yang paling enak untuk ia persembahkan kepada mamanya. Askara bersyukur sekali karena ia dapat merasakan serumah bersama mamanya walaupun hanya sesaat. Ia pun berkhayal jika sehari saja membuatnya bahagia, apalagi selamanya. Tapi, ia tak ingin berharap lebih untuk sesuatu yang tak mungkin terjadi.
Nasi goreng buatannya pun telah jadi. Ia langsung menatanya di piring lengkap dengan telur mata sapi dan beberapa sayuran hijau. Kebetulan mamanya baru saja bangun dan sudah berbaju kerja. Ia langsung menyajikan nasi goreng buatannya kepada mamanya.
"Ma, Askara udah buatin nasi goreng nih, makan dulu yuk, tapi maaf ya kalo rasanya nggak pas" ucap Askara sembari meletakan piring di meja makan.
"Saya ga laper dan saya ga doyan semua yang kamu buat untuk saya" ucap mamanya.
"Dikit aja Ma, biar Askara suapin ya" ucapnya.
"Saya buru-buru, udah telat" balas mamanya.
"Nanti kamu tutup semua pintu dan pagar rumah ini, jangan lupa buat pulang hari ini karna saya udah ga mau liat muka kamu lagi disini" sambungnya yang langsung meninggalkan Askara.
Askara langsung duduk. Ia menatap nasi goreng yang ia persembahkan untuk mamanya di meja. Air matanya keluar tak terbendung. Andai saja ia tak membawa sial untuk orang tuanya pasti ia tak seperti ini. Ia menatap sekeliling rumah mamanya yang tampak putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara (Cinta Dan Waktu)
RomanceKehilangan berkali-kali rasanya sudah cukup membuat ia kesepian. Askara. Nama Indah terselip sejuta kebencian orang tuanya, namun salahkah jika dia berharap ingin dicintai? Askara tidak ingin meminta terlalu banyak. Ia hanya ingin sekali saja orang...