Bab 7. Obsesi

837 23 1
                                    

Revan yang mendapat penolakan dari Almira pun mendengus kesal.

"Baiklah untuk kali ini, aku tidak akan menemui mu. Tapi lain kali kita perlu bicara," ucap Revan pelan. Lalu ia pun memutuskan untuk meninggalkan apartemen Almira.

Di rumah kediaman Revan, Celine marah-marah karena tidak menemukan Revan di kamar mereka ataupun di rumah pagi ini.

"Revan! Kamu di mana!" teriak Celine mencari keberadaan suaminya.

"Celine ada apa? Kenapa kamu teraik-teriak?" tanya Selly.

"Ma, aku cari Mas Revan. Mama liat gak?" tanya Celine.

"Revan? Bukannya dia ada di kamarnya," balas Selly.

"Gak ada, Ma. Aku gak liat Mas revan."

"Kamu tenang, jangan panik gitu. Mama akan coba hubungi Revan."

Celine mengangguk ia membiarkan mertuanya untuk menghubungi Revan. Namun sebelum Selly mendial nomor Revan. Revan ternyata sudah kembali dari apartemen Almira.

"Mas Revan, kamu dari mana? Aku nyariin kamu loh." Celine langsung berlari kecil menghampiri Revan.

Revan tidak menjawab, ia malah diam dan terkesan membuang wajahnya ke arah lain. Seolah-olah dia tidak ingin melihat wajah Celine.

"Mas, kenapa kamu diam. Kenapa kamu gak jawab pertanyaan aku?" tanya Celine.

"Diamlah," balas Revan singkat. Lalu ia pun melewati Celine begitu saja.

"Tidak, kamu harus jawab pertanyaan aku dulu, Mas... " tolak Celine. "Kamu mau ke mana, Mas. Sekarang jawab pertanyaanku, kamu dari mana. Kenapa pagi-pagi sekali, kamu sudah nggak ada di kamar pengantin kita?" tanya Celine sambil memegang tangan Revan. Mencoba untuk menahan suaminya untuk tidak pergi meninggalkannya.

"Itu bukan urusan kamu," jawab Revan. Lalu ia pun melepaskan tangan Celine yang memegang tangannya.

"Mas....," desis Celine. Raut wajahnya yang awalnya panik kini berubah menjadi kesal.

"Aku tanya baik-baik lho sama kamu, tapi kenapa jawaban kamu kaya gini. Aku hanya ingin tahu kamu pergi ke mana dan jawablah apa susahnya."

"Apa yang dikatakan oleh istrimu benar, Revan. Kamu dari mana? Pagi-pagi kau sudah menghilang. Kalian ini bukan pengantin baru, harusnya ini menjadi momen bahagia untuk kalian berdua," ujar Selly ikut pembicaraan anak dan menantunya

Revan tertawa sumbang mendengar ucapan ibunya. "Pernikahan ini tidak pernah aku inginkan, Ma. Lalu Bagaimana aku bisa bahagia dan menikmati pernikahan yang tidak pernah kuinginkan ini."

"Revan!" seru Selly. "Mama tidak suka dengan jawaban kamu, kamu itu sudah menjadi suaminya Celine. Sudah sepantasnya kamu membahagiakan dan menjaga Celine. Bukannya di hari pertama kali menikah kamu sudah mengabaikan Celine. Mama gak suka," cetus Selly, sambil menatap Revan dengan penuh peringatan.

"Sudahlah, aku capek aku ingin istirahat," ucap Revan. Lalu ia pun meninggalkan istri dan juga ibunya yang berada di ruang tamu. Revan malas berdebat dengan istri dan juga ibunya. Istri yang tidak pernah ia inginkan kecuali mendiang istrinya Tiffany.

"Sebenarnya Mas Revan habis dari mana sih, Ma. Jangan-jangan dia habis ketemu sama Almira lagi," rutuk Celine. Wajahnya sudah memerah membayangkan jika suaminya pergi menemui wanita lain.

"Jika memang benar Revan habis menemui wanita bayaran itu. Maka Mama akan memberikan pelajaran pada wanita itu karena sudah merusak momen kebahagiaan kamu," ucap Selly dengan tangan mengepal erat.

"Iya, Ma. Sejak awal aku udah gak suka sama wanita itu, menurut Celine wanita itu sudah tidak di perlukan."

"Mama setuju, sudah sekarang kamu layani Revan dengan baik, buat dia menganggumi kamu sebagai sosok istri yang baik."

Rahim sewaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang