Pintu kamar yang di pukul dengan keras berhasil mengusik tidur Kale.
Si empunya kamar berdecak kesal begitu teriakan Deo berhasil memasuki indera pendengarannya. Dengan terpaksa ia menyibak selimutnya dan turun dari kasur lalu membuka pintu kamarnya dengan kasar.
"Bangun Moka! kebo banget jadi orang," ucap Deo tepat di depan wajah adiknya itu.
"Apasih Bang? lagian tumben banget masih di rumah di hari Sela---" Kale tak melanjutkan ucapannya lalu memutar kepalanya untuk melihat jam yang ada di meja belajarnya.
"Bang Deo kenapa gak bangunin Moka daritadi?!" seru Kale yang langsung berlari ke kamar mandi begitu mendapati waktu sudah melewati pukul tujuh pagi.
"Kebiasaan, pantes jomblo." gumam Deo sambil menutup pintu kamar Kale lalu pergi ke kamarnya.
Entah kekuatan dari mana, namun sepuluh menit kemudian Kale sudah siap dengan seragam olahraganya, untung saja ia sudah menyiapkan mata pelajaran untuk hari ini sejak tadi malam.
"Bang Deo! Moka pamit!" seru Kale sambil menuruni tangga, ia hanya menyambar satu helai roti dari meja makan lalu berlari keluar.
"Wah gila, abis ini gue sama Pak Bima," ucap Kale sambil mengeluarkan motornya dari garasi, motor Yamaha R1 bewarna hitam turunan dari Deo jadi pilihannya.
Dengan gerakan tergesa - gesa Kale membuka gerbang rumahnya, memakai helmnya lalu kemudian menaiki motornya dan menyalakan mesinnya.
"BANG DEO PAGERNYA GAK MOKA TUTUP YA! UDAH TELAT BANGET!" teriak Kale kemudian menarik gas motornya meninggalkan pekarangan rumahnya.
Seperti bosan hidup Kale mengendarai motornya menuju Atmajaya, dengan telat di jam pertama di hari Selasa juga sebenarnya menantang maut namun apa boleh buat, tubuhnya terlalu lelah dengan segala latihan yang ia jalankan. Jadilah ia tidak mendengar suara alarmnya.
Kale sampai di parkiran Atmajaya begitu waktu menunjukkan pukul tujuh lewat lima puluh menit, di parkirnya motor miliknya di tempat yang tersedia lalu mematikan mesin sebelum menurunkan standarnya.
Kale gugup dan sedikit takut, bahkan keringat dingin sudah mengalir di pelipisnya, Kale membuka helmnya sebelum memutuskan untuk pergi ke lapangan.
Kunci motornya ia mainkan sepanjang perjalanan guna mengurangi rasa gugup. Kale bisa segugup ini karena Pak Bima merupakan guru olahraga paling tegas yang pernah ia temui. Cukup satu kali saja Kale pernah di hukum oleh beliau hingga mau pingsan, namun untuk kali ini ia hanya bisa pasrah.
Kale memasukkan kunci motornya ke dalam tas sambil menghampiri Pak Bima yang sedang mengawasi kelasnya.
"Pagi Pak!" sapa Kale lalu menelan ludahnya kasar begitu Pak Bima menatapnya datarnya.
"Oh bagus, bagus banget kamu baru dateng jam segini Kale," ucap Pak Bima yang membuat Kale menundukkan kepalanya.
"Maaf Pak," balas Kale pelan.
"Pemanasan, abis itu lari keliling full satu lapangan tiga puluh kali, abis itu push up lima puluh, sampe bel belum selesai nilai praktek kamu remedial," ujar Pak Bima membuat Kale membulatkan matanya tak percaya namun tetap mengangguk nurut.
"Baik Pak." balas Kale lalu kemudian pamit, Kale pun menaruh tasnya sembarangan sebelum melakukan pemanasan dengan benar.
"Jam berapa?" tanya Kale pada teman sekelasnya sambil bersiap berlari.
"Delapan lewat lima," Kale mengangguk.
"Oke, makasih ya." ucap Kale sebelum kemudian pergi berlari, kali ini ia berlari dengan kecepatan sedang karena mengejar waktu. Bahkan ia sampai tak melirik Kala sedikitpun begitu ia berlari melewati kelas 12 MIPA 1.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Suka
Fanfiction"Bikin Kala jatuh cinta itu susah, jadi gue bikin jatuh suka dulu aja." begitu katanya. Ini tentang Golden Athlete dan Ace nya SMA Atmajaya.