8: Tak terduga

204 26 6
                                    

Terik matahari menembus kulit putih pemuda keturunan China. Jaket yang dikenakannya tak mampu menahan panasnya matahari yang sedang berada di atas kepalanya.

Namun itu tak meruntuhkan keinginan pemuda itu untuk terus pada tujuannya, mencari keberadaan sahabatnya.

Sudah berbulan-bulan dirinya mencari kepenjuru kota agar dapat menemukan sahabatnya yang amat berharga baginya.

"Ay, ayo istirahat dulu. Kita cari lagi nanti".

Pemuda itu menggeleng menolak perkataan kekasihnya. "Aku harus nemuin Chio, Chel".

Helaan nafas terdengar frustasi dari pemuda yang lebih besar. "Iya aku tau ay, kita juga selalu cari Chio. Tapi kamu gak boleh ngabaiin kesehatan kamu juga ay".

"Aku okay Chel. Aku masih sanggup jalan dan cari Chio. Kamu kalau mau istirahat, istirahat aja aku cari sendiri".

Geram, Harchel tidak menyukai sifat keras kepala yang dimiliki Zaveron. Dengan paksa Harchel menarik keras tangan Zaveron.

"Kamu bisa dengerin aku dulu gak sih!". Sedikit keras nada yang di pakai Harchel hingga Zaveronpun terkejut.

"Dengerin aku dulu bisakan? Aku tau kamu kalut, kamu bingung, kamu frustasi, kamu merasa gak becus buat nemuin Chio. Tapi tolong Veron aku mohon, kamu juga harus perhatiin diri kamu juga".

Zaveron menunduk lemah, badannya lelah, pikirannya bercampur aduk jujur dirinya tak kuat.

Harchel memeluk tubuh lemah kekasihnya, mengelus lembut punggung sempit itu memberikan kekuatan pada kekasih kecilnya.

"Maaf aku gak maksud ngebentak atau naikin nadaku ay. Tapi aku khawatir sama kamu, aku gak mau kamu malah gak ngasih space buat tubuh kamu dan kamu paksain".

Tangisnya lolos dari pelupuk mata Zaveron, dirinya memeluk erat Harchel. "Maafin aku".

Harchel menggeleng. "Gakpapa ay, kamu boleh kalut ataupun khawatir. Tapi ingat diri kamu juga ay".

Cukup lama pelukan mereka hingga Harchel merasakan tubuh Zaveron melemas dan terjatuh pada pelukan Harchel.

"Ay. Hei kamu kenapa".

Zaveron tak sadarkan diri, terjatuh lemas pada pelukan Harchel. Membuat Harchel segera menggendong tubuh Zaveron dan membawanya ke rumah sakit yang ada di dekat sana.

Harchel menatap tubuh lemas Zaveron yang terlelap diatas restbed rumah sakit. Kata dokter Zaveron kekurangan cairan dan kelelahan. Jadi dokter memberikan Zaveron infus dan keduanya harus menunggu hingga infusnya habis.

Harchel mengelus lembut telapak tangan Zaveron. Menatap sendu wajah pucat kekasihnya yang entah sejak kapan pipi tembamnya berubah menjadi tirus.

Seiring berjalannya waktu, sejak Zaveron mengetahui Marchio menghilang Zaveron sangat berubah.

Raut wajah yang memancarkan cahaya dan kebahagiaan telah luntur dan berubah menjadi wajah muram tak bersemangat.

Seberpengaruhi itu pikir Harchel keberadaan Marchio bagi kekasihnya itu. Marchio seperti adik untuk Zaveron yang tak memiliki saudara kandung satupun.

Mereka berdua begitu dekat hingga banyak yang mengira mereka adalah saudara kandung.

Harchel menghela nafas berat. "Maafin aku ay".

Harchel menundukkan wajahnya, dia tak kuat melihat Zaveronnya selemah ini. "Maafin aku gak bisa bantu kamu banyak. Dan gak bisa nemuin Marchio buat kamu ay".

Dia mengelus lembut wajah pulas Zaveron. "Aku yakin ay. Kita bakal bisa ketemu Marchio lagi".

Perlahan Zaveron membuka matanya, cahaya yang menyengat matanya membuat Zaveron berkedip beberapa kali.

"Ay. Mau minum?".

Zaveron mengganggukkan kepalanya pelan, rasa pusing di kelapanya meruas ke seluruh kepala.

Harchel dengan cekatan dan lihat merawat Zaveron yang lemah itu.

"Udah berapa hari aku di sini Chel?".

Sepertinya Zaveron sadar, dia tak mungkin hanya beberapa jam berada di rumah sakit ini. Maka dari iyu dirinya menanyakan pada Harchel perihat keadaannya.

"Kamu udah dua hari disini Ay. Dokter bilang kamu udah semakin pulih. Dokter nyaranin buat kamu rawat inap satu hari lagi".

Zaveron menggeleng pelan. "Aku udah cukup pulih Chel. Boleh kita pulang sekarang aja?".

Harchel menggeleng tegas dan menjawab tidak pada Zaveron.

"Please Chel. Aku mohon sama kamu, aku gak mau buang waktuku disini".

Harchel mengrenyitkan alisnya. "Buang waktu gimana sih Ay? Kamu itu lagi gak sehat dan di sini kamu bukan main tapi mulihin keadaan kamu".

"Aku yang tau tubuhku dan aku yang ngerasain Chel jadi please aku mohon aku mau cari Marchio lagi".

"Cukup. Aku gak mau nurutin keinginan kamu yang ini. Turutin aja kata Dokter, perdebatan ini selesai okey".

Tanpa menunggu jawaban Zaveron, Harchel keluar dari kamar inap Zaveron meninggalkan kekasihnya yang keras kepala itu.

Bukan Zaveron jika dia menuruti perkataan Harchel. Mengambil kesempatan dengan cepat, Zaveron mulai keluar dari kamar inapnya dan pergi dari sana.

Zaveron menyusuri seluruh lorong dan bangsal rumah sakit untuk mencari pintu keluar dari sana.

Dia berputar-putar mengelilingi lorong-lorong, dan tak sengaja melihat siluet dan tubuh yang mirip dengan sahabatnya.

Didepannya tak jauh dari tempatnya berdiri, Zaveron dapat melihat Marchio yang berdiri terpaku.

Zaveron mendengarnya, Marchio memanggil namanya dengan lirih dan mereka saling menitihkan air mata.

Rasa rindu, rasa bersalah, rasa khawatir meruak begitu saja. Membuat Zaveron tak ragu dengan cepat Zaveron berlari memeluk erat tubuh Marchio yang tak akan pernah dirinya lepaskan lagi tak akan dibiarkan menghilang lagi.

"Chio. Akhirnya".

Tangis Zaveron tak terbendung lagi, dengan masih menggunakan pakaian rumah sakit, wajahnya yang masih pucat dirinya memeluk erat sahabatnya.

Marchio tanpa ragu juga memeluk tubuh yang dia ingat tak sekurus ini. Mereka salung bertukar rasa rindu.

Mama Mikael yang memang bersama Marchio membiarkan kedua pemuda itu menghabiskan waktu bersama dengan meninggalkan keduanya dan dirinya mengambilkan obat Marchio.

Zaveron melepaskan pelukannya, mengelus lembut wajah Marchio. Pipinya begitu chubby, badannya begitu berisi dan satu lagi yang berbeda perutnya yang membesar.

Zaveron tak menanyakan apapun. Dirinya hanya mengatakan rasa rindunya kepada Marchio.

Zaveron tau Marchio pasti menghilang karena suatu alasan dan dia akan menunggu sampai Marchio menyeritakannya sendiri tanpa dirinya tanyai.

"Maafin aku Veron". Dengan sesegukan Marchio tak berani menatap Zevaron.

Zevaron menggeleng. "It's okay. Yang penting lu gakpapa dan lu sehat. Gue udah lega liatnya".

Zaveron menarik lembut Marchio dan mengajaknya duduk dibangku taman yang ada dirumah sakit itu.

Halooo

Apakah kalian kangen ceeita ini hihi
Mau say sorry dulu buat luvluvku yang lama nungguin updatenyaa

Maaf ya gais baru update, semoga enjoy. Dan kedepannya semoga aku bisa update terus ya hehe

See u lagi di next chapterr bubay

Luvvv u gais yang selalu nungguin dan vote dan dukung hehe bay

Somebody Pleasure (WoongMatt/Ppusamz + Gyuvin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang