Kini kedua sahabat itu tengah duduk di taman rumah sakit, Harchel meninggalkan kedua sahabat itu agar mereka bisa berbicara lebih leluasa bersama dan mengungkapkan kerinduan mereka satu sama lain.
Marchio menunduk lemah, ia belum siap bertemu dengan sahabatnya. Marchio masih ingin menyembunyikan dirinya dan masih belum ingin mengungkapkan kepada sahabat yang ada di sampingnya ini.
Marcio memang belum siap, tapi kalau tidak sekarang, kapan lagi ia harus memberi tahu Zaveron. Saat anaknya lahir? Atau saat anaknya sudah besar nanti.
Marchio melihat sahabatnya itu, ia ingat tubuh Zaveron tidak lagi sekurus dan sekecil itu dulu. Apakah Zaveron terus mencarinya? Apakah Zaveron tidak memikirkan kesehatan tubuhnya? Apakah Zaveron tidak pernah makan dengan baik?
Pertanyaan terus berputar di kepalanya tanpa ia tanyakan kepada sahabatnya itu. Ia terlalu egois karena ia hanya memikirkan dirinya sendiri dan meninggalkan Zaveron tanpa penjelasan, kepastian, dan kebenaran.
Ia membuat sahabatnya itu jatuh sakit, Marchio menyalahkan dirinya sendiri hingga ia tidak sadar bahwa ia sedang menangis.
Zaveron merangkul tubuh kecil Marchio, ia menarik pelukan hangat yang selalu Zaveron berikan kepada Marchio saat ia bersedih.
Zaveron tidak mengatakan apa pun, membuat Marchio semakin menyalahkan dirinya sendiri atas semua situasi ini.
"Maafin aku, hiks, Veron." Ucap Marchio lirih, yang masih dapat didengar Zaveron.
Zaveron menggeleng pelan. "Kenapa minta maaf? Lu gak ngelakukan kesalahan apa pun. Gak ada yang salah di sini, oke?"
Marchio semakin menangis hingga dadanya sesak.
"Jangan nangis. Kasihan Baby kalau lu nangis."
Marchio mengusap perutnya pelan, ia merasakan sedikit sesak di perutnya dan membuat dirinya perlahan menahan air matanya dan menenangkan dirinya.
"It's okay Chio. I'm here. I'm always here. Jangan takut dan jangan khawatir ya. Gue sama Harchel selalu disisi lu"
Marchio melepaskan sedikit pelukan Zaveron. Menatap mata Zaveron yang memancarkan rasa lelah berlebih.
Marchio memperhatikan wajah, dan tubuh Zaveron. Marchio mengelus pipi tirus yang ada diwajah Zaveron.
"Kamu okaykan Veron? Apa aku yang bikin kamu gini? Kamu jadi jarang makan karena aku? Kamu jadi kurus karena aku ya?".
Marchio melihat tubuh Zaveron yang terbalut pakaian rawat rumah sakit.
"Kamu sakit karena aku ya Veron? Maafin aku ya Veron. I always give you trouble. Aku pikir kalau aku menghilang dari hidup kamu, kamu akan lupain aku dan hidup kita akan sama-sama terus berjalan. Maafin kebodohan aku Veron".
Zaveron menggeleng, semua yang dikatakan Marchio salah besar.
"Gue udah bilang this is no one's fault. Lu jangan berpikiran buruk kayak gitu okay. Gue okay, aku sehat semua akan normal kembali Chio. So jangan salahin diri lu".
Zaveron berkata lembut tak ingin sahabatnya merasa bersalah atau apapun itu.
Marchio mengangguk, kembali memeluk tubuh sahabatnya itu.
Beberapa saat diam bersama akhirnya Marchio membuat keputusan. Dirinya akan menceritakan segala rangkaian kejadian yang ada.
Zaveron yang mendengarkan cerita Marchio merasa gagal menjadi sahabat bagi Marchio. Dirinya tak peka terhadap keadaan yang Marchio hadapi. Dirinya tak mengetahui fakta mengerikan yang terjadi pada sahabatnya itu.
Zaveron pastikan jika Harchel mengetahui semua ini, kekasihnya itu tak akan tinggal diam.
Marchio menceritakan kisah panjang dan beratnya pada Zaveron. Mengungkapkan bagaimana kehidupannya saat ini yang bertemu keluarga Papa Juanda. Betapa beruntungnya Marchio bertemu dengan keluarga Papa Juanda.
Zaveron bersyukur selama dirinya tak bersama Marchio, sahabatnya itu dikelilingi orang baik.
"Jadi, lu udah punya nama buat Baby lu?".
Marchio menggeleng dan mengelus perutnya yang buncit.
"Kenapa belum ada namanya?".
"Chio bingung Veron".
Zaveron menggeleng dengan tingkah Marchio.
"Gimana kalau namanya Giovanni artinya anugrah dari Tuhan".
Mata Marchio tiba-tiba berbinar namanya sangat indah. Tanpa ragu Marchio mengangguk cepat.
"Wah namanya bagus Veron. Nanti aku panggil Baby Gyu".
Zaveron mengrenyit. "Kenapa Gyu?".
"Gakpapa lucu aja, iyakan Baby Gyu". Kata Marchio sambil mengelus perutnya.
"Aw".
Zaveron dengan panik mengecek Marchio. "Kenapa? Ada yang sakit? Apa?".
"Gakpapa Veron. Kayaknya Baby Gyu suka namanya hihi makanya dia nendang".
Zaveron menghembuskan nafas lega, dia kira ada apa ternyata ponakannya menyukai nama pemberiannya.
"Yuk masuk, dingin di sini. Bisa-bisa Harchel marahin gue".
Marchio menurut dan mereka masuk kedalah gedung rumah sakit kembali.
Mama Mikael dan Harchel menunggu di salah satu bangku dekat sana. Memastikan kedua pemuda itu tak jauh dari pandangan tetapi juga tak mengganggu privasi mereka.
"Sudah nak?".
Marchio mengangguk ke arah Mama Mikael.
"Mau pulang?".
Marchio menggeleng kali ini. Dirinya masih ingin bertemu dengan sahabatnya itu.
"Lu pulang aja, gue di sini sama Harchel besok juga keluar. Nanti gue susul lu kerumah lu yang sekarang".
"Bener ya? Veron janji sama Chio buat dateng ke rumah Mama".
Zaveron mengangguk. "Iya pasti".
"Okay kalau gitu Chio pulang dulu ya Veron. Dadah Veron, Dadah Harchel".
Sebelum pergi Marchio melambaikan tangan dan memeluk Zaveron dan Harchel bergantian dan dirinya pergi menjauh.
"Ai".
Zaveron tak langsung menanggapi Harchel dia diam sejenak lalu berkata.
"Chel, bodoh banget ya gue. Gue gak tau keadaan Chio selama ini. Kenapa gue bisa melewatkan kejadian ini dan keadaan ini sih Chel".
Harchel memeluk tubuh ringkih kekasihnya. Dihadapan Marchio memang Zaveron akan bertingkah layaknya seorang yang kuat. Namun jika sudah bersama Harchel runtuh semua pertahanan Zaveron.
"No Ai. Jangan nyalahin diri kamu okay. Semua udah di atur sama yang di atas. Jadi kamu jangan salahin diri kamu ya, sisi baiknya Marchio baik-baik aja".
"Tapi tetep aja Chel. Dia pasti terpuruk banget saat itu dan gue gak tau apa-apa. Dan dia gak punya tempat cerita selain gue sama lu Chel".
"Zave sayang dengerin aku. Ini bukan sesuatu yang bisa kamu perkirakan dan kamu salahkan. Ini udah jalan yang diatur, kamu gak bisa menyalahkan diri kamu, Marchio atau Tuhan sekalipun. Yang terpenting sekarang kita ganti hari terpuruk Chio yang lalu dengan rangkaian cerita bahagia buat dia. Okay sayang?".
Zaveron menangis dan pelukan hangat Harchel menyambutnya.
"Maafin aku ya Chel".
"No sayang. Jangan minta maaf. this is not your fault".
Hehe.
Hai aku kembali setelah sekian purna.Maaf banget maaf banget baru update lagi.
Aku mau berterimakasih banget sama kalian yang masih baca, nungguin cerita ini thankyou so much luvvvv.Enjoyyyy and bubayyy
See u gak tau kapan lagi hihi
Semoga kalian masih inget ceritanya hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody Pleasure (WoongMatt/Ppusamz + Gyuvin)
FanfictionKehidupan penuh lika liku Marchio bersama sang anak, Giovanni. Marchio yang berjuang sendirian demi dirinya dan sang Anak yang masih bertumbuh dan berkembang. Merelakan dirinya untuk menjalani kehidupan merawat dan memenuhi kebutuhan anaknya. Marchi...