14. Terjadi Lagi

23 8 26
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM SEMUAAA!!!

Bagaimana kabar kalian semua? Baik-baik aja kah? Siapkan mental kalian untuk part ini, ya teman-teman. Hati-hati jika kalian akan ikut terombang-ambing perasaan nya bersama cerita EZZEA.

SO...

SELAMAT MEMBACA...!

***

Setelah mengalami sedikit keributan di sekolah tadi, malamnya Eza menyusul Zea ke rumahnya. Ia ingin melihat apa Zea baik-baik saja dan sampai dengan selamat.

"ZE!"

"ZEAA!"

Cowok itu mengetuk pintu rumah Zea beberapa kali sambil memanggil nama Zea, tetapi tidak ada sahutan ataupun tanda-tanda kemunculan Zea.

Eza mengeluarkan ponsel mencari kontak Zea. Cowok itu menempelkan benda pipih itu ke telinga setelah mengklik panggilan.

Beberapa saat Eza menunggu dengan gelisah, panggilan berakhir dengan suara operator. Kenapa Zea tidak mengangkat panggilannya?

"Lo kemana sih, Ze?" gerutu Eza tidak bisa diam, pikiran Eza berkeliaran ke mana-mana memikirkan hal yang tidak Eza inginkan untuk terjadi.

Eza mengintip dari celah jendela yang tidak tertutup rapat oleh gorden. Kosong, tidak ada siapa pun disana. Tapi semua lampu tampak menyala.

Merasa tidak menemukan apapun dan siapapun disini, Eza memilih pergi. Eza akan mencarinya lain kali. "Mungkin dia udah tidur," pikir Eza lalu meyakinkan diri untuk meninggalkan rumah Zea.

***

Seorang perempuan cantik dengan rambut tergerai dan hoodie oversize yang melekat di tubuhnya berlari terburu-buru memasuki sebuah bangunan besar yang tengah ramai pengunjung.

Bangunan itu bernama 'Restozan' dengan dekorasi indah dan aesthetic, terdapat beberapa lukisan dan sketsa disana yang membuat pengunjung betah berlama-lama karena tempatnya yang nyaman.

"Zea!" panggil seseorang menghentikan langkah kaki Zea.

Benar, perempuan ber hoodie itu adalah Zea. Dan tempat yang ia kunjungi saat ini adalah tempatnya bekerja.

Zea menoleh ke arah sumber suara, ia mendapati Olivia melambai-lambaikan tangan padanya.

Bergegas Zea menghampiri cewek itu.

"Mbak Via, maaf ya aku telat, aku tadi ketiduran habis beres-beres rumah," racau Zea merasa bersalah dan menangkup kedua tangannya untuk memohon maaf. "Mbak kalau mau marahin aku, gak apa-apa, Mbak. Marahin aja sekarang."

Zea terus meracau sampai akhirnya ia terdiam kala tidak mendapat jawaban apapun dari Olivia, yang biasa Zea panggil dengan sebutan Mbak Via itu.

Perlahan Zea mengangkat wajahnya. Yang ia dapati justru Via tertawa diam-diam melihat Zea. Apa ada yang aneh dari penampilan Zea?

"Kok ketawa? Aku beneran gak sengaja telatnya."

Via akhirnya mengganti tawanya dengan seutas senyum. Ia memegang kedua bahu Zea dan menatap wajah di hadapannya ini. "Mbak gak marah, Zea. Gak usah ketakutan gitu."

Zea bernapas lega. "Ya aku bersyukur kalau Mbak gak marah. Tapi beneran gak marah, kan?"

"Nggak," jawab Via tersenyum tulus.

Lama-lama Via memperhatikan Zea, cewek itu lalu memegang wajah Zea dengan kedua tangannya. Ia membolak-balikkan kepala Zea ke kanan dan kiri. "Kamu kok pucat banget? Lagi gak enak badan?" tanya Via berubah cemas.

EZZEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang