3. Zea di Pancasila

26 21 9
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM SEMUA...!!!

Apa kabar kalian? Gak lagi sedih kan? Jangan terlalu sedih, ya. Seperti Zea yang selalu terlihat happy.

Yuk, kita bertemu mereka lagi. Mereka akan menemani kalian semuaaa.

SO...

SELAMAT MEMBACA...!!!

***

Jam istirahat sekolah telah tiba. Zea keluar dari kelas di dampingi oleh kedua teman baru nya.

"Lo bisa kena sanksi kalau lo gak pakai ini." kehadiran seorang cowok mengejutkan ketiga gadis tersebut.

Zea mendapati sebuah simbol di sodorkan lelaki itu pada nya.

"Zea Zarania. XI IPS 2. Jangan sampai hilang. Langsung di pasang kalau udah pulang sekolah."

Zea mendangak. Ia terkejut mendapati orang tersebut adalah Eza. Cepat-cepat Zea mengambil simbol tersebut. "Thanks," ucap Zea sebelum akhir nya meninggalkan Eza yang terpaku.

Kedua teman Zea segera menyusul gadis itu. Takut-takut Zea kesasar. "Zea tunggu!"

Eza mendengus pasrah dan berjalan memasuki kelas.

Eza mendapati dua orang teman nya sedang berkumpul dan berbincang ria.

"Lo tahu gak, Yo?"

"Apa?" jawab Gio yang tidak mengerti maksud sahabat nya, Nino.

"Ternyata cermin terlahir sebagai barang yang munafik."

"Dia lahir darimana? Emang dia punya orang tua?"

Nino tampak tak menghiraukan pertanyaan Gio. "Dia tuh ya, cuma menampilkan wajah gue saat gue ada di depan dia, disaat gue gak ada di depan dia, dia menampilkan wajah orang lain yang dampingi dia."

Gio mendengus kesal. Tak lama, Nino mendapat sebuah pukulan pelan di kepala nya. Tidak sakit, ia hanya terkejut. "Kalau mau cuma ada muka lo doang, pake foto di pajang di bingkai."

"Temen gue belum sehat ternyata," sambung seseorang.

Mereka menoleh. "Eh, ada Kang Eza. Dari man aja, Kang?" ujar Nino berlagak santai.

"Dari Dukun," jawab Eza ngasal.

Gio dan Nino langsung ambil posisi duduk di kanan dan kiri Eza. "Serius lo, Za?"

Cowok itu menatap kedua teman nya ngeri. Lalu beralih pandang lagi pada Nino. "Serius gue, No. Habis gimana ya, mantan lo berantem lagi sama pacar lo. Gue cuma mau bantu pisahin aja."

"Sialan tuh orang. Malu-maluin gue sebagai pacar aja sih!" decak Nino sebal.

Selang tiga detik, Nino mendengar kekehan yang pasti mengarah pada diri nya.

Eza dan Gio mentertawakan nya. Ada apa?

"Pacar lo berantem sama mantan lo, No." Gio kembali membuka suara yang seperti sebuah peringatan.

Nino tampak tidak paham. "Gue gak budek. Mantan sama pacar gue berantem, kan?"

"Dan lo belain mantan lo?"

Kenapa wajah Nino berubah tegang? Gestur nya sedikit gelagapan. "Ngapain juga gue belain mantan? Gue udah punya yang lain."

Gio mengeluarkan ponsel dari saku celana nya. "Untung gue punya nomor cewek lo, gue bantu jelasin deh," ucap Gio usil mengutak-atik ponsel nya.

Nino membelalakkan mata dan berniat merampas ponsel Gio.

Sayang nya, Gio sangat cekatan menghindar.

"Percuma lo ngejar-ngejar Gio, No. Gue udah tersambung." Eza mengangkat ponsel nya.

EZZEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang