2: Keputusan

385 44 4
                                    

Marchio memutuskan untuk tidak memberitahukan keadaannya pada Zaver. Dia tau apa yang akan terjadi jika dia memberitahu pemuda manis itu.

Dirinya juga tau kok kalau tak memberitahu Zaver dia juga akan menerima konsekuensi lainnya. Namun dirinya benar-benar memilih diam dan tak memberitahu teman dekatnya itu.

Marchio tak ingin menambah beban untuk Zaver dengan memikirkan dirinya. Dia tak ingin merepotkan Zaver yang selalu dirinya repotkan.

Keadaannya saat ini tidak memungkinkan untuknya berada di kampus dan berada dikostnya.

Mungkin esok Marchio akan meninggalkan kostnya untuk mencari tempat lain untuknya tinggal.

Marchio akan menghilangkan dirinya dari kehidupannya saat ini. Dan mungkin dirinya juga akan meninggalkan Zaver agar dirinya tak membebani lebih banyak lagi pemuda manis itu.

Di pagi harinya Marchio masih ke kampus untuk mengurus perkuliahannya selanjutnya akan dirinya ambil dalam kelas online.

Marchio benar-benar tidak menceritakan keadaannya sekarang pada Zaver. Dirinya berusaha bersikap seperti biasanya agar Zaver tak menaruh curiga padanya.

"Mau ke kantin gak?".

Marchio mengangguk. "Aku pengen banget makan mie ayam kantin FK deh Zav".

Zaveron mengrenyitkan dahinya. "Tumben banget pengen di sana lu".

"Soalnya enak hehe".

Zaveron hanya mengangguk. "Yaudah ayo ke sana. Tapi ke FISIP dulu ya, si Harchel tadi chat pengen makan bareng".

"Yah. Ntar aku di tinggal pacaran kamu dong".

Zaveron mendengkus. "Yang ada gue yang di tinggal Harchel sama lu yang udah kek abang adek".

Marchio hanya cengengesan menanggapi Zaveron. Dirinya berjalan berdampingan dengan Zaveron menuju FISIP untuk menemui Harchel.

Dan benar saja apa kata Zaveron dirinya dilupakan keberadaannya oleh Harchel.

Karena setelah Harchel menyapanya dirinya langsung di tinggal pemuda tampan itu dan pemuda tampan nan tinggi itu beralih pada Marchio.

"Adudu ada Chio".

Harchel menyubit pipi Marchio yang di cubit hanya mengaduh kesakitan.

"Aduh Kak sakit jangan di cubit pipi aku".

Harchel hanya terkekeh. "Habisnya lucu sih. Zaver kenapa sih temen kamu lucu banget".

Zaveron sudah jengahpun hanya memutar matanya malas. "Bodolah gue mau makan sendiri aja. Sono noh lu sama si Chio-chio lu".

Marchio memoutkan bibirnya. "Veron jangan marah. Chio mau sama Veron".

Untung Zaveron sabar sama Marchio jadi dirinya hanya pasrah saja. Sebenarnya ini Marchio temannya atau anaknya sih manja sekali.

"Yaudah ayo buruan. Katanya lu mau mie ayam FK".

Mata Marchio berbinar. "Ayo-ayo Zav kita ke sana".

Zaveron heran sebentar-bentar Marchio akan memanggilnya Zaver sebentar-bentar Veron. Kalau ada maunya Veron kalau tidak ya Zaver. Marchio memang banyak maunya deh.

Mereka bertiga berjalan menuju kantin FK dikampusnya. Tak banyak mahasiswa di sana membuat Marchio bernafas lega.

Mereka duduk bersama di bangku kosong di sana. Harchel yang pergi untuk memesankan makanan untuk mereka bertiga.

Tak butuh waktu lama makanan mereka datang. Harchel dan Zaveron menikmati makanan mereka, berbeda dengan Marchio baru beberapa suap tapi dirinya sudah mual.

Membuat Zaveron dan Harchel menaruh khawatir pada Marchio.

"Lu gakpapa Mar?".

Marchio hanya menggeleng. "Chio baik-baik aja? Mau Kakak beliin teh anget?".

Marchio mengangguk. "Tolong Kak Harchel, Marchio minta tolong air anget aja".

Harchel dengan cepat mengambilkan apa yang di minta Marchio.

"Lu kenapa Mar? Sakit?".

"Aku gak enak badan aja kayaknya Zav".

Marchio menutup mulutnya menahan mual yang terus menerus menghampirinya.

Karena tidak tahan lagi dirinya berlari menuju kamar mandi di dekat kantin. Memuntahkan cairan bening yang sedari tadi menganggunya.

Zaveron mengikuti langkah Marchio menuju kamar mandi. Mengelus dan memijat kecil tengkuk leher Marchio.

"Masih mual?".

Marchio menggeleng. "Udah gak Zav. Maaf ya gara-gara aku kalian malah gak jadi makan".

"Apaan sih lu. Lagian gue sama Harchel juga udah hampir kelar makannya. Malah lu yang gak makan banyak".

Marchio menampilkan giginya tersenyum cerah pada Zaveron. "Ketawa lu".

Marchio mengelap mulutnya yang sudah dia bilas dengan air. "Udah enakan?".

"Udah Zav. Yuk balik ke meja aja. Aku dah gakpapa".

Zaveron mengangguk dan mereka berjalan bersama menuju meja tempat di mana Harchel duduk dengan cemas.

"Kamu udah gakpapa Chio?. Ada yang sakit?".

Marchio kembali menampilkan senyum cerahnya. "Udah gakpapa Kak Harchel. Chio gakpapa kok, kayaknya gak enak badan aja nanti pulang Chio istirahat pasti udah baikan".

Harchel bernafas lega membuat Zaveron tersenyum kecil. Harchel benar-benar menyayangi Marchio seperti adiknya sendiri.

Sikapnya pada Marchio tak membuat Zaveron menaruh cemburu pada keduanya. Dirinya malah menghangat karena Harchel menyayangi Marchio sama sepertinya menyanyangi Marchio.

Marchio bagi Zaveron itu adalah karunia yang Tuhan berikan padanya di saat keluarganya tak baik-baik saja dahulu. Dan berkat Marchio juga Zaveron menjadi Zaveron yang sekarang.

Kini Marchio bersama pasangan Zaveron dan Harchel tengah berjalan keluar dari kampus. Harchel dan Zaveron akan menuju parkiran namun berbeda dengan Marchio yang berjalan langsung keluar.

"Beneran gak bareng aja lu Mar? Lu mau jalan sampe toko bunga?".

Marchio mengangguk mantap. "Iya Zav. Aku jalan aja, lagian aku mau beli sesuatu dulu sebelum ke toko".

Zaveron memincing matanya tajam. "Mau beli apa lu?".

"Aku mau beli vitamin, keknya mau sakit jadi buat nyegah aku mau minum vitamin".

Zaveron mengangguk paham. "Yaudah kalau gitu, nanti pulang dari toko langsung istirahat. Ntar sore gue beliin makan, gue deliveriin ke toko".

Marchio menggeleng cepat. "Gak usah Zav aku bisa beli sendiri nanti. Lagian yang punya toko pasti kasih makanan kok".

"Makanan apaan. Cemilan iya, ntar lu gak kenyang makan roti doang. Udah lu diem ntar gue deliveriin makanan".

Marchio hanya pasrah saja dengan petuah dari Zaveron. Dan setelahnya dirinya berpamitan pada dua sejoli itu untuk menuju tempat yang dirinya tuju.

Somebody Pleasure (WoongMatt/Ppusamz + Gyuvin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang