Hari sudah siang, namun kaki Marchio masih terus menyusuri jalanan kota kecil dinegaranya. Dengan menarik koper miliknya dia masih mengunjungi kontrakan-kontrakan dengan sewa murah.
Dirinya memiliki list kontrakan yang sudah menjadi pilihannya setelah mencari di internet. Dan beberapa sudah dirinya coret karena tak sesuia dengan keinginannya.
Marchio sudah lelah berjalan sedari pagi tadi. Dirinya memutuskan untuk duduk sejenak di sebuah toko kecil untuk membeli air mineral.
Marchio duduk bersandar pada kursi plastik yang tersedia di depan toko. Meminum tadas minum yang dia beli, tadi pagi dirinya hanya memakan satu roti.
Dan sekarang Marchio lapar, namun dirinya harus mendapatkan kontrakan terlebih dahulu agar dirinya dapat leluasa mengitari kota itu untuk mencari tempat-tempat yang menurutnya penting nantinya.
Setelah istirahat sebentar akhirnya Marchio berjalan kembali. Masih terdapat 3 list yang tertulis pada kertas putih digenggamannya.
Ini adalah tempat ke 9 yang dirinya kunjungi hari ini. Jika tak segera dapat dirinya tidak tau harus tidur dimana. Karena tidak mungkin dirinya kembali kekostnya.
Jadi dengan semangat yang dirinya tarik penuh, Marchio kembali berjalan menuju alamat ke 10 dalam listnya.
Sekitar 15 menit berjalan dari tempatnya beristirahat akhirnya dirinya menemukan alamat rumahnya.
Marchio sedikit mengrenyitkan dahinya, dihadapannya itu terdapat rumah cukup besar.
Rumah itu tidak bisa di bilang rumah kecil. Dirinya juga ragu harga sewanya akan murah. Namun di informasi yang dirinya dapat harga sewa rumah ini malah lebih murah dari yang lainnya.
Jadi dengan ragu dirinya menekan bel rumah yang ada didepan rumah itu.
Ting tong!
Pada tekanan bel ke dua seorang pria manis keluar dari dalam menyapa ramah Marchio.
"Hai anak manis. Ada yang bisa saya bantu?".
Marchio membalas sapaan ramah dari pria dihadapannya dengan senyuman manisnya.
"Selamat siang tuan, maaf menganggu waktunya. Saya dapat informasi bahwa ada rumah yang di kontrakkan apa benar?".
"Oh iya benar, kamu mau ngontrak di sini sayang?".
Marchio menampilkan deretan giginya dan mengangguk cepat.
"Haha lucunya, sini masuk dulu. Panggil saja Mama ya".
"Ah iya, Ma emh Mama".
Pria manis di hadapan Marchio terkekeh gemas. Menuntun Marchio masuk ke dalam rumahnya.
Marchio di buat heran dengan rumah yang bersih serta elegan itu. Tatanan rumah yang nyaman membuat Marchio melebarkan senyumannya.
Ada dua buah rumah dalam satu halaman di sana. Satu rumah dengan ukuran lebih besar serta di sebelahnya yang terpisah taman ada sebuah rumah lebih kecil dari rumah utama, mungkin.
Marchio di buat kagum dengan berbagai bunga dan tanaman yang tertata indah di halaman rumah itu. Juga taman yang penuh dengan tanaman sayur dan buah yang pemiliknya rawat dengan baik.
Buktinya sayur dan buahnya tumbuh dengan baik dan sehat. Perhatiannya kembali teralih melihat bunga matahari yang ada di ujung taman, sangat indah.
"Suka dengan tamannya?".
Marchio menyadarkan pikirannya, berfokus pada pemilik rumah. "Maaf tua... eh Mama hehe, Marchio malah salah fokus".
"Oh nama kamu Marchio?".
Marchio mengangguk antusias. "Iya Mama, nama aku Marchio Ervan Senota".
"Nama yang indah. Oh iya perkenalkan saya Mikael panggil aja Mama Mi".
Senyum Marchio sedari tak luntur dirinya mengangguk mengiyakan Mikael.
"Lucu sekali kamu".
"Terimakasih Mama".
Mikael tersenyum teduh. "Jadi kamu kalau mau bisa langsung tinggal di rumah itu depan ya".
Marchio menatap telunjuk Mikael yang menunjuk rumah kecil di sebelah rumah yang diri ya dan Mikael singgahi.
Marchio mengangguk menanggapi Mikael. "Sebentar Mama ambilin kuncinya ya".
Mikael masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil kunci rumah depan. Marchio menatap kembali sekitarnya dia masih takjub dengan yang ada dihadapannya.
Tak lama Mikael duduk dekat Marchio kembali. "Nah ini kuncinya, kamu bisa liat-liat langsung sendiri ya. Rumahnya bersih kok dan udah ada isinya".
"Terimakasih Mama".
Mikael mengusak lembut rambu anak itu. "Itu sebenarnya rumahnya anak Mama. Rumah buat dia sama keluarganya kelak. Tapi dia masih jauh dan belum punya gandengan jadi sementara dikontrakin".
Marchio miringkan kepalanya, lalu mengangguk menanggapi Mikael.
"Kadang Mama rindu sama anaknya Mama. Tapi itu anak nakal gak pulang-pulang, lama-lama pengen Mama tuker aja. Atau kamu aja ya jadi anak Mama".
Marchio hanya terkekeh dengan perkataan Mikael. "Ada sih adiknya, cuman adiknya tengil banget. Mama heran kenapa bisa itu adiknya tengil padahal Kakaknya anteng".
Jujur Marchio bingung menanggapi Mikael. Dirinya hanya mengangguk, tersenyum dan ikut terkekeh sebagai tanggapannya.
"Aduh Mama malah nahan kamu ya di sini pasti kamu capek. Yaudah sana masuk, kalau ada apa-apa bisa ke tempat Mama ya kalau Mama gak ada paling Papa yang ada. Nanti Mama kenalin sama Papa ya".
Marchio kembali mengangguk. "Gakpapa kok Mama, kalau gitu Marchio pamit masuk dulu ya Mama".
"Iya Chio, anggap rumah sendiri ya. Buat pembayarannya tiap awal bulan aja. Buat sekarang gak usah di bayar dulu gakpapa ya sayang. Bulan depan aja kamu bayar".
"Loh Ma kok gitu jangan dong, nanti Chio bayarin ke Mama ya".
Mikael menggeleng heboh. "Udah jangan bantah Mama ah. Yaudah ya Mama masuk, mau masak dulu buat Papa sama si bontot".
Marchio mengangguk dan tersenyum. "Iya Mama. Chio juga masuk dulu".
Marchio berjalan menuju rumah yang akan dia tinggali kedepannya, memutar kunci digenggamannya pada gagang pintu.
Pintu terbuka menampilkan rumah yang begitu rapi dan bersih. Benar kata Mama Mikael rumahnya benar-benar bersih.
Dapat dilihatnya berbagai furnitur yang terlihat apik dan tertata rapih.
Tanpa berlama-lama dirinya menyegarkan badannya yang sudah lengket karena keringatnya. Dirinya juga menyempatkan diri setelah mandi untuk merapikan pakaiannya.
Perutnya berbunyi cukup keras, dirinya lupa kalau belum menyantap makanan berat.
"Kamu lapar ya sayang. Sebentar ya Bunda beliin makanan".
Marchio berdiri, mengambil dompet dan ponselnya. Memakai hoodie dan berjalan keluar dari rumahnya.
Sebelum mencapai pagar panggilan membuatnya menengok.
Visualisasi
Mikael Hosen Xavier: Xu Minghao
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody Pleasure (WoongMatt/Ppusamz + Gyuvin)
FanfictionKehidupan penuh lika liku Marchio bersama sang anak, Giovanni. Marchio yang berjuang sendirian demi dirinya dan sang Anak yang masih bertumbuh dan berkembang. Merelakan dirinya untuk menjalani kehidupan merawat dan memenuhi kebutuhan anaknya. Marchi...