bab 6. Pernikahan Revan dan Celine

1K 43 10
                                    

Almira beberapa kali menghembuskan nafasnya pelan, entah kenapa tiba-tiba saja perasaannya tidak enak. Pagi-pagi sekali dia mendapat surat kaleng di depan pintu apartemennya yang berisi untuk tidak dekat-dekat dengan Revan. Padahal selama ini dirinya sudah melakukan apa yang diperintahkan oleh Tante Selly dan juga calon menantunya. Tapi, hal-hal seperti ini masih saja di lakukan. Almira merasa seperti sedang bermain bersama anak kecil saja.

"Gak jelas banget," ucap Almira. Ia memilih membuang surat kaleng tersebut ke tempat sampah.

Hingga kejadian itu berlanjut sampai beberapa bulan dan tidak terasa kandungan Almira kini menginjak usia 3 bulan dan hari ini bertepatan dengan pernikahan Celine dan juga Revan di laksanakan.

Memang beberapa waktu yang lalu Revan pernah menawarkan dirinya untuk menikah dengan Revan untuk identitas anak yang di kandungnya akan tetapi Almira menolaknya, lagi pula Almira yakin. Revan pasti menikah dengan Celine.

"Kakak mau pergi?" tanya Vina.

"Iya, Kakak mau pergi ke tempat pernikahannya Mas Revan."

"Aku ikut Kak."

Almira menghembuskan nafasnya pelan. Ia menyamakan tingginya dengan Vina lalu mengelus rambut Vina dengan lembut.

"Dengar ini Vina. Pesta pernikahan orang kaya itu tidak seperti pernikahan orang biasa kaya kita. Mereka sudah menghitung jumlah tamu yang datang tidak boleh lebih, seperti Kakak ajak kamu atau Ibrahim, pesta itu juga tidak boleh membawa anak kecil."

"Yah..." Vina mendesah kecewa.

"Sudah, lebih baik sekarang kamu tidur. Kakak pulangnya gak malam kok."

"Baiklah, Kak. Hati-hati ya."

"Iya."

Almira sudah siap dengan penampilannya malam ini. Sesuai dengan dress kode yang tertera dari undangan yang diberikan Celine untuknya dan malam ini Almira pergi bersama dengan Tante Tina dan juga Pak Wijaya.

"Almira!" panggil Tina.

"Iya, Tante?" tanya Almira. Saat ini mereka sudah ada di pesta pernikahan Revan dan juga  Celine.

"Kamu gak boleh lama-lama di sini. Setelah mengucapkan selamat pada Revan dan Celine. Kamu langsung pulang aja, saya gak mau terjadi sesuatu sama bayi yang ada di dalam kandungan kamu."

"Tante tidak perlu tahu khawatir. Aku akan langsung pulang."

"Bagus."

"Kalau gitu Tante. Aku mau nemuin Mba Celine dan juga Mas Revan."

"Iya."

Sejak saat pertama kali bertemu lagi dengan Almira di pesta ini. Pak Wijaya tidak berhenti menatap Almira yang begitu cantik malam ini. Hal itu membuat Pak Wijaya ingin kembali menggoda Almira.

Dan tatapan tertarik Pak Wijaya pada Almira tidak lepas dari tatapan sang istri.

"Pah, kamu apaan sih, lihat Almira begitu," ucap Tante Tina dengan nada ketus.

"Siapa yang lihat Almira, orang Papa lagi liatin mempelai pengantin."

"Udah deh, Papa jangan banyak bohong. Feeling seorang istri itu kuat, jadi Papa jangan macam-macam ya."

Wijaya yang mendapat omelan dari istrinya mendengus tidak suka.

"Lihat aja nanti, kalau kamu udah mati. Akan aku pastikan, aku akan menikahi Almira," ucap Pak Wijaya dalam hati.

Di pelaminan saat ini. Almira dengan ekspresi wajah senang, ia menyalami Celine dan juga Revan.

"Selamat, Mas, Mba untuk pernikahannya. Semoga pernikahannya bisa langgeng sampai tua nanti."

Rahim sewaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang